KOMPAS.com - Di tengah pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia, beberapa penerima beasiswa Chevening tetap memutuskan untuk berangkat mengeyam pendidikan ke Inggris demi memperoleh relasi dan pengalaman.
Rifan Bachtiar salah satunya. Ia melihat bahwa pembelajaran jarak jauh memang pilihan yang lebih aman saat pandemi Covid-19, tetapi ada kesempatan yang hilang.
"Tidak bisa dipungkiri pembelajaran jarak jauh merupakan opsi yang aman, tetapi saya melihat akan ada banyak kesempatan yang hilang," ujar Rifan kepada Kompas.com.
Pasalnya, mahasiswa magister (S2) di Cardiff University ini sudah memiliki rencana untuk mengikuti organisasi, kegiatan, maupun acara tertentu, termasuk bermagang.
"Saya berharap untuk dapat mengikuti program magang (internship) bersama pemerintah kota setempat. Selain untuk mengaplikasikan apa yang telah dipelajari di kelas di praktik nyata, kegiatan ini juga bermanfaat untuk membangun jejaring," imbuh Rifan.
Tidak hanya sampai di situ, Rifan juga ingin berpartisipasi dalam festival bertema seni dan kebudayaan Inggris serta konferensi perubahan iklim terbesar di dunia, yaitu The 26th United Nations Climate Change Conference of Parties (COP26) di Glasgow, Skotlandia.
Namun untuk menyesuaikan dengan keadaan yang ada, Rifan pun harus mengundur ataupun membatalkan beberapa kegiatan dari daftar panjangnya.
Selain Rizal, Nadhila Renaldi juga tidak mau kehilangan pengalaman berkuliah secara tatap muka di Inggris secara langsung.
Mahasiswi jurusan Public Policy di London School of Economics and Political Science ini bahkan bisa mengikuti perkuliahan tatap muka.
"Saya termasuk yang beruntung dikarenakan masih diperbolehkan untuk ke kampus dan menerima pembelajaran secara tatap muka, sehingga ekspektasi saya terpenuhi," "kata Nadhila.
Meski begitu, mahasiswi yang akrab disapa Dhea ini berharap agar situasi pandemi bisa membaik sehingga memungkinkan adanya pertemuan tatap muka dengan komunitas Chevening Global.
Layanan kesehatan di Inggris
Selain khawatir kehilangan pengalaman, Dhea sendiri tetap yakin untuk berangkat karena protokol kesehatan di Inggris menurutnya sudah berjalan dengan baik.
"Di sisi lain protokol kesehatan di United Kingdom (Inggris) juga berjalan dengan sangat baik karena dilengkapi sistem tracing (penelururan), Free-Covid Testing (tes Covid gratis), isolation period (periode isolasi), 'rule of six', dan lainnya," jelas Dhea.
Di kampusnya sendiri, protokol kesehatan sudah dijalankan dengan ketat, seperti rekomendasi untuk melakukan tes Covid-19 secara gratis, penyediaan hand sanitizer, masker dan wiping tissues (tisu seka), serta pembatasan jumlah siswa yang belajar dalam kelas untuk menerapkan social-distancing (pembatasan sosial).
Sama seperti Dhea, perguruan tinggi Rifan pun menyediakan tes Covid-19 secara gratis dan adanya aplikasi untuk mengkontrol penyebaran virus.
Head of Chevening Indonesia and Timor Leste Nick Faulkner menambahkan bahwa di Inggris sudah ada layanan kesehatan masyarakat yang baginya luar biasa, yaitu National Health Service (NHS).
"Selain fasilitas dari universitas, layanan NHS pun tersedia bagi para pelajar lokal dan internasional, termasuk pelajar Chevening, sebagai bagian dari program beasiswa mereka," lanjutnya.
Tidak hanya memerhatikan kesehatan secara fisik, tetapi juga dari segi mental mahasiswa pelajar internasional dengan menyediakan Program Officer bagi setiap penerima beasiswa Chevening.
Nick menjelaskan, universitas di Inggris pun sudah mempersiapkan diri bila adanya wabah lokal dan sudah bekerja sama dengan pemerintah Inggris.
"Sejak awal pertengahan tahun, mereka telah bekerja sama dengan pemerintah Inggris untuk menyusun rencana guna memastikan keselamatan mahasiswa/i jika terjadi wabah COVID-19 di kampus," ucap Nick.
Jika pelajar membutuhkan dukungan tambahan, penerima beasiswa juga bisa menghubungi pihak Chevening.
Ke depannya, beasiswa Chevening akan terus bermitra dengan universitas dan bahkan ingin mengembangkan program beasiswa ini.
Pasalnya, Nick menuturkan bahwa Inggris memiliki komitmen jangka panjang dengan Indonesia sebagai mitra global.
"Inggris memiliki komitmen jangka panjang dengan Indonesia sebagai partner global dan kami berharap dapat terus memperkuat hubungan kedua negara ini," pungkasnya.
Program beasiswa Chevening merupakan tawaran pendanaan belajar secara penuh dari pemerintah Inggris untuk pelajar internasional meraih gelar S2 selama 1 tahun pada berbagai bidang serta universitas di Inggris. Tahun ini, beasiswa Chevening menerima sebanyak 50 pelajar dari Indonesia.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/11/04/113219871/penerima-beasiswa-chevening-putuskan-tetap-berangkat-ke-inggris-ini