Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

"Konsep 5M" Ini Bangun Komunikasi Sekolah dan Orangtua Siswa Berkebutuhan Khusus

KOMPAS.com – Salah satu guru di Sekolah Luar Biasa Swasta (SLBS) Putra Hanjuang, Diana Shanty memberikan 5 komponen yang dapat diperhatikan sekolah untuk membangun komunikasi dengan orangtua Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK).

Pasalnya dalam masa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) akibat pandemi Covid-19, Diana mengatakan bahwa sekolah memerlukan kolaborasi antara guru, orangtua, dan peserta didik.

“Tentu di dalam masa PJJ ini kita juga harus memerlukan kolaborasi, baik antara guru, orangtua, maupun peserta didik. Baik dengan pihak sekolah, warga sekolah lainnya, bahkan mungkin masyarakat,” jelas Diana pada Rabu (4/11/2020).

Lewat webinar yang diadakan oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Diana menjelaskan singkatan 5M untuk sekolah terapkan sebagai upaya membangun komunikasi.

Berikut ini merupakan penjabaran dari 5M tersebut.

1. Memanusiakan hubungan

Komponen pertama ini berorientasi kepada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), di mana orangtua terlibat agar sekolah mengetahui profil dan kondisi keluarga.

Informasi-informasi mengenai kondisi orangtua dalam keluarga mencakup waktu yang tepat untuk mendampingi anak agar tercipta suasana yang kondusif untuk belajar.

Dalam poin ini, guru dan orangtua juga berdiskusi tentang bagaimana caranya anak belajar di rumah.

Selain itu, membangun dialog mengenai perkembangan dan proses belajar anak.

Dengan memanusiakan hubungan, guru dapat mengetahui kebiasaan anak di rumah, latar belakang keluarga anak, hingga pekerjaan orangtuanya yang memengaruhi proses PJJ.

2. Memahami konsep

Perlibatan orangtua untuk memandu pembelajaran bukan hanya menguasai konten, melainkan juga konsep berupa kompetensi dalam beragam konteks.

“Orangtua harus memandu tidak hanya menguasai konten, tetapi juga kompetensi dalam beragam konteks, dalam beragam mata pelajaran yang akan kita sampaikan,” lanjut Diana dalam webinar bertema Inovasi dan Pengabdian bagi Pendidikan Inklusi.

Untuk memahami konsep, guru dan orangtua dapat mendiskusikan aktivitas pembelajaran apa yang akan dilakukan di rumah. Tentunya pelajaran harus sesuai dengan tujuan pembelajaran sekolah.


3. Membangun berlanjutan

“Mengalami rute pengalaman belajar yang terarah dan berkelanjutan. Ini memberikan umpan balik dan berbagi praktik baik antara guru dan orangtua,” jelas Diana.

Caranya ialah guru dan orangtua berdiskusi tentang apa yang sudah dipelajari, tantangan atau kesulitan yang dihadapi, dan strategi untuk mengatasinya.

4. Memilih tantangan

Selanjutnya, sekolah dapat membangun komunikasi dengan orangtua untuk menyesesuaikan keahlian keahlian PDBK dengan pilihan tantangan yang bermakna.

“Artinya bahwa ABK kan dari dasar yang memangnya ini proses pembelajaran, proses pembelajaran itu di mana kita memberikan suatu pembelajran dari awalnya tidak bisa sehingga menjadi bisa. Ini adalah suatu tantangan bagaimana anak bisa menguasai, caranya dengan pilihan yang sesuai dengan profilnya, sesuai dengan kemampuannya,” ujar Diana.

Orangtua juga dapat memberikan pilihan media, cara untuk belajar atau melakukan tugas, dan menyusun jadwal belajar bersama ABK.

5. Memberdayakan hubungan

Sekolah dapat memberdayakan hubungan dengan melibatkan sumber daya dan kesempatan di komunitas.

Orangtua pun bisa mendorong anak untuk terlibat mengenali komunitasnya sebagai akses belajar anak yang relevan.

Dengan bergabung dalam suatu komunitas, orangtua juga dapat membangun diskusi mengenai peristiwa atau persoalan yang sedang terjadi dan menghubungkan pembelajaran anak dengan konteks komunitas terdekatnya.

“Ini menghubungkan pembelajaran dengan konteks komunitasnya yang terdekat. Dengan orangtua, dari kakak atau orang-orang sekitar yang lainnya. Ini tergantung dari topiknya yang relevan,” jelas Diana.

Selain itu, komunitas dapat menjadi narasumber untuk topik-topik yang relevan dengan pembelajaran ABK, misalnya membahas pekerjaan.

Menurut Diana, orangtua menjadi narasumber yang utama bagi PDBK saat PJJ.

“Jadi saling berkolaborasi dan ini (PJJ) adalah narasumber yang utama adalah orangtua. Orangtua akan menjadi narasumber sebagai anak belajar,” ucapnya lewat aplikasi Zoom.

Tetap semangat saat PJJ

Dalam konteks pembelajaran di sekolah Diana, guru-guru di sekolahnya tidak berhenti saat dihadapkan dengan tantangan dan tetap mencari solusi.

“Kami mencari solusi bagaimana kami mencari pembelajaran yang bermakna bagi ABK terutamanya di masa pandemi seperti ini,” jelasnya.

Meskipun letak SLBS Putra Hanjuang berada jauh dari perkotaan, tetapi Diana bercerita bahwa hal tersebut tidak mematahkan semangat pendidik.

Diana pun menitipkan pesan agar guru-guru di Tanah Air agar tetap semangat untuk menghadapi PJJ saat pandemi Covid-19.

“Jadi intinya adalah kepada Bapak dan Ibu semua yang ada di Tanah Air Indonesia, terus semangat bagaimanapun keadaan kita,” pungkasnya.

https://edukasi.kompas.com/read/2020/11/05/143929471/konsep-5m-ini-bangun-komunikasi-sekolah-dan-orangtua-siswa-berkebutuhan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke