KOMPAS.com - Dua mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Wildan Zulfa Abdurrohman (Fakultas Teknik 2018) dan Muhammad Rifai Hasbi (Fakultas Kedokteran Gigi 2019) merancang Sekolah Terapung, sebuah inovasi yang memanfaatkan kapal nelayan untuk mempermudah masyarakat pesisir mengakses pendidikan.
“Inovasi ini menitikberatkan pada simulasi ruang kelas yang diciptakan di atas sebuah kapal yang dapat bergerak menyusuri perkampungan pesisir," papar Wildan dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (7/11/2020).
Gagasan untuk inovasi ini, kata dia, penting untuk mengatasi permasalahan sulitnya akses pendidikan bagi anak-anak di wilayah pesisir karena keterbatasan sekolah serta ketidakmampuan masyarakat mengikuti mekanisme pembelajaran daring yang telah ditetapkan.
Rancangan inovasi tersebut dituangkan dalam esai berjudul “Inovasi Sekolah Terapung Berbasis Pemanfaatan Kapal Nelayan dalam Memperluas Akses Pendidikan di Wilayah Pesisir Nusantara” dan berhasil meraih Juara Tiga dalam ajang Lomba Esai Nasional “Inovasi Kemaritiman Pada Masa Pandemi” Kompetisi Nasional Kemaritiman 2020 pada Oktober lalu.
Dalam rancangannya, kedua mahasiswa UI ini menggunakan kapal purse seine, salah satu jenis kapal penangkap ikan yang mayoritas dipakai oleh nelayan Indonesia, sebagai Sekolah Terapung.
Kapal tersebut dimodifikasi agar sesuai dengan bentuk simulasi ruang kelas, yang dapat bergerak dari satu pulau ke pulau lainnya.
Bagian ruang kerja kapal dapat diubah menjadi ruang kelas lengkap yang dapat menampung sekitar 20 siswa dengan area belajar siswa, guru, papan tulis, dan rak buku pada bagian belakang gudang kapal.
“Untuk mendirikan sekolah terapung ini, masyarakat pesisir dapat memanfaatkan kapal nelayan yang sudah tidak digunakan. Salah satu jenis kapal yang dapat dimodifikasi menjadi sekolah terapung adalah jenis purse seine,” kata Wildan lebih lanjut.
Bahkan, dengan penerapan protokol kesehatan, kelas dapat dilangsungkan dengan aman bahkan dalam pandemi.
Hasbi menambahkan, Sekolah Terapung yang digagas merupakan konsep sekolah yang dapat diakses secara mudah oleh anak-anak di pesisir, pulau kecil yang tidak memiliki gedung sekolah, tanpa harus menempuh jarak jauh dari rumah mereka ke sekolah di pulau besar.
“Sistem yang dipakai mengadopsi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada umumnya, dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan saat pandemi,” imbuh Hasbi.
Selain lebih memudahkan akses, lanjutnya, sekolah ini juga menguntungkan bagi daerah yang masih belum memiliki gedung sekolah dan menjadi solusi bagi problematika anak-anak pesisir yang masih memiliki keterbatasan untuk melakukan sekolah daring.
Sebelumnya, FTUI telah mengusung Sekolah Indonesia Cepat Tanggap yang merupakan inisiatif untuk membangun infrastruktur pendidikan berupa bangunan sekolah pada berbagai lokasi yang terdampak bencana alam di Indonesia.
Saat ini ada delapan sekolah yang telah dibangun dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/11/08/135130571/sekolah-terapung-rancangan-mahasiswa-ui-ratakan-akses-pendidikan