KOMPAS.com – Di tengah pandemi Covid-19, HighScope Model United Nations (HSMUN) 2020 tetap hadir untuk menjadi sarana untuk siswa-siswa SMA mengasah kemampuan untuk melakukan negosiasi.
Melalui HSMUN, siswa dapat berperan sebagai diplomat dari berbagai macam negara dan melakukan konferensi seperti yang dilaksanakan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
Deputy Secretary General HSMUN 2020 Jiddan Walta menyampaikan, diplomasi seringkali dikaitkan dengan kunjungan suatu negara ke negara lain maupun menjalin hubungan bilateral atau diplomatis.
Namun, siswa juga bisa belajar cara untuk bernegosiasi dengan mempelajari diplomasi.
“Sebenarnya diplomasi sendiri itu pada dasarnya bentuk negosiasi untuk mendapatkan keuntungan atau mencapai tujuan yang lebih besar dan ini kaitannya sangat penting karena di tengah pandemi ini pasti setiap negara, setiap orang, setiap keluarga pasti punya masalahnya sendiri karena kan semua orang dipersulit dengan keadaan ini,” jelas Jiddan pada Rabu (11/11/2020) lewat aplikasi Zoom.
Dalam konferensi pers HSMUN 2020, Jiddan menambahkan bahwa butuh banyak negosiasi, saling kompromi serta membangun hubungan kerja sama supaya bisa mengatasi masalah-masalah di tengah pandemi Covid-19.
Jiddan menilai, belajar kemampuan diplomasi menjadi hal yang penting untuk siswa maupun orang yang lebih tua agar hidup menjadi lebih baik ke depannya.
Atasi konflik dengan kemampuan diplomasi
Selaras dengan Jiddan, Secretary General HSMUN 2020 Alduri Asfirka menuturkan, mengasah seni diplomasi menjadi penting untuk menghadapi konflik-konflik yang terjadi di dunia.
Pasalnya, Alduri melihat bahwa konflik menjadi sebab untuk banyak sekali perpecahan. Akan tetapi baginya, masyarakat seharusnya melihat konflik sebagai motivasi.
“Namun, menurut saya dan tim HSMUN itu seharusnya kita melihat konflik ini sebagai motivasi, di mana kita harus gagas untuk mencari solusi dan membuat adanya persatuan karena sudah terlalu lama di dunia ini kita juga melihat, kita tidak bisa lari dari suatu konflik,” imbuhnya.
Menambahkan Alduri, Jiddan menjelaskan bahwa HSMUN 2020 ingin melihat konflik sebagai dorongan untuk berbuat lebih baik. Ia pun membuat perumpamaan dengan peristiwa seseorang yang terjatuh.
“Bisa dianalogi kalau misalnya kita terjatuh, mungkin kita terluka. Luka itu membuat kita sakit, tapi saat terjatuh, kita muncul keinginan untuk bangkit kembali untuk berusaha lebih keras agar kita tidak jatuh lagi,” tuturnya.
Maka dari itu, masyarakat harus bekerja keras dan menjalin kerja sama melalui diplomasi dengan pihak atau negara-negara lain untuk menyelesaikan konflik tersebut serta sebagai alasan berkumpul demi membuat hidup lebih baik.
Dengan mulai melatih siswa SMA melalui simulasi konferensi PBB dan memahami tentang Sustainable Development Goals (SDGs) lewat HSMUN, tujuan akhirnya adalah pelajar siap menjadi pemimpin-pemimpin dunia pada masa depan.
Gunakan sarana virtual
Untuk penyelenggaraan HSMUN ke-12, Jiddan mengambil tema Ensuring Global Welfare in Times of Crisis atau memastikan adanya kesejahteraan secara global dalam masa krisis seperti pandemi Covid-19.
Melalui tema ini, HSMUN 2020 membawa berbagai permasalahan baru yang muncul maupun masalah yang semakin berat dan mendesak karena pandemi Covid-19 untuk menjadi bahan diskusi peserta.
Berbeda dari tahun sebelumnya, HSMUN 2020 diselenggarakan secara virtual oleh 130 siswa SMA yang datang dari beragam provinsi di Indonesia.
Meskipun jumlahnya pesertanya mengalami penurunan dari tahun lalu yang kurang lebih dihadiri 300 peserta, tetapi Jiddan tidak kecewa karena lebih dari 25 persen siswa berasal dari luar Pulau Jawa sehingga jangkauan menjadi meluas.
HSMUN 2020 akan dilaksanakan sejak 18 hingga 19 November 2020 melalui aplikasi Discord sebagai sarana siswa SMA mengembangkan kemampuan diplomasinya.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/11/12/111805771/highscope-model-united-nation-2020-sarana-asah-kemampuan-berdiplomasi