KOMPAS.com - Seorang pendaki gunung harus memiliki kesiapan fisik dan mental. Tak hanya itu saja, pengetahuan mengenai bertahan di alam bebas atau survival juga sangat penting dikuasai.
Tentu hal ini untuk menghadapi segala kemungkinan buruk saat melakukan pendakian di suatu gunung. Tidak hanya suka mendaki saja, tetapi semua harus bisa dilakukan saat seseorang berada di alam bebas.
Menurut Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof. Dr. Ir. Ildrem Syafri, DEA, para pendaki disarankan untuk membekali dengan keterampilan survival di alam bebas.
Sebab, kemungkinan untuk tersesat dan hilang sangat besar saat berada di gunung. Hal ini juga untuk meminimalisir kasus hilangnya pendaki di gunung.
7 hal yang harus dipahami pendaki
Melansir laman Unpad, Kamis (17/12/2020), ada beberapa hal yang wajib dipahami oleh pendaki. Berikut ini penjelasan Prof. Ildrem:
1. Yang pertama harus tahu jalur. Kalau tahu medan jika terjadi hal yang tidak diinginkan maka pendaki bisa mengambil keputusan.
Guru Besar yang aktif sebagai anggota Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri sejak 1981 ini mengatakan, teknologi saat ini sudah memudahkan pendaki untuk memahami medan penjelajahan atau pendakian yang akan ditempuh.
2. Pengetahuan mengenai topografi diperlukan agar pendaki bisa tahu wilayah mana yang terjal hingga wilayah mana yang landai dan bisa dijadikan tempat beristirahat jika fisik merasa lelah atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Selain itu, pengamatan wilayah juga diperlukan untuk mengetahui jenis flora dan fauna yang hidup di gunung tersebut. Ini akan memudahkan pendaki untuk menghindari kemungkinan kontak dengan hewan liar.
4. mental kuat diperlukan untuk survival dan hidup di alam bebas. Semakin mampu seseorang bertahan di alam bebas, peluang untuk selamat akan semakin besar.
"Kalau mental tidak kuat, panik, menyerah, dan tidak ada usaha bertahan hidup ini yang akan membuat banyak kasus orang hilang di gunung," tambahnya.
5. Jika mental sudah siap menghadapi situasi darurat, Prof. Ildrem menyarankan untuk segera mencari sungai atau jalur air. Hakikatnya, sungai akan terus mengalir hingga ke hilir. Semakin ke hilir, sungai akan menemui lokasi perkampungan terdekat.
Meski begitu, pendaki tetap harus mewaspadai kemungkinan tersesat atau keluar dari jalur pendakian. Jika menghadapi situasi seperti ini, hal utama yang wajib dimiliki pendaki adalah menyiapkan mental yang kuat untuk memulai survival.
Namun, pendaki juga wajib mewaspadai setiap kontur tepian sungai. Jika menemui air terjun, disarankan untuk tidak langsung menuruni tebing, apalagi bagi pendaki yang tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai panjat tebing.
Agar bisa keluar, maka pendaki bisa menuruni tebing dengan cara memutarinya. Carilah area yang lebih landai untuk turun, tetapi tetap berpatokan pada jalur air. Cara ini relatif aman untuk menghindari risiko terpeleset saat menuruni tebing.
6. Pendaki juga wajib memiliki pengetahuan mengenai botani dan zoologi. Pengetahuan ini akan memudahkan pendaki untuk memilih mana tumbuhan yang bisa dimakan atau tidak. Sebab, banyak sekali tumbuhan yang bisa dimakan, ternyata di dalamnya mengandung racun yang berbahaya bagi tubuh.
Prof. Ildrem mengatakan, ada tips sederhana untuk menghindari kemungkinan keracunan, yaitu:
7. Selain bekal makanan dan peralatan yang lengkap, pendaki juga wajib membawa peralatan untuk mendukung komunikasi, seperti baterai cadangan dan pengisi daya portabel. Piranti ini akan memudahkan pendaki untuk tetap menjalin komunikasi saat survival.
Jika menemukan wilayah dengan sinyal telepon yang cukup, usahakan untuk mengirimkan titik lokasi pada kerabat atau petugas. Titik lokasi ini akan membantu tim pencari untuk menemukan pendaki jika terjadi kasus hilang.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/12/17/132324571/guru-besar-unpad-agar-tak-tersesat-di-gunung-pendaki-pahami-7-hal-ini