KOMPAS.com - Perkembangan otak anak dipengaruhi oleh sejumlah hal. Selain nutrisi, tumbuh kembang otak juga dipengaruhi oleh stimulasi dari lingkungan, termasuk juga dari pola asuh orang tua.
Kekurangan stimulasi atau kelebihan stimulasi dinilai dapat mengganggu tumbuh kembang anak, bisa berupa gangguan sensorik, motorik maupun gangguan dari proses kecerdasan dan perilaku.
Spesialis Syaraf Anak Departemen Neurologi RSCM Yetty Ramli dalam webinar Siberkreasi bertajuk “Dampak Teknologi Terhadap Perkembangan Otak pada Anak” mengatakan, pada saat anak menggunakan gawai, gadget ataupun televisi itu akan menimbulkan stimulus di otaknya.
“Nanti ada persepsi di otak yang akan disimpan melalui informasi, kalau informasi itu bagus yang diterima anak pun akan berdampak positif. akan tetapi jika anak mengonsumsi informasi yang negatif maka akan ada perubahan di otak anak tersebut yang mengarah kepada hal negatif pula,” papar Yetty seperti dilansir dari laman Direktorat Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Menurutnya, lingkungan terutama orang tua sangat berperan penting agar anak terhindar dari paparan informasi yang tidak sesuai dan menimbulkan efek negatif.
"Apalagi di era perkembangan teknologi dan digital yang semakin pesat dan semakin dekat dengan kehidupan manusia," imbuh dia.
Peran orangtua dalam memanfaatkan teknologi
Yetty mengatakan, orangtua harus bijak dalam memanfaatkan teknologi terkini yang tidak terpisahkan dengan kehidupan, termasuk juga dekat dengan anak-anak.
Berikut sejumlah cara yang bisa dilakukan orangtua untuk mencegah dampak teknologi bagi perkembangan otak anak:
1. Pemilihan program
Orangtua harus mendorong pemilihan program yang cermat untuk dilihat bersama-sama dan mendiskusikan konten dengan anak-anak maupun anak remaja.
Selain itu orangtua juga perlu mengajarkan keterampilan menonton secara kritis, membatasi dan memfokuskan waktu jangan dihabiskan dengan media.
"Harus selektif serta membatasi pilihan media bagi anak-anak," sarannya.
2. Kegiatan alternatif
Ia melanjutkan, orang tua juga harus menekankan kegiatan alternatif dan menciptakan lingkungan bebas media elektronik di kamar anak-anak.
"Hindari penggunaan media sebagai babysitter elektronik," imbuh dia.
Yetty mengungkapkan masa anak-anak dan remaja adalah periode penting untuk perkembangan otak dan perilaku.
Selama 24 jam berkontribusi pada kinerja kognitif. Oleh karena itu, kata dia, setidaknya berikan waktu selama 60 menit per hari untuk aktivitas fisik.
Selama 2 jam atau kurang setiap harinya waktu untuk rekreasi di layar.
Lalu, tidur 9 sampai 11 jam per malam pada anak-anak berusia 8 sampai 11 tahun.
“Pengaruh teknologi digital menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi dari perilaku kecanduan terkait teknologi digital, di mana menyebabkan gangguan neurologis dalam proses reward dan mekanisme dalam mengontrol emosi," kata Yetty.
Maka, lanjut dia, peran orang tua, guru, masyarakat dan pemerintah perlu membuat panduan dan proteksi dalam mencegah dampak negatif akibat penggunaan jangka panjang dari perangkat digital.
3. Tidak untuk anak di bawah usia 2 tahun
Orangtua dihimbau untuk menghindari tayangan televisi untuk anak di bawah usia 2 tahun meskipun program televisi tertentu dapat meningkatkan kemampuan kecerdasan anak.
Penelitian tentang perkembangan otak dini menunjukkan bahwa bayi dan balita memiliki kebutuhan penting untuk interaksi langsung dengan orangtua dalam pengasuhan anak, untuk pertumbuhan dan perkembangan otak yang sehat dalam meningkatkan keterampilan sosial, emosional dan kognitif yang sesuai.
"Oleh karena itu mengekspos anak-anak kecil pada program televisi harus dicegah," ujar Yetty.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/01/26/203601071/cara-cegah-dampak-buruk-gadget-bagi-perkembangan-otak-anak