KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 hampir satu tahun terjadi, pelajar di semua jenjang pendidikan diharuskan melakukan belajar di rumah.
Hal ini tentu mendatangkan rasa bosan bagi anak dan juga tantangan tersendiri bagi orangtua dalam mendampingi putra-putri mereka.
Meski berada di rumah, psikis anak juga perlu diperhatikan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orangtua untuk memastikan kondisi anak mereka dalam keadaan baik, dari sisi fisik maupun psikis.
Psikolog klinis dan juga Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Brigitta Erlita Tri A, M.Psi., mengatakan, pembelajaran di rumah yang dilakukan secara daring ini menyebabkan guru tidak bisa memantau langsung perkembangan muridnya.
Oleh karena itu orangtua atau keluarga berperan penting dalam mendampingi anak saat belajar daring. Ada banyak tantangan belajar daring dan tentu saja hal ini membutuhkan adaptasi bersama baik guru, orangtua, dan terutama siswa.
Perilaku anak yang perlu dicurigai orangtua
"Dalam proses adaptasi terkadang ada beberapa hal yang terjadi di luar kendali kita. Sehingga membutuhkan pendampingan dari psikolog," ujar Erlita kepada Kompas.com, Rabu (3/2/2021).
Menurut Erlita ada beberapa perilaku siswa yang perlu diwaspadai sebagai pertimbangkan berkonsultasi dengan psikolog. Terutama ketika muncul perilaku-perilaku yang tidak biasa terjadi.
Ini 4 perubahan perilaku yang perlu diperhatikan:
1. Anak-anak yang biasanya ceria lalu tiba-tiba menjadi murung dan tampak menarik diri. Jika hal ini terjadi, orangtua bisa mengajak anak untuk berbicara.
2. Perilaku lain misalnya anak mulai menyakiti diri sendiri dan lebih sering menangis daripada biasanya.
3. Nafsu makan tiba-tiba menurun.
4. Menarik diri dari interaksi keluarga.
Erlita menegaskan, jika ada perubahan perilaku yang cukup drastis dari kebiasaan sehari-hari, patut dicurigai. Orangtua juga perlu kepekaan untuk menemukan perubahan sikap anaknya.
Ajak anak berbicara
Jika menghadapi situasi seperti ini, yang harus dilakukan orangtua yakni mengajak anak berbicara.
Keluarga harus bersedia mendengarkan tanpa memberikan penilaian apapun. Sehingga anak diajak untuk bisa mengungkapkan apa yang dirasakan dan dipikirkan.
"Keluarga perlu membangun suasana yang aman dan nyaman bagi anak agar bisa berkomunikasi menyampaikan kesulitannya. Kalau anak susah terbuka, bisa berdiskusi bersama untuk menemukan pemecahan permasalahannya," ungkap Erlita.
Sementara itu Guru Bimbingan Konseling SMAN 6 Yogyakarta Redita Yuliawanti mengungkapkan, selama pandemi dan belajar di rumah, kebanyakan siswa mengeluh kesulitan membagi waktu dan merasakan jenuh.
Siswa merasa jenuh
Namun selama belajar di rumah, ada juga siswa yang bolos saat pelajaran online. Dengan alasan belum bangun, lupa submit atau sengaja tidak bergabung di kelas.
"Belajar di rumah itu problem utama manajemen waktu dan kejenuhan belajar," kata Redita.
Selama belajar di rumah, lanjut Redita, sekolah sudah memiliki jadwal pembinaan secara online. Dalam satu minggu, konsultasi online ini dilakukan satu kali. Baik melalui Zoom atau Google Clasroom untuk memfasilitasi pendampingan klasikalnya.
"Materinya beragam, biasanya kami diawal pertemuan menanyakan keadaan anak-anak. Memberi waktu untuk menceritakan kegiatan selama seminggu. Selain itu kami biasanya menggunakan daily jurnal untuk mengecek kondisi psikis siswa. Bisa via gambar, voice note, maupun tulisan," ungkap Redita.
Namun demikian, pihak sekolah juga memfasilitasi jika ada siswa yang ingin berkonsultasi langsung. "Pertemuan offline terjadwal dan tetap dengan protokol kesehatan," tutup Redita.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/02/03/184955371/4-perubahan-perilaku-anak-yang-perlu-diwaspadai-saat-belajar-di-rumah