KOMPAS.com - Persoalan penguatan literasi makin mendapatkan tantangan saat pandemi global Covid-19 berdampak pada proses pembelajaran yang mengharuskan siswa melaksanakan belajar dari rumah (BDR).
Menjawab tantangan tersebut, SEAQUIL (SEAMEO QITEP in Language) mengagas program Klub Literasi Sekolah (KLS) yang disenergikan dengan program Kampus Merdeka dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
KLS melibatkan 307 mahasiswa dari 18 perguruan tinggi yang akan mendampingi siswa sekolah menengah/sederajat yang berada di bawah naungan Dinas Pendidikan di 12 provinsi di Indonesia.
Direktur SEAQIL, Luh Anik Mayani menyampaikan KLS mengangkat tema abstrak literasi dan kecakapan abad ke-21, terealisasi sebagai sebuah kegiatan konkret (berbasis karya).
"Dalam mendukung kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka sesuai dengan arahan Sekjen Kemendikbud, Prof. Ainun Na‘im, SEAQIL akan senantiasa melibatkan berbagai pemangku kepentingan, yaitu sekolah, guru, siswa, mahasiswa, komunitas literasi, media massa, dan lain-lain," jelasnya.
Sebelum KLS resmi diluncurkan, SEAQIL telah melaksanakan serangkaian kegiatan, baik koordinasi maupun sosialisasi.
Dalam kesempatan tersebut, Deputi Direktur Administrasi SEAQIL, Misbah Fikrianto turut menyosialisasikan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang menjadi dasar program KLS.
Menurut Misbah Fikrianto, perguruan tinggi dituntut untuk dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif agar mahasiswa dapat meraih capaian pembelajaran.
Misbah menambahkan, raihan capaian pembelajaran tersebut mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara optimal serta selalu relevan dengan perkembangan Revolusi Industri tahap 4, dengan 3 Literasi, yaitu: Literasi Data, Teknologi, dan Manusia.
"Hal ini lah yang mendorong SEAQIL untuk bersinergi dengan kebijakan Kemendikbud, khususnya kebijakan MBKM yang bertujuan mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja," tegas Misbah.
Sejalan semangat Kampus Mengajar
Dalam peluncuran Sinergi KLS dan Kampus Mengajar secara daring (18/02/2021), Sekjen Kemendikbud, Prof. Ainun Na’im, mengungkapkan KLS yang digagas SEAQIL selaras dengan strategi dan program Kemendikbud di mana dalam konsep, strategi, dan program tersebut memerlukan sinergi semua pihak, baik pemerintah, masyarakat maupun mahasiswa.
"Sejalan dengan Kampus Mengajar yang digagas Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, KLS dapat menjaga keberlangsungan kependidikan selama pandemi," ujar Prof. Ainun.
Ia menambahkan, "melalui peran aktif mahasiswa, KLS diharapkan juga dapat membantu para guru, orang tua, dan siswa untuk menjamin bahwa siswa tetap melaksanakan proses pembelajaran meskipun dalam masa pandemi."
"Hal ini dapat dilakukan dengan berkoordinasi mengenai kegiatan yang dilaksanakan, sehingga lebih efektif dalam meningkatkan kompetensi siswa," jelasnya.
KLS akan dilaksanakan dalam satu siklus yang berdurasi tiga bulan di 12 provinsi, di antaranya; Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Riau, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.
Siswa anggota KLS akan didampingi guru dan mahasiswa dalam melakukan berbagai aktivitas literasi, seperti membaca satu buku atau menghasilkan suatu karya dengan tema tertentu (karya sastra, pertunjukan seni, karya jurnalistik, poster, dan karya relevan lainnya).
Melalui program ini, sekolah akan berperan aktif dalam membentuk KLS; komunitas literasi dan media massa akan berperan aktif dalam melatih mahasiswa menjadi pendamping KLS.
Perguruan tinggi dan mahasiswa akan berperan aktif menjadi pendamping/instruktur KLS dan siswa tentu akan berperan aktif dalam meningkatkan minat dan literasi baca-tulis/tutur mereka.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/02/22/203249671/sinergi-kampus-mengajar-dan-kls-jawab-tantangan-literasi-masa-pandemi