KOMPAS.com - Melansir situs earth.org, sekitar sepertiga produksi makanan di dunia atau sekitar 1,3 miliar ton makanan yang sedianya ditujukan untuk konsumsi manusia, dibuang dan menjadi limbah. Padahal, jumlah tersebut cukup untuk memberi makan 3 miliar orang.
Dalam laporan berjudul Fixing Food: Towards the More Sustainable Food System yang dirilis The Economist pada 2011, dinyatakan bahwa rata-rata orang Indonesia membuang makanan sekitar 300 kilogram setiap tahunnya.
Kondisi itu membuat Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara penghasil food waste atau limbah makanan tertinggi di dunia.
Limbah makanan ini merupakan hasil dari proses produksi, distribusi, ritel, maupun pembelian makanan yang berlebihan oleh individu.
Menyadari dan peduli bahwa limbah makanan tengah menjadi salah satu isu lingkungan kemasyarakatan yang penting bagi Indonesia, bersama dengan tujuh universitas lain di dunia, Universitas Ma Chung, Malang, ambil bagian dalam usaha untuk mengurangi limbah makanan dunia.
Konsorsium yang didukung penuh oleh Uni Eropa, baik dalam hal pembiayaan maupun fasilitasi program ini terdiri dari delapan institusi pendidikan yaitu:
Mendapatkan dana hibah dari Uni Eropa sebesar 835.400 EUR, beberapa program akan dijalankan dalam jangka waktu tiga tahun.
Konsorsium Perguruan Tinggi bantu pecahkan masalah limbah makanan
Sebagai langkah awal, telah digelar international conference bertajuk Resolving a Societal Challenge: Interdisciplinary Approach Towards Fostering Collaborative Innovation in Food Waste Management atau yang disingkat menjadi IN2FOOD, Senin (15/2/2021) lalu.
Konferensi internasional ini diharapkan menjadi wadah bertemunya pemikir-pemikir dunia yang akan memberikan masukan berharga bagi para peserta dan para calon penggerak inovasi dalam pengelolaan limbah makanan.
Program IN2FOOD didesain untuk menyiapkan perguruan tinggi sebagai institusi agen perubahan untuk berkontribusi memecahkan masalah limbah makanan.
Tujuan proyek ini adalah untuk memberikan pemutakhiran kurikulum di lima institusi pendidikan tinggi anggota konsorsium dalam bidang pengelolaan limbah makanan, serta untuk menerapkan kerja sama lintas disiplin ilmu dalam memupuk kerja sama yang menghasilkan inovasi dalam pemecahan masalah limbah makanan.
Melalui konsorsium ini pula, tiga institusi di Eropa akan memberikan transfer ilmu, teknologi, dan pengembangan inovasi. Perguruan tinggi anggota konsorsium diharapkan dapat mengembangkan pengajaran, aktivitas kokurikuler dan riset inovatif dalam pemecahan masalah limbah makanan, serta program master yang berhubungan dengan isu pengolahan limbah makanan.
Dalam skala besar, program IN2FOOD memiliki target untuk melaksanakan semua programnya selama 3 tahun atau hingga Januari 2024.
Dengan menjadi bagian dari konsorsium ini, Universitas Ma Chung kembali memberikan bukti nyata komitmennya untuk menjadi perguruan tinggi yang berkontribusi dalam pemecahan masalah nasional dan dunia.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/02/23/160251571/limbah-makanan-indonesia-terbanyak-kedua-dunia-8-kampus-gelar-in2food