Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Agar Anak Siap Hadapi Ujian Sekolah di Masa PJJ

KOMPAS.com - Tekanan psikologis dapat menjadi salah satu kondisi yang dihadapi siswa selama satu tahun menjalani Pembelajaran Jarak jauh (PJJ) akibat pandemi Covid-19.

Tekanan psikologis bisa muncul lantaran minimnya interaksi dengan guru, teman dan lingkungan, bisa juga dikarenakan tekanan akibat sulitnya mencapai target selama PJJ.

Bagi anak yang cepat atau mudah beradaptasi, PJJ mungkin bukan sebuah masalah. Namun, tidak demikian bagi anak yang sulit atau tidak cepat beradaptasi. Alih-alih efektif, PJJ justru dapat mendatangkan tekanan. Terlebih saat menghadapi ujian.

Ketidaksiapan menghadapi ujian tak dimungkiri dapat menjadi pemicu stres pada anak. Kondisi tersebut dapat membuat anak kurang termotivasi belajar, bahkan malas-malasan.

Lantas, bagaimana caranya agar psikologi anak tetap terjaga selama pembelajaran jarak jauh? Termasuk juga menjaga agar tetap stabil menjelang ujian sekolah?

Psikolog Intan Erlita, M.Psi mengatakan, menjaga anak agar tidak stres selama PJJ bukanlah perkara mudah. Karena bagaimanapun, ada begitu banyak perbedaan yang harus dihadapi antara sebelum dan selama pandemi.

Sebagai contoh, kata dia, jika sebelum pandemi dulu pembelajaran 100 persen dilakukan di sekolah, di mana siswa memiliki atau membentuk pola belajar yang umumnya sama.

"Pembelajaran dapat dilakukan dengan berkelompok, belajar dengan teman sebaya, mandiri, atau dengan guru sebagai fasilitator yang dapat memantau maksimal pembelajaran siswa," paparnya dalam keterangan tertulis Kelas Pintar yang diterima Kompas.com.

Kini, walaupun ada pembelajaran serupa, namun interaksi sesama teman sebaya serta pengawasan guru tidak dapat maksimal karena melalui perantara teknologi.

Intan menerangkan, kondisi ini tidak mudah. Bukan saja bagi orangtua, tetapi juga bagi anak.

"Dari sinilah, berbagai tekanan psikologis mulai berdatangan. Pada level tertentu, bahkan membuat anak menjadi kurang termotivasi dalam aktivitas pembelajaran," paparnya.

Orangtua perlu hadir jadi teman diskusi

Menurut Intan, anak-anak baik TK, SD, SMP, maupun SMA, membutuhkan kontak atau sosialisasi yang cukup tinggi.

"Di mana mereka belajar mengenali lingkungan, belajar mengenali bagaimana ngobrol dengan guru, orang yang lebih tua, serta bagaimana beradaptasi dengan teman-teman seumuran. Pandemi ini membuat mereka kehilangan masa-masa yang dikatakan sebagai hubungan manusianya itu. Hubungan bagaimana dia beradaptasi. Nah ini menimbulkan stres tersendiri," jelas Intan.

Kondisi tersebut, dinilainya dapat diperburuk dengan tuntutan belajar yang tinggi, tugas-tugas yang banyak namun waktu yang tersedia untuk mengerjakan sedikit, serta tidak adanya waktu untuk mengaktualisasikan diri.

Di level ini, Intan menyebut bahwa banyak anak akhirnya merasa jenuh dan lelah. Ini kemudian tidak hanya berdampak pada nilai yang turun, tetapi juga emosi yang tidak terkontrol. Di mana anak mudah marah.

“Jadi mereka gampang marah, gampang seolah-olah kayak ngelawan sama orang tuanya. Kayak dia enggak nyaman dengan kondisinya. Nah itulah yang terjadi dengan anak-anak kita saat ini, kalau kita bicara mengenai efek negatif dari PJJ,” tambahnya.

Saat kita mengaitkan ini dengan ujian, tekanannya pun menjadi semakin tinggi. Di satu sisi, mereka masih harus beradaptasi. Di sisi lain, ada target-target yang mungkin tetap harus diwujudkan.

“Jadi kondisi memasuki ujian ini ada dua, ada siswa yang ‘Ok I'm ready’, ada juga yang konteksnya nggak siap, akhirnya stres,” kata Intan.

Di sinilah peran orang tua sangat dibutuhkan, bukan saja sebagai supporter, yang memberi dukungan pada anak dalam proses belajarnya, tetapi juga seseorang yang bisa diajak berdiskusi, menjadi pendengar yang baik, dan tentu saja memberi motivasi.

"Jadi sekarang ini bisa dibilang merupakan saatnya bagi kita untuk lebih mengenal anak kita. Cobalah untuk mendengarkan mereka. Dengan begitu mereka bisa berpikir, ‘saya bisa datang ke orang tua saya kapanpun saya ada masalah, karena orang tua saya mau mendengarkan.’ Karena adakalanya anak kita juga enggak butuh solusi dari kita. Mereka cuma butuh didengarkan," lanjut Intan.

Orangtua membantu sesuai porsi

Meski demikian, terlepas dari sejumlah dampak negatif yang muncul sebagai akibat diterapkannya metode pembelajaran jarak jauh (PJJ), Intan juga tidak menampik adanya dampak positif dari PJJ.

Diakuinya, momen ini menjadi saat yang tepat untuk melatih kemandirian anak.

Di sini, Ia mengungkap tentang satu persepsi yang sejatinya harus sama-sama dimiliki orang tua saat ini, yakni membantu tapi bukan membantu secara harfiah.

“Biarkan anak mengurus bukunya sendiri, mengerjakan PR-nya sendiri, dan sebagainya. Jadi sudah bukan saatnya kita ngomong, ah enggak tega. Karena kadang-kadang merasa tidak tega itu membuat si anak tidak menjadi sosok yang mandiri,” tegas Intan.

Ia menambahkan, orang tua cukup membantu sesuai porsinya. Biarkan anak menyelesaikan masalahnya sendiri, semaksimal yang dia bisa. “Yang penting ada usahanya, karena ini akan mempengaruhi karakternya saat dewasa,” katanya.

Temukan cara belajar efektif

Hal yang tak jauh berbeda diungkap pemerhati dunia Pendidikan sekaligus Head of Academic Kelas Pintar Maryam Mursadi. Ia mengatakan, meski demotivasi pada anak, khususnya menjelang ujian, kerap terjadi, namun bukan berarti tak bisa diatasi.

Sederhananya, kata dia, bicara mengenai ujian berarti bicara mengenai readiness, atau kesiapan.

Jika anak siap menghadapi ujian, dalam arti paham dengan materi yang akan diujikan, berlatih dengan baik, dan rutin, maka kekhawatiran akan gagal pun bisa dihindari.

Sebaliknya, bagi anak yang tidak siap, menghadapi ujian dapat mendatangkan kecemasan, dan akhirnya stres.

“Nah, demotivasi muncul karena siswa belum siap menghadapi ujian, atau dia tahu dia belum paham atau tidak siap ujian, tapi tidak tahu bagaimana menghadapinya atau mencari jalan keluarnya,” ungkap Maryam. “Inilah mengapa mempersiapkan diri sejak awal sangatlah penting.”

Dengan demikian, terang dia, belajar selama PJJ tidak akan menjadi beban, karena didukung dan difasilitasi, bukan saja oleh orang tua, ataupun lingkungan, tetapi juga platform yang tepat.

https://edukasi.kompas.com/read/2021/03/18/165613271/agar-anak-siap-hadapi-ujian-sekolah-di-masa-pjj

Terkini Lainnya

Cerita Novika, Alumnus UGM Jadi Penyuluh Pertanian di Daerah 3T

Cerita Novika, Alumnus UGM Jadi Penyuluh Pertanian di Daerah 3T

Edu
Kisah Pak Theo, Guru yang Mengajar Anak Suku Moskona di Teluk Bintuni, Papua Barat

Kisah Pak Theo, Guru yang Mengajar Anak Suku Moskona di Teluk Bintuni, Papua Barat

Edu
Profil Wamildan Tsani Panjaitan, Dirut Baru Garuda yang Lulusan Tanus  dan AAU

Profil Wamildan Tsani Panjaitan, Dirut Baru Garuda yang Lulusan Tanus dan AAU

Edu
BRIN Beri Beasiswa Program Degree By Research bagi S2-S3, Ada Bantuan UKT dan Riset

BRIN Beri Beasiswa Program Degree By Research bagi S2-S3, Ada Bantuan UKT dan Riset

Edu
Ubah Wajah Industri Jamu, Irwan Hidayat Raih Gelar Honoris Causa dari Unnes

Ubah Wajah Industri Jamu, Irwan Hidayat Raih Gelar Honoris Causa dari Unnes

Edu
“Pangan Kasih dari Hati ke Rasa”, Gerakan Solidaritas Orang Muda untuk Akses Pangan

“Pangan Kasih dari Hati ke Rasa”, Gerakan Solidaritas Orang Muda untuk Akses Pangan

Edu
Inovasi Siswa SMAN 8 Purworejo, Bikin Lampu Otomatis hingga Buka Pintu dengan KTP

Inovasi Siswa SMAN 8 Purworejo, Bikin Lampu Otomatis hingga Buka Pintu dengan KTP

Edu
Perkuat Pendidikan Indonesia, Yasbil Luncurkan 'Beasiswa Anak Teladan Indonesia 2025'

Perkuat Pendidikan Indonesia, Yasbil Luncurkan "Beasiswa Anak Teladan Indonesia 2025"

Edu
Tips Tembus Publikasi di Jurnal Bereputasi ala Pakar dari Ural Federal University, Rusia

Tips Tembus Publikasi di Jurnal Bereputasi ala Pakar dari Ural Federal University, Rusia

Edu
Kisah Prof. Rainiyati, 12 Tahun Rampungkan Usaha Jadi Guru Besar Unja

Kisah Prof. Rainiyati, 12 Tahun Rampungkan Usaha Jadi Guru Besar Unja

Edu
Cerita Alumni Telkom University, Ikut Desain Mobil Kepresidenan MV3 Garuda

Cerita Alumni Telkom University, Ikut Desain Mobil Kepresidenan MV3 Garuda

Edu
Perkuat “Growth Mindset”, 516 Beswan Djarum Diharapkan Temukan Potensi Diri

Perkuat “Growth Mindset”, 516 Beswan Djarum Diharapkan Temukan Potensi Diri

Edu
Mendikdasmen Ingin Ada Pramuka Bhayangkara di Sekolah, Apa Itu?

Mendikdasmen Ingin Ada Pramuka Bhayangkara di Sekolah, Apa Itu?

Edu
Tangguhkan Gelar Doktor Bahlil, UI Akui Harus Lakukan Perbaikan Internal

Tangguhkan Gelar Doktor Bahlil, UI Akui Harus Lakukan Perbaikan Internal

Edu
Cerita 2 Profesor Perempuan Unej, Susul Suami Jadi Guru Besar di Fakultas yang Sama

Cerita 2 Profesor Perempuan Unej, Susul Suami Jadi Guru Besar di Fakultas yang Sama

Edu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke