KOMPAS.com - Tradisi membaca mampu mendorong keberhasilan sebuah bangsa, oleh karenanya budaya baca perlu terus dikembangkan sejak dini melalui berbagai platform agar mudah diakses oleh orang banyak.
Persoalan akses baca ini mengemuka dalam pemaparan ditekankan kembali oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dalam Rapat Koordinasi Nasional Bidang Perpustakaan tahun 2021, pada hari ke-1, Senin, (22/3/2020).
Dihadapan 10.000 lebih peserta, Ganjar menjelaskan, Jawa Tengah tengah giat dalam gerakan revolusi mental, untuk membangun jiwa merdeka menuju bangsa Indonesia yang besar.
Di dalamnya terdapat beberapa pikiran pokok untuk membangun jiwa yang merdeka, mengubah cara pandang, pikiran, sikap dan perilaku agar berorientasi pada kemajuan dan hal-hal yang modern.
Oleh karenanya, Ganjar menjelaskan setidaknya ada 6 prioritas perpustakaan Jawa Tengah yang meliputi;
Tranformasi perpustakaan seiring zaman
Ia melihat bahwa perpustakaan hari ini memang sudah wajib tampil secara modern, karena kemajuan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi dengan pengembangan perpustakaan merupakan tuntutan masyarakat sekaligus kebutuhan zaman.
Menurutnya, secara umum, potret perpustakaan digital terkini ada pada titik belum adanya konsep rancang bangunan perpustakaan digital. Termasuk tingkat kemudahan dalam konsep aksesbilitas, juga manajemen dan kebijakan perpustakaan digital.
“Mau tidak mau, kita pindah. Kita bergeser. Rasanya anak-anak sekarang lebih mudah dan lebih cepat, apalagi kita sedang pandemi. Mereka bisa belajar, main game dan belajar apapun dengan cepat," jelasnya.
Ganjar menambahkan, "anak-anak sekarang bisa menerobos kemana saja. Tugas kita adalah infrastruktur dan rancang bagunan harus kita siapkan.”
Dalam kesempatan tersebut ia juga menyampaikan pihaknya menjalankan strategi pembangunan perpustakaan melalui beberapa gerakan, antara lain dukungan kebijakan, mulai dari anggaran hingga tim sinergi.
Tidak hanya itu, melalu i-Jateng Ganjar melakukan optimalisasi media sosial sebagai media kampanye.
“Dinas-dinas di Jateng saya dorong untuk punya medsos, dan diusahan verified, centang biru. Soal buku, kita sudah harus siapkan e-book, termasuk banyak aplikasi yang mengembangkan membaca buku tidak hanya di-scrol, tapi juga bisa membukanya per halaman, seperti membaca buku fisik,” katanya.
Gerakan literasi di tengah pandemi
Di sela-sela pemaparaannya, Ganjar mengatakan bahwa ia adalah dirinya adalah pribadi yang sangat suka membaca, dan sudah sangat lama berteman dengan buku.
Maka tak heran jika Ganjar selalu suka jika secara pribadi maupun Pemerintah Jawa Tengah harus mencari buku untuk maksud pembudayaan budaya baca ini.
“Saya itu paling suka dimintain buku. Pasti saya cariin. Kadang saya kontak penerbit untuk minta buku. Mereka punya banyak stok yang bisa dibeli dengan diskon dan bahkan banyak yang menghibahkannya. Kita bisa bantu teman-teman supaya bisa mendapatkan buku baru,” sambung dia.
Secara khusus pada masa pandemi ini, kata Ganjar, Jawa Tengah tak berhenti menyuarakan gerakan literasi dan budaya baca, tentu melalui saluran daring, melalui beberapa gerakan seperti Ruang Belajar Modern.
Selain itu, pihaknya juga mengupayakan kursus daring gratis yang diadakan oleh perpustakaan provinsi Jawa Tengah, juga membaca melalui i-jateng.
“Bosan berkegiatan di rumah, ayo ikut kursus online di Perpustakaan Provinsi Jateng. Meski selama pandemi ini kita mengaturnya lebih ketat,” ajaknya.
Hasil dari segala upaya dalam mendukung kegemaran membaca dan meningkatkan indeks literasi masyarakat Jawa Tengah ini adalah Jawa Tengah meraih angka yang cukup signifikan, baik secara online maupun ofline yang terhitung pada Desember 2020, mencapai 2.935.761 orang.
“Mengajak orang membaca itu butuh effort lebih, ketimbang mengajak mereka untuk menonton. Jadi walaupun indeksnya sedang, itu sudah cukup memuaskan,” katanya.
Indeks pembangunan literasi Jateng
Ganjar juga menyampaikan bahwa hasil pembangunan perpustakaan berdasarkan indeks pembangunan minat baca, yang diketahui secara Nasional pada Tahun 2020, masuk kategori ‘Sedang’, yaitu 55,74 persen.
Angka indeks minat baca Jawa Tengah pada tahun 2020 juga termasuk kategori ‘Sedang’, yaitu 61,88 persen, yang dikatakannya masih lebih tinggi dibanding indeks minat baca nasional.
Sedangkan minat baca masyarakat Jawa Tengah berada pada angka 55,17 persen, dengan tiga daerah paling dominan adalah Kab. Karanganyar (70,92 persen), Kota Surakarta (61,92 persen), dan Kabupaten Banjarnegara sebesar 61,83 persen.
Itu semua berasal dari 2.347.072 total jumlah koleksi buku di perpustakaan-perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, dengan klasifikasi jumlah perpustakaan sesuai kategorinya.
Jawa Tengah memiliki 4.664 perpustakaan umum, perpustakaan sekolah/madrasah sebanyak 23.332 unit, perpustakaan khusus sebanyak 377, dan perpustakaan perguruan tinggi sebanyak 251 unit.
“Jumlah ini masih jauh dari cukup, karena kita butuh minimal sekitar enam juta buku. Kita bisa berimajinasi dengan berkelana menggunakan buku. Dalam banyak sesi seminar, saya sering kasih buku,” katanya.
“Dengan membaca dapat meningkatkan kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Minat baca yang tinggi bisa merangsang untuk menjadi pribadi-pribadi yang kritis," harap Ganjar menutup pemaparannya.
Rakornas Bidang Perpustakaan tahun 2021 digelar Perpustakaan Nasional (Perpusnas) pada 22-23 Maret 2021 mengangkat tema tema "Integrasi Penguatan Sisi Hulu dan Hilir Budaya Literasi dalam Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural" dengan mengundang berbagai pemangku kepentingan terkait penguatan literasi.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/03/22/180032271/ganjar-pranowo-perpustakaan-harus-bertransformasi-seiring-kebutuhan-zaman