Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Hoaks tentang Covid-19 Dibedah Dua Pakar UGM

KOMPAS.com - Lebih dari satu tahun masyarakat dunia berhadapan dengan Covid-19. Namun, di satu sisi masih banyak informasi yang justru menyesatkan.

Atau bisa dibilang, ada banyak kabar bohong atau hoaks seputar virus SARS Cov-2 ini. Adanya disinformasi tersebut banyak menimbulkan kebingungan di masyarakat.

Pakar Alergi Imunologi, Deshinta Putra Mulya, dan Pakar Pulmonologi, Ika Trisnawati dari Universitas Gadjah Mada (UGM) mengatakan banyak bermunculan hoaks seputar vaksin di tengah pelaksanaan program vaksinasi nasional Covid-19. Apa saja kabar kebohongan tentang vaksin? berikut rangkumannya:

1. Vaksin Covid-19 membahayakan

Ia menegaskan jika hal tersebut tidak tepat, sebab dalam pembuatan vaksin telah melalui serangkaian penelitian panjang baik untuk melihat kemampuan membentuk antibodi, efek samping, hingga efikasi.

"Jadi, pernyataan vaksin Covid-19 berpotensi membahayakan itu tidak benar karena sudah melalui penelitian yang panjang dan setelah diberikanpun dilakukan observasi lagi," ujar Pakar Alergi Imunologi, Deshinta Putra Mulya, saat menjadi pemateri di webinar bertajuk Mitos Vs Fakta Seputar Covid-19: Pencegahan, Vaksin, Diagnosis, dan Terapi pada Rabu (24/3/2021) oleh Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM.

2. Vaksin moderna dirancang untuk mengubah DNA manusia dan vaksin Covid-19 memiliki chip untuk melacak orang

"Tidak benar vaksin Covid-19 ada chipnya, tidak bisa chip dimasukan melalui injeksi," tutur Deshinta.

3. Vaksin Covid-19 telah bermutasi menjadi ribuan Covid-19 baru di seluruh dunia

Deshinta menjelaskan jika hal tersebut tidak benar, sebab virus Covid-19 dalam vaksin telah dimatikan sehingga tidak akan menimbulkan mutasi.

"Lalu, tidak perlu mematuhi protokol kesehatan setelah divaksin Covid-19 itu juga salah karena antibodi tidak langsung terbentuk setelah vaksin. Selain itu, efikasi masing-masing vaksin beda, tidak ada yang 100 persen sehingga masih ada peluang terinfeksi," papar Deshinta.

4. Pasien Covid-19 tidak dapat lagi terinfeksi kembali karena sudah memiliki kekebalan

Sementara Pakar Pulmonologi, Ika Trisnawati yang ikut menjadi pemateri, menyampaikan dari awal penyebaran virus corona baru hingga saat ini banyak beredar hoaks melalui berbagai platform media. Hoaks terbaru mengenai hal ini, disebutnya tidak benar.

Karena, meskipun sudah ada kekebalan tetapi kekebalan akan turun setelah 2-3 bulan dan saat terjadi penurunan bisa berisiko terinfeksi lagi.

5. Minum mecobalamin dapat mengobati anomsia sebagai gejala Covid-19

Ika menjelaskan informasi minum mecobalamin dapat mengobati anomsia sebagai gejala Covid-19 tidaklah benar. Sebab, pengobatan untuk anosmia tidak menggunakan jenis obat-obatan tersebut.

6. Obat herbal China Lianhua Qingwen bisa sembuhkan Covid 19

Demikian halnya dengan penggunaan obat herbal China Lianhua Qingwen tidak dapat membantu mengurangi perburukan kondisi Covid-19.

"Sebenarnya Lianhua itu obat herbal yang memiliki kandungan untuk turunkan demam, bersihkan dahak saluran pernafasan, meringankan nyeri tenggorokan. Obat ini memang bisa membantu tapi bukan mengurangi perburukan kondisi pasien Covid-19," jelas Ika.

7. Mutasi virus Covid-19 sangat mematikan

Ika mengatakan informasi tersebut tidaklah tepat. Dari sejumlah penelitian diketahui mutasi virus Covid-19 memang terbukti memiliki daya infeksi yang lebih besar.

Namun begitu, belum terdapat bukti ilmiah yang menyebutkan mutasi Covid-19 menjadi sangat mematikan.

"Mutasi terbukti mudah menularkan, tetapi belum ada laporan kalau mutasi menjadi sangat mematikan," pungkasnya.

https://edukasi.kompas.com/read/2021/03/26/124239571/7-hoaks-tentang-covid-19-dibedah-dua-pakar-ugm

Terkini Lainnya

Tips Lancar Kuliah S2 dari Syafika, Wisudawan Terbaik Manajemen UGM

Tips Lancar Kuliah S2 dari Syafika, Wisudawan Terbaik Manajemen UGM

Edu
'Triple Bottom Line' dan 'Green Jobs' Jadi Landasan Penting Bisnis Berkelanjutan

"Triple Bottom Line" dan "Green Jobs" Jadi Landasan Penting Bisnis Berkelanjutan

Edukasi
Sekolah Bogor Raya Berpartisipasi di Ajang Festival 'This is Indonesia' New York

Sekolah Bogor Raya Berpartisipasi di Ajang Festival "This is Indonesia" New York

Edu
H-1 Ditutup, Simak Cara Daftar PPPK Kemenag 2024

H-1 Ditutup, Simak Cara Daftar PPPK Kemenag 2024

Edu
Materi Pendidikan Profesi Guru Ditambah, Mendikdasmen Ingin Tingkatkan Kualitas Guru

Materi Pendidikan Profesi Guru Ditambah, Mendikdasmen Ingin Tingkatkan Kualitas Guru

Edu
Ingin Kuliah S2-S3 Gratis di AS? Daftar Beasiswa Fulbright 2025

Ingin Kuliah S2-S3 Gratis di AS? Daftar Beasiswa Fulbright 2025

Edu
Soal Penguatan Matematika sejak TK, Guru Besar UPI: Cinta Matematika Harus Jadi Gerakan

Soal Penguatan Matematika sejak TK, Guru Besar UPI: Cinta Matematika Harus Jadi Gerakan

Edu
Kemenag Susun Peraturan Menteri Baru tentang Pendidikan Agama di Sekolah

Kemenag Susun Peraturan Menteri Baru tentang Pendidikan Agama di Sekolah

Edu
Uti Nilam, Lulusan Kedokteran yang Jadi Medical Illustrator Pertama di Indonesia

Uti Nilam, Lulusan Kedokteran yang Jadi Medical Illustrator Pertama di Indonesia

Edu
Mendikdasmen Bakal Beri Beasiswa buat Guru yang Belum S1 dan S4

Mendikdasmen Bakal Beri Beasiswa buat Guru yang Belum S1 dan S4

Edu
Soal Kasus Kekerasan Terhadap Guru, Komisi X DPR Sebut Pentingnya Peran Orangtua

Soal Kasus Kekerasan Terhadap Guru, Komisi X DPR Sebut Pentingnya Peran Orangtua

Edu
Sosok Fauzul Azhim, Pelajar Indonesia Terpilih Jadi Presiden Pemuda Asia Tenggara

Sosok Fauzul Azhim, Pelajar Indonesia Terpilih Jadi Presiden Pemuda Asia Tenggara

Edu
Syarat dan Cara Daftar Petugas Haji 2025, Lulusan S1 Bisa Daftar

Syarat dan Cara Daftar Petugas Haji 2025, Lulusan S1 Bisa Daftar

Edu
20 Universitas Swasta Terbaik di Surabaya Versi EduRank, Referensi Kuliah Tahun Depan

20 Universitas Swasta Terbaik di Surabaya Versi EduRank, Referensi Kuliah Tahun Depan

Edu
Persiapan Wajib Belajar 13 Tahun, Mendikdasmen Kunjungi TK di Palembang

Persiapan Wajib Belajar 13 Tahun, Mendikdasmen Kunjungi TK di Palembang

Edu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke