Oleh: Mahir Martin | Guru SMAN Banua Banjarmasin, Kalsel
KOMPAS.com - Pandemi memang tidak seharusnya menghambat siswa berprestasi. Meskipun berada dalam kondisi yang serba sulit, tak selayaknya siswa menyerah pada keadaan. Jika ada kemauan yang kuat, ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh siswa untuk bisa berprestasi.
Sudah tentunya, siswa tak bisa sukses berprestasi dengan sendirinya. Dibutuhkan peran aktif orangtua dan guru untuk bisa menggali potensi siswa. Selain itu, dorongan dan motivasi juga menjadi hal kunci dalam melakukan pendampingan kepada siswa untuk bisa mencapai prestasi.
Bagi seorang guru, bisa mengantarkan siswa untuk menuju jalur prestasi adalah sebuah kebanggan tersendiri. Pencapaian prestasi apa yang diraih bukanlah tujuan utama. Yang lebih penting adalah bagaimana proses pencapaiannya.
Bahkan terkadang siswa yang dibimbing bisa saja gagal meraih prestasi terbaiknya. Yang perlu dilakukan guru adalah untuk terus memberikan dorongan dan motivasi. Karena sejatinya, proses yang berkelanjutan itulah yang akan membawa siswa kepada puncak prestasi.
Terkait ini, saya memiliki pengalaman. Di akhir bulan Februari lalu, saya berkesempatan menjadi salah satu pembimbing pada ajang kompetisi Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) 2021.
ISPO sendiri adalah ajang kompetisi proyek sains yang merupakan bagian dari rangkaian acara Festival Sains dan Budaya (FSB) yang dimotori oleh konsultan pendidikan Eduversal Indonesia.
Selain ISPO, Festival Sains dan Budaya menghadirkan kompetisi Olimpiade Seni dan Bahasa Indonesia (OSEBI). Jika ISPO mengusung bidang sains, maka OSEBI menitik beratkan kompetisi pada bidang seni dan Bahasa Indonesia.
Ada dua siswa yang saya bimbing untuk membuat proyek yang berhubungan dengan pandemi Covid-19.
Tahun lalu, kami sempat juga mengikuti ISPO. Namun sayangnya, kami gagal di babak final. Tahun ini, kami mencoba peruntungan untuk kembali mengikuti ISPO dengan proyek sains yang berbeda.
Siswa tak patah semangat
Ya, melahirkan siswa berprestasi untuk mengikuti kompetisi nasional seperti ISPO dan OSEBI di masa pandemi pastinya tidak mudah. Berbagai macam keterbatasan dan kendala menjadi tantangan tersendiri bagi siswa dan guru pembimbing.
Begitupun bagi dua orang siswa saya yang kembali berhasil menembus babak final ISPO tahun ini. Proyek yang mereka buat tidak bisa disempurnakan karena adanya keterbatasan dan kendala situasi pandemi Covid-19.
Terlepas adanya keterbatasan dan kendala, mereka tak patah arang. Mereka tetap semangat membuat proyeknya sampai dengan tuntas. Setiap tahapan pembuatan proyek mereka lakukan dengan baik dan penuh dengan harapan bisa memberikan yang terbaik di babak final nantinya.
Sebenarnya, apa yang menyebabkan kedua siswa ini begitu bersemangat membuat proyek meski dalam situasi pandemi?
Untuk menjawab pertanyaan ini, saya perlu flashback ke belakang melihat proses yang telah mereka lewati sebelumnya.
Kedua siswa saya ini memang dari awal memiliki minat dan bakat untuk membuat proyek sains. Sebelum pandemi Covid-19 melanda, mereka sudah sering mengikuti berbagai macam perlombaan proyek sains.
Mereka telah berproses untuk meraih prestasi jauh sebelum munculnya pandemi Covid-19.
Dengan adanya proses yang mereka jalani, situasi pandemi Covid-19 yang melanda, tak akan banyak mempengaruhi semangat dan motivasi mereka.
Pandemi Covid-19 tak bisa menggoyahkan kemauannya untuk terus mengikuti perlombaan dan untuk terus bisa berprestasi.
Prinsip agile education
Keadaan kedua siswa saya ini sangat sesuai dengan pemaparan dari psikolog Ibu Ummi Kholifah pada webinar tentang "Adaptasi Sekolah Pasca Pandemi," yang saya ikuti beberapa minggu lalu.
Saat itu, beliau menyebut kondisi seperti ini dengan istilah agile education. Agile Education (Pendidikan tangkas) adalah sebuah prinsip dan model pendidikan yang mampu memelihara kontinuitas pembelajaran dalam segala situasi, kondisi dan cobaan kehidupan secara lincah, tangkas, dan adaptif, berdasarkan kehidupan riil.
Berdasarkan pemahaman saya, tercapainya kondisi agile dalam pendidikan sangat ditentukan oleh proses yang dilewati pada fase sebelumnya. Dalam hal ini, proses yang dimaksud adalah pola asuh dan pola didik orangtua dan guru sebelumnya.
Proses yang dialami siswa pada masa sebelum pandemi Covid-19 akan sangat menentukan keberhasilan siswa melewati masa pandemi ini. Demikian juga proses di masa pandemi Covid-19 akan sangat menentukan bagaimana siswa kelak akan melewati masa pasca pandemi.
Oleh karena itu, guru harus pintar untuk membaca siswa. Guru harus bisa melihat kondisi siswa dengan lebih seksama sehingga mendapatkan gambaran jelas tentang siswa. Setelah itu, guru bisa mengatur strategi terbaik untuk membawa siswanya berprestasi.
Lantas, strategi apa yang seharusnya dilakukan guru untuk bisa melahirkan siswa berprestasi di masa pandemi Covid-19 ini?
Sejatinya, guru seharusnya bisa mendorong siswa untuk membuka diri agar bisa menuju jalur prestasi di masa pandemi ini. Berbagai macam kompetisi bisa digunakan sebagai pemicu siswa untuk bisa berprestasi.
Dengan adanya dorongan guru, siswa akan lebih termotivasi dalam belajar sehingga akan membantunya untuk bisa keluar dari tekanan dan stress yang dialami ketika mengikuti pembelajaran online.
Strategi guru gali potensi
Untuk itu, strategi yang yang perlu dilakukan guru adalah mengenali, memetakan, dan menggali potensi siswa. Potensi siswa bisa kita lihat dari minat dan bakatnya. Minat dan bakat siswa bisa dilihat dari berbagai sisi siswa.
Guru perlu melihat ke belakang, masa sebelum pandemi melanda, untuk bisa lebih memahami potensi siswa ini.
Setelah mengetahui potensi siswa, langkah selanjutnya adalah memetakan potensi yang dimiliki siswa. Guru perlu berpikir untuk bisa membantu mengarahkan siswa mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Guru juga perlu menyuguhkan pilihan kepada siswa agar bisa benar-benar memilih pilihan yang cocok dengan potensinya.
Setelah mengetahui arah dan bidang potensi yang akan didalami siswa, lalu guru bisa membantu siswa untuk menggali potensinya tersebut.
Pada fase ini, guru memerlukan dukungan dari orangtua dan juga dukungan para ahli yang memang berkompeten dalam bidang potensi yang telah dipilih siswa.
Saya beruntung telah melewati seluruh rangkaian proses itu jauh sebelum pandemi Covid-19 muncul. Hal ini membuat saya lebih mudah untuk mengarahkan kedua siswa saya tersebut untuk terus berusaha mengukir prestasi di masa pandemi ini.
Artinya, untuk melahirkan siswa berprestasi pada masa pandemi, maka guru harus pandai melihat proses yang telah dilalui siswa selama ini. Guru harus bisa membaca minat dan bakat siswanya, apa yang disukainya, apa yang membuatnya termotivasi.
Namun, jika guru belum mampu membaca hal ini, tak ada kata terlambat. Pandemi yang belum terlihat ujungnya ini masih memberikan ruang kesempatan bagi para guru untuk mulai berproses, mengatur strategi terbaik yang bisa diterapkan pada siswa.
Sejatinya, tak ada kata terlambat dalam berproses di masa pandemi yang masih berlangsung ini.
Proses yang dilakukan pun bisa saja menjadi sangat penting untuk bisa memberikan jaminan yang baik bagi para siswa untuk menatap masa pasca pandemi yang cepat atau lambat pastinya akan datang ke hadapan kita.
Bukankah baik tidaknya masa pasca pandemi akan kita jalani ditentukan dari proses yang kita jalani sekarang? Proses bagaimana kita sekarang menghadapi pandemi. Proses bagaimana kita belajar dari pandemi. Proses bagaimana kita bisa mengambil hikmah dari pandemi.
Alhasil, manusia hidup di masa sekarang yang tak bisa lepas dari masa lalu dan masa depan. Ketiga masa ini akan menentukan bagaimana strategi terbaik yang bisa dilakukan untuk menjalani kehidupan.
Begitu halnya dengan bidang pendidikan. Dalam mendidik, guru sejatinya bisa melihat siswa dari ketiga dimensi masa yang saling berkaitan tersebut. Strategi yang dibuat untuk menghasilkan siswa berprestasi di masa pandemi pun tak bisa mengacuhkan ketiga hal tersebut.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/04/05/120624271/strategi-guru-melahirkan-siswa-berprestasi-di-tengah-pandemi