Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berpuasa di Negeri Paman Sam, Zafran Rindu Es Buah dan Kolak

KOMPAS.com - Banyak kisah menarik dari pelajar asal Indonesia yang saat ini menyelesaikan pendidikan di luar negeri dan menjalankan ibadah puasa jauh dari keluarga.

Seperti halnya pemuda asal Bogor, Zafran Akhmadery Arif yang saat ini masih menyelesaikan studi di Washington State University (WSU).

Mahasiswa yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia ini mengaku, Ramadhan 2021 kali ini menjadi tahun keempatnya berada jauh dari rumah. Bahkan tahun lalu, Zafran juga merayakan Idul Fitri di Pullman, Washington karena tidak bisa pulang ke Indonesia.

Meski harus menyiapkan makanan sendiri, untuk makan buka puasa, Zafran tidak perlu repot-repot karena selalu mendapatkan jatah dari masjid dekat tempat ia tinggal.

"Komunitas Muslim disini mendapat makanan dari masjid. Kalau Ramadhan sebelum ada pandemi Covid-19, mahasiswa Muslim lebih banyak kumpul-kumpul, buka puasa bersama dan tarawih di masjid," kata Zafran kepada Kompas.com, Sabtu (24/4/2021).

Rindu moment Ramadhan sebelum pandemi

Tahun ini, lanjut Zafran, tarawih di masjid masih diperbolehkan tapi dibatasi hanya 50 orang saja. Padahal daya tampung di masjid sebenarnya bisa mencapai lebih dari 100-an orang. "Kalau datang ke masjid tapi kuotanya sudah penuh ya disuruh pulang," tandas Zafran.

Zafran tak menampik, ada kerinduan momen-momen saat Ramadhan yang biasa dilakukan bersama teman-temannya.

Misalnya, dulu tiap negara bagian memasak untuk dihidangkan di masjid. Tapi karena ada pandemi, sudah ada tim tersendiri di masjid untuk memasak makanan berbuka bagi para jamaah.

"Saat waktunya berbuka, kami hanya boleh minum dan makan kurma. Setelah itu masker kembali dipakai dan setelah shalat Maghrib, diberi kotak makanan untuk berbuka dan dibawa pulang," urai mahasiswa Matematika Terapan ini.

Durasi berpuasa juga relatif lebih lama. Terlebih pada saat tahun pertama Zafran menjalankan puasa di Washington. Kala itu waktu sahur sekitar pukul 03.00 hingga 04.30 dan waktunya berbuka pada pukul 21.00.

"Tahun ini jauh lebih ringan sih. Waktu subuh sekitar pukul subuh 04.20-an WIB sampai Maghribnya pukul 20.00 WIB," ujar Zafran.

Pernah sahur pakai mie dan telur  

Zafran menilai, waktu tarawih ini cukup menjadi tantangan tersendiri baginya. Pasalnya shalat tawarih biasa dilakukan satu jam setelah Maghrib atau sekitar pukul 21.00. Jika shalat tarawih bacaan Alquran bisa sampai satu juz sehingga baru selesai pukul 22.00 hingga 22.30.

"Padahal kan besok paginya harus bangun lebih pagi untuk sahur. Jadi kalau ikut shalat tarawih di masjid, takut kemalaman dan besoknya tidak bangun untuk sahur. Jadi sejauh ini memang lebih memilih shalat tawarih di rumah saja," ungkap Zafran.

Sama seperti anak kos di Indonesia, Zafran lebih memilih sahur dengan menu-menu sederhana. Zafran menjelaskan, saat berpuasa tubuh kita membutuhkan energi banyak yang bisa berasal dari karbohidrat komplek. Zafran biasa memasak mashed potato, ikan laut, telur dan kurma. 

Terkadang karena mendapat jatah makan berbuka cukup banyak, Zafran bisa menggunakannya untuk sahur juga.

"Tapi kalau belum belanja atau tidak ada bahan makanan ya cukup sahur dengan makan mie  dan telur, seperti mahasiswa di Indonesia juga," seloroh Zafran.

Rindu es buah dan kolak

Meski kebutuhan makan untuk berbuka dan sahur tidak pernah mengalami kesulitan. Zafran sangat rindu beberapa takjil yang biasa ada di Indonesia.

Mulai dari es buah dan kolak. Selama ini Zafran tidak pernah membuat takjil tapi kalau memasak makanan Indonesia sudah biasa ia lakukan.

"Untuk takjil tidak pernah masak sih cuma untuk makanan Indonesia sering. Kalau menu dari masjid tidak ada yang seperti itu," tutur Zafran.

Ada hikmah puasa di saat pandemi

Zafran menambahkan, dalam kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini. Ia mempunyai waktu lebih banyak. Apalagi kegiatan perkuliahan juga masih dilakukan secara online.

Zafran mengajak mahasiswa Muslim lainnya agar benar-benar menggunakan waktu luang ini dengan berbagai hal yang bermanfaat. Misalnya membaca buku, meningkatkan skill tertentu atau bahkan bisa khatam membaca Alquran selama bulan Ramadhan 2021 ini.

"Dalam kondisi Covid-19 pasti ada hikmahnya. Kita menjadi banyak waktu luang bisa memanfaatkan beribadah lebih banyak, melakukan aktivitas lainnya. Mengoptimalkan waktu luang untuk hal bermanfaat kan pahala daripada tidak melakukan kegiatan apapun, gabut di rumah. Apalagi saat bulan Ramadhan kan pahalanya dilipat gandakan," terang Zafran.

Zafran juga mengajak agar semua pelajar Muslim yang saat ini menyelesaikan pendidikan di luar negeri, agar tidak menjadi masalah durasi puasa lebih lama jadi alasan untuk tidak berpuasa.

"Teman-teman di belahan dunia manapun yang beragama Muslim, puasa ini merupakan kewajiban. Jangan dijadikan alasan tinggal di luar negeri karena durasi puasa lebih lama jangan menjadikan hal itu sebagai alasan untuk tidak berpuasa," tutup Zafran.

https://edukasi.kompas.com/read/2021/04/24/104146871/berpuasa-di-negeri-paman-sam-zafran-rindu-es-buah-dan-kolak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke