KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung lebih dari satu tahun kian membuktikan bahwa proses belajar tidak terbatas di ruang kelas. Pun menghafal dan dengan ukuran angka bukanlah satu-satunya kunci untuk mengembangkan kemampuan dan kompetensi murid hadapi tantangan dan masalah di masa depan.
Sebaliknya, mengembangkan pola pikir kritis, pemecahan masalah serta komunikasi dalam diri murid dapat dilakukan dengan pemberian isu dan masalah dengan pembelajaran bermakna berbasis proyek.
Head of School Sekolah Cikal, Najelaa Shihab mengatakan bahwa proses belajar secara kontekstual dan personalisasi dengan menemukan area ketertarikan proses belajar murid dapat menjadi momen-momen yang membangun kemampuan murid untuk beradaptasi dan memiliki ketangkasan di masa depan.
“Proyek murid dan refleksi mereka menjadi pengingat bahwa mereka punya potensi yang akan terus tumbuh di masa remaja. Saya berharap murid-murid dapat senantiasa mengabadikan momen belajar mereka melampaui batas diri sendiri dan sekolah, melainkan untuk komunitas masyarakat," papar Najelaa dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com," Rabu (28/4/2021).
Kepemilikan proses belajar adalah kunci
Pembelajaran bermakna berbasis proyek telah dilakukan oleh Sekolah Cikal Surabaya, melalui kegiatan Personal Project kelas 10 pada 22-23 April 2021.
Kepala Sekolah Cikal Surabaya, Hasto Pidekso menyatakan bahwa kegiatan Personal Project adalah puncak dari proses belajar murid kelas 10 Sekolah Cikal Surabaya, dan menjadi tantangan bagi murid untuk memimpin secara mandiri proyek mereka.
“Proyek akhir ini diinisiasi oleh murid dengan tujuan berorientasi pada masyarakat. Proyek ini tentunya merupakan proses belajar yang melampaui batas sekolah, dan diri mereka. Kunci dari menjalankan personal project ini adalah kepemilikan murid terhadap proses belajarnya melalui topik atau isu yang telah dipilih dan dijalankan oleh murid dengan penuh tanggung jawab,” tutur Hasto.
Ia pun menambahkan bahwa melalui pembelajaran berbasis proyek dan pemecahan masalah, murid benar-benar ditempatkan sebagai pusat dari proses belajar itu sendiri.
“Di proses ini, murid pada akhirnya menjadi pusat dari proses belajar itu sendiri dengan proses riset dengan pemerolehan informasi yang valid, dan tentunya refleksi yang mendalam dalam memecahkan dan menjawab masalah,” tambahnya.
Ciptakan baterai ramah lingkungan hingga hentikan stigma self-harm
Di acara personal proyek tahun ini, enam murid kelas 10 Sekolah Cikal memilih berbagai isu krusial dan bermakna yang penting disadari oleh publik, baik itu Maskulinitas Toksik, Kemiskinan, Inovasi Lingkungan, hingga isu kesehatan mental.
Salah satu topik yang lekat dengan perayaan hari bumi baru-baru ini adalah mengenai pembuatan baterai ramah lingkungan.
Hisyam Darius Haffian A. menjalankan proyek pembuatan baterai ramah lingkungan berbekal ketertarikannya pada pengembangan inovasi yang berbasis lingkungan untuk masa kini dan masa depan.
“Tujuan proyek ini adalah menemukan alternatif baterai ramah lingkungan, mudah diolah kembali, dan dapat diakses oleh banyak orang. Aku ingin kehidupan manusia dan makhluk lainnya tetap berlanjut di bumi.” tutur Hisyam yang melakukan riset hingga pembuatan prototipe selama 5 bulan.
Selain Hisyam, adapula Bella Angeline yang mengangkat isu kesehatan mental bertajuk “Get Over It” menyoroti kondisi pandemi yang tak jarang menimbulkan gangguan kesehatan mental dengan menyakiti diri sendiri di lingkungan masyarakat.
“Aku memilih topik ini karena Self-Harm itu menjadi isu yang sering kali terjadi di lingkungan dan sering kali memperoleh stigma oleh masyarakat. Aku berharap dengan kampanye ini orang-orang lebih sadar pada kondisi Self-harm atau kondisi di mana orang bisa menyakiti diri sendiri saat mentalnya terganggu, dan memberikan dukungan bukan stigma negatif apabila ada orang yang mengalami hal demikian.” jelas Bella.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/04/28/163602171/najelaa-shihab-pembelajaran-kontekstual-bangun-kompetensi-murid-di-masa