KOMPAS.com - Universitas Terbuka (UT) tengah mempersiapkan diri bertransformasi dari PTN-BLU (perguruan tinggi negeri badan layanan umum) menjadi PTN-BH (perguruan tinggi negeri berbadan hukum).
PTN BH merupakan level tertinggi dalam pengelolaan PTN karena memiliki otonomi penuh mulai dari mengelola keuangan, pembukaan prodi hingga sumber daya, termasuk dosen dan tendik. PTN jenis ini beroperasi mirip dengan perusahaan BUMN.
Rektor UT Prof. Ojat Darojat berharap proses pengesahan UT menjadi PTN-BH dapat dilaksanakan dalam tahun 2021 ini. Transformasi UT menjadi PTN-BH menurutnya menjadi keniscyaan agar UT dapat bergerak lebih lincah dalam menjawab tantangan.
Prof. Ojat mengungkapkan dinamika terjadi di masyarakat saat ini membuat predikat UT sebagai PTN-BLU tidak lagi memadai dalam menjawab tuntutan masyarakat. "Dengan menjadi PTN BH, diharapkan UT bisa lebih lincah bergerak serta responsif," tegas Prof. Ojat (10/5/2021).
Dengan menjadi PTN-BH, UT akan memiliki otonomi kampus lebih luas termasuk kemudahan dalam pengembangan pembukaan program studi (prodi) baru yang sesuai permintaan masyarakat banyak.
Strategi "Blue Ocean"
Di sela-sela penjelasannya,
seiring dengan otonomi dan kemandirian yang dilekatkan pada UT sebagai PTN-BH nantinya.
"Kita akan memperbanyak akses layanan bagi mahasiswa. Misal, kita akan memperbanyak sentral layanan UT di daerah-daerah. Itu tidak akan terkejar karena kita sudah ada di 34 provinsi," ungkap Prof. Ojat.
Selain itu, pihaknya juga akan melakukan sejumlah inovasi dan diffrensiasi konten pembelajaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat. "Misal bagaimana UT akan merancang kurikulum berbasis micro learning," jelasnya.
Dengan program kurikulum ini, lanjut Rektor UT, mahasiswa dapat terus meng-update pembelajaran yang diikutinya setiap semester untuk kemudian dapat langsung diaplikasikan di bidang kerja yang mereka jalani.
Prof. Ojat menilai, "blue ocean strategy" yang nanti akan dijalankan UT saat menjadi PTN-BH tidak akan beririsan dengan prodi-prodi yang dimiliki kampus lain yang menjalankan kuliah tatap muka.
"Saya kira antara UT yang melaksanakan PJJ dengan perguruan lain yang tatap muka, meski sama-sama PTN-BH tetapi segmen pasar kita berbeda," ungkapnya.
Jika PTN-BH banyak mengambil dari lulusan SMA, maka UT lebih banyak menyasar segmen pekerja yang ingin meningkatkan kompetensi.
"Hampir 90 persen segmen UT adalah orang pekerja. Orang-orang di daerah terpencil yang tidak dapat datang ke perkotaan untuk melanjutkan studi (tatap muka). Otomatis biaya kuliah yang akan kita tetapkan (adalah) yang terjangkau untuk mereka," kata Prof. Ojat.
Langkah menuju PTN-BH
Terkait persiapan menuju PTN-BH, Rektor UT menyampaikan saat ini pihaknya tengah melakukan sejumlah langkah, diantaranya melengkapi sejumlah dokumen.
Beberapa dokumen yang tengah dipersiapkan UT antara lain dokumen evaluasi, dokumen peralihan, dokumem Rencana Pengembangan Jangka Panjang, serta statuta dalam rangka proses transformasi UT PTN-BLU menuju PTN-BH.
"Kami telah melakukan presentasi ke Direktorat Pendidikan Tinggi Kemendikbud Ristek. Kami juga akan melengkapi persyaratan penting lainnya berupa penyusunan draft Rencana Peraturan Pemerintah (RPP) sebagai PTN BH," jelasnya.
Prof. Ojat kembali mengutarakan, dengan menjadi PTN-BH, otonomi kampus menjadi lebih luas sehingga memiliki kemudahan dalam pengembangan pembukaan program studi (prodi) baru yang sesuai permintaan masyarakat banyak.
"Kalau UT sudah PTN BH, kami bisa membuka program studi kekinian yang dibutuhkan masyarakat," tambah Prof. Ojat. Beberapa prodi yang kini banyak diminta daerah untuk dibuka UT antara lain S2 Pendidikan Paud, dan prodi-prodi kekinian terkait informasi teknologi seperti data science atau big data.
Dengan otonomi lebih luas, penyediaan kebutuhan SDM juga menjadi lebih ringkas dan mudah. Demkian pula dengan pengelolaan keuanga, dengan menjadi PTN-BH maka UT sejajar dengan kalangan PTN BH lainnya yang mendapat fleksibilitas dan keleluasaan.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/05/11/114347871/transformasi-jadi-ptn-bh-ut-siapkan-sejumlah-strategi-blue-ocean