Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Angka Kematian Covid-19 Meningkat, Epidemiolog UGM Sarankan Hal Ini

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 sudah berlangsung lebih dari satu tahun. Namun fakta di lapangan, angka kematian akibat Covid-19 mengalami lonjakan.

Berkaca pada kejadian di negara India yang lonjakan kasus Covid-19 meningkat tajam hingga membuat pemerintah kewalahan.

Pandemi Covid-19 tidak boleh dipandang sebelah mata sehingga pemerintah tak henti-hentinya melakukan berbagai cara untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.

Presentase kematian akibat Covid-19 di Indonesia mengalami peningkatan dalam beberapa waktu terakhir.

Pemerintah perlu melakukan evaluasi

Menanggapai hal ini Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Riris Andono Ahmad mengatakan, pemerintah perlu melakukan evaluasi manajemen pengendalian pandemi terutama terhadap kasus kematian akibat Covid-19 di tanah air.

“Perlu evaluasi case manajemen, bottle neck-nya ada dimana?," kata Riris dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (20/5/2021).

Melalui evaluasi tersebut, lanjut Riris, diharapkan dapat diketahui faktor mana saja yang berkontribusi besar terhadap angka kematian akibat Covid-19.

Selanjutnya dapat dilakukan perbaikan secara efektif terhadap faktor penyumbang penyebab kematian akibat Covid-19.

Berdasar data yang dihimpun Satgas Covid-19, pada 15 Mei 2021 angka kematian akibat Covid-19 di tanah air sebesar 2,76 persen. Meningkat dari sebelumnya per Februari 2021 sebesar 2,75 persen.

Sementara, presentase kasus angka kematian akibat Covid-19 di dunia sebesar 2,07 persen.

Perlu adanya audit kematian akibat Covid-19

Riris mengatakan, penyebab pasti kematian akibat Covid-19 tidak bisa diketahui tanpa adanya audit kematian.

Banyak faktor yang bisa mempengaruhi hal tersebut, antara lain:

1. Akses layanan kesehatan

2. Layanan kesehatan

Riris menegaskan, bagaimana layanan kesehatan mampu mengelola kasus yang ada secara adekuat atau memenuhi syarat dan bermutu.

"Sekarang titik letaknya ada dimana? Bisa saja, misalnya terkait akses dimana pasien Covid-19 berat berasal dari sosial ekonomi menengah kebawah dan akses mendapatkan layanan kesehatan lebih sulit. Sampai ke layanan kesehatan lambat sehingga kemungkinan terjadi kematian sangat besar," beber Riris.

3. Sistem rujukan

Riris juga menyinggung soal sistem rujukan. Meskipun saat ini telah ada sistem rujukan namun hal itu belum dikondisikan pada situasi pandemi. Layanan kesehatan membutuhkan kecepatan penanganan.

Karena tidak adanya sistem rujukan cepat, menjadikan layanan terhadap pasien Covid-19 berat berjalan lambat. Sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya kematian.

4. Varian baru Covid-19

Riris menerangkan, adanya faktor lain yaitu varian baru Coid-19 yang dikabarkan memiliki tingkat penularan lebih tinggi. "Namun ini semua hipotetikal, mana yang mempengaruhi secara riil di lapangan belum diketahui secara pasti," urai Riris.

Masyarakat harus berpartisipasi

Untuk menekan angka kasus kematian akibat Covid-19 tidak cukup hanya dilakukan oleh pemerintah dengan mengevaluasi manajemen kasus terhadap kematian akibat Covid-19 di tanah air.

Masyarakat juga diharapkan dapat mengambil bagian dengan displin menjalankan protokol kesehatan dengan mematuhi 5M, yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

"Masyarakat harus tetap jalankan prokes, 5M, yang menjadi senjata unggulan untuk mencegah Covid-19," tutup Riris.

https://edukasi.kompas.com/read/2021/05/20/184030471/angka-kematian-covid-19-meningkat-epidemiolog-ugm-sarankan-hal-ini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke