KOMPAS.com - Pandemi global Covid-19 telah membuat dunia pendidikan beradaptasi dengan mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran.
Setelah lebih satu tahun proses pembelajaran jarak jauh (PJJ), Kemendikbud Ristek memutuskan mulai menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas untuk tahun ajaran baru 2021/2022 mendatang.
Meski PTM terbatas akan dilaksanakan, pembelajaran berbasis teknologi diyakini akan tetap menjasi alternatif pendidikan masa depan.
"Pembelajaran yang terintegrasi dengan perangkat teknologi digital akan menjadi ciri khas pembelajaran masa depan," ungkap Kepala Sekolah Murid Merdeka (SMM), Laksmi Mayesti, melalui rilis resmi (4/6/2021).
Laksmi menjelaskan, di masa pandemi ini, banyak yang menawarkan pembelajaran dengan menggunakan teknologi sebagai media ajar, tapi tidak banyak yang mengintegrasikan teknologi dan pedagogi atau metode ajar dengan baik.
“Sejak awal, bahkan sebelum pandemi, Sekolah Murid Merdeka (SMM) sudah menginisiasi model pembelajaran blended learning, yaitu metode yang menggabungkan pembelajaran online (dalam jaringan) dan pembelajaran offline atau tatap muka langsung," ungkapnya.
Laksmi melanjutkan, rencana pembelajaran di SMM sudah termasuk pilihan pembelajaran online dan tatap muka langsung,” katanya.
Pembelajaran menyenangkan dan bermakna
Menurut Laksmi, belajar daring bisa sangat menarik, menyenangkan dan bermakna.
"Kuncinya ada pada kreativitas yang dibangun tenaga pengajar. Semua pengajar Sekolah Murid Merdeka dituntut selalu mengembangkan kreativitas, agar peserta didik dapat berinteraksi secara terbuka, baik dengan guru maupun teman-temannya," jelasnya.
Ia menjelaskan, SMM menawarkan fleksibilitas. "Kami percaya setiap anak punya kebutuhan yang berbeda, dan punya konteks belajar yang berbeda juga. Sebagai pendidik kami punya kewajiban merespons kebutuhan belajar anak, termasuk merespon konteks belajar yang ada di sekitar anak,” jelasnya.
Laksmi mengatakan, keberadaan sekolah berkualitas relatif masih terbatas, biasanya hanya terkonsentrasi di kota-kota besar. Seringkali orangtua siswa merasakan sekolah yang mereka harapkan jauh dari tempat tinggal. Seandainya bisa diakses, sekolah itu kurang fleksibel, dan belum sampai tingkat mengukur kebutuhan anak, atau berpihak pada anak.
“SMM didirikan untuk mengubah miskonsepsi bahwa kita memang bisa belajar dari mana saja, Pendidikan yang berkualitas harus merata dan bisa diakses semua anak di Indonesia. Berkat bantuan teknologi informasi, murid-murid SMM, tersebar dari Aceh hingga Papua,” ujar Laksmi.
Mengenai kurikulum yang dipakai, Laksmi menjelaskan, SMM tetap menggunakan Kurikulum Nasional. Namun dalam proses belajar-mengajar, SMM menggunakan banyak pendekatan dan inovasi.
“Kami selalu merujuk riset-riset terbaru, misalnya tentang manajemen kelas maupun pedagogi. Kami punya tim kurikulum yang rutin melakukan kajian tentang metode pembelajaran, sebelum akhirnya melibatkan guru-guru untuk berdiskusi,” kata dia.
Meskipun metode pembelajaran online bisa diterapkan sepenuhnya, Laksmi juga berharap pembelajaran tatap muka secara langsung sudah bisa dilakukan pada tahun ajaran baru mendatang.
“Kami sangat excited menyambut tahun ajaran baru. SMM juga menyiapkan delapan sekolah satelit di delapan kota, antara lain di Bandung, Depok, Tangerang, Surabaya serta beberapa kota besar lainnya," ungkap Laksmi.
Ia menyampaikan pihaknya siap seandainya pelaksanaan belajar sudah diperbolehkan dengan tatap muka langsung. "Tentunya dengan pendekatan belajar yang tak kalah seru dan menyenangkan,” pungkas Laksmi.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/06/06/203338971/smm-belajar-daring-tetap-jadi-alternatif-pendidikan-masa-depan