Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Webinar SUN Energy: Mewujudkan Kampus Hijau dan Mandiri Energi

KOMPAS.com - Perguruan tinggi melalui tri dharma pendidikan menjadi motor transformasi sumber energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan. 

Dalam hal ini, ketersediaan energi baru dan terbarukan berperan penting dalam penguatan industri untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan menuju kampus mandiri energi dengan teknologi dalam negeri yang mutakhir.

Dalam rangka memotivasi pelaku pendidikan untuk berkontribusi bersama Pemerintah dalam mendukung pencapaian target energi bersih dan terbarukan PT Surya Utama Nuansa (SUN Energy) menggelar webinar bertajuk "Step Up To Succeed The Green Eco Campus with Solar Energy" yang digelar Kamis, 24 Juni 2021.

Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Prof. Nizam menegaskan komitmen Kemendikbud Ristek untuk berperan secara aktif dalam memperkuat kerjasama antara lembaga penelitian, dan pengembangan, baik dari perguruan tinggi, industri, dan pemerintah.

Prof. Nizam menyampaikan, untuk mengakselerasi target bauran energi Indonesia 2050, inisiatif Kampus Mandiri Energi dapat mendorong riset dan pengembangan untuk mencetak SDM yang handal.

“Kampus Mandiri Energi sudah dilaksanakan dan bisa terlihat dari berbagai inisiatif yang sudah berjalan saat ini, salah satunya pembangunan PLTS dan pusat riset tenaga surya antara Institut Teknologi Sumatera (ITERA) dan SUN Energy,” ungkapnya.

Menanggapi hal itu, Chief Commercial Officer PT Surya Utama Nuansa (SUN Energy) Dion Jefferson, menyatakan komitmen untuk mendukung perguruan tinggi dalam mewujudkan eco campus melalui berbagai program konkrit.

"Termasuk diantaranya, penggunaan energi bersih di lingkungan kampus. Salah satu energi bersih yang paling mudah diinstalasi di bangunan kampus adalah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS)," jelas Dion.

Dion melanjutkan, "pembangunan PLTS ini juga bisa dimanfaatkan sebagai sarana riset atau laboratorium sehingga peran kampus dalam mencetak SDM unggul bisa diwujudkan dan bisa melahirkan SDM yang kompetitif di industri masa depan."

Ia menyampaikan, pihaknya menyediakan model pembiayaan yang memungkinkan perguruan tinggi untuk memiliki PLTS tanpa ada biaya investasi.

"Harapannya, hal ini semakin meningkatkan penggunaan energi bersih terutama energi surya di lingkungan kampus, demi masa depan lingkungan yang lebih baik," harap Dion.

Dalam kesempatan sama, Prof. Riri Fitri Sari, Ketua Tim UI GreenMetric mengungkapkan saat ini terdapat 53 universitas di Indonesia yang sudah mengaplikasikan energi baru dan terbarukan, khususnya energi surya mulai dari 1 kWp sampai dengan 1 MWp.

Ia mengatakan konsep "Green Campus" bukan hanya ditunjukkan dengan "menghijaukan" kampus namun juga perlu diiringi dengan komitmen keberlanjutan lingkungan di institusi pendidikan, salah satunya dengan menggunakan energi bersih baru terbarukan.

"Penggunaan energi surya menjadi pilihan mayoritas dari berbagai universitas di Indonesia dengan persentase mencapai 64 persen," papar Prof. Riri.

Prof. Mitra Djamal, Wakil Rektor Institut Teknologi Sumatera (Itera) dalam webinar tersebut berbagi praktik baik penerapan energi baru bersih dan terbarukan lewat pembangunan PLTS (pembangkit listrik tenaga surya).

Tidak hanya mewujudkan kampus hijau dan mandiri energi, pembangunan PLTS di lingkungan Itera juga menjadi laboratorium penelitian PLTS.

"Inisiatif pembangunan laboratorium PLTS seperti ini diharapkan dapat mengembangkan riset dan inovasi di bidang energi baru dan terbarukan serta dapat menjadi pilot project yang dapat dilakukan oleh institusi pendidikan tinggi lainnya di Indonesia," ujar Prof. Mitra Djamal.

"Kerjasama dan dukungan dari PT Surya Utama Nuansa (SUN Energy) dalam mengatasi kendala pembiayaan pembangunan laboratorium PLTS. Melalui kerjasama dengan SUN Energy, Itera tidak mengeluarkan investasi biaya dan cukup dengan menyediakan lahan terbuka," ungkapnya.

Praktik baik lain datang dari Universitas Gadjah Mada (UGM). "UGM sejak dulu concernterkait kampus hijau," ujar Prof. Panut Mulyono, Rektor Universitas Gadjah Mada yang turut menjadi salah satu pembicara webinar.

Prof. Panut menjelaskan, kampus hijau dapat diwujudkan dengan hemat energi, hemat penggunaan air, sesedikit mungkin mengeluarkan emisi karbon dan sebanyak mungkin kampus menghasilkan oksigen.

"Penggunaan sepeda, kendaraan listrik di dalam kampus, usaha pemasangan panel surya di berbagai bangunan, itu kita lakukan," ungkap Prof. Panut. Terkait panel surya, Prof. Panut menyampaikan saat ini UGM telah mengaplikasikan panel surya di empat gedung miliknya.

"Menurut saya ini harus kita masifkan penggunaan solar cell karena di antara energi-energi terbarukan yang paling mudah digunakan di perumahan, di domestik, di kampus, ya solar cell," ujarnya.

Kampus hijau dan mandiri energi ini sejalan dengan komitmen Pemerintah dalam sektor energi.

Ahmad Agus Setiawan, Staf Khusus Energi Kantor Kepresidenan menyampaikan Presiden Joko Widodo pada Konferensi Perubahan Iklim atau Conference of the Parties (COP) 2015 Paris menyampaikan komitmen nasional menurunkan gas emisi rumah kaca melalui persentase 29 persen usaha Indonesia sendiri dan 41 persen dengan bantuan internasional.

"Ini hanya akan dapat dicapai jika disupport yang sangat kuat dari institusi riset. Bagi saya para pemuda inilah sesungguhnya energi baru terbarukan Indonesia. Karena dari merekalah akan muncul bibit-bibit lain," pungkasnya.

https://edukasi.kompas.com/read/2021/06/25/085906171/webinar-sun-energy-mewujudkan-kampus-hijau-dan-mandiri-energi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke