KOMPAS.com – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) mendorong pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas agar terselenggara secara dinamis.
Tidak seperti sekolah tatap muka biasa, dalam PTM terbatas, setiap sekolah diharuskan memenuhi ketentuan penyelenggaraan pembelajaran pada masa pandemi Covid-19 sesuai Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri.
Selain itu, pelaksanaan PTM terbatas juga harus mengikuti Instruksi Menteri dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 14 Tahun 2021 dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian, kesehatan, serta keselamatan warga sekolah.
Direktur Sekolah Dasar dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbud Ristek Sri Wahyuningsih mengatakan, pelaksanaan PTM terbatas perlu dipersiapkan secara matang oleh pihak sekolah dan harus didukung orangtua serta murid.
Menurut dia, setiap sekolah wajib untuk memenuhi daftar periksa dan menyiapkan Satugan Tugas (Satgas) Covid-19 tingkat pendidikan.
“Bersama setiap komite yang ada, sekolah harus menyosialisasikan persiapan PTM terbatas kepada orang tua. Dengan begitu, orangtua akan memilki pemahaman baik akan pentingnya langkah ini,” terang Sri dalam acara Dialog Produktif yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Percepatan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) secara live di kanal YouTube FMB9ID_IKP, Kamis (24/6/2021).
Cara setiap sekolah hadapi PTM terbatas
Dalam dialog tersebut, hadir pula Kepala Sekolah SDN IV Made Lamongan Amin Khusnul Khatimah.
Amin mengaku punya cara tepat yang bisa dicontoh untuk menyiapkan ruang belajar yang aman dan nyaman selama pandemi Covid-19.
Ia menuturkan, sejak berangkat ke sekolah hingga kembali ke rumah, hal penting yang harus diterapkan pertama adalah disiplin protokol kesehatan (prokes) sesuai ketentuan SKB Empat Menteri.
“Sebelum berangkat, siswa wajib sarapan di rumah. Para orangtua diminta untuk memeriksa kesehatan anak, muali dari mengecek suhu tubuh, melihat apakah anak sedang flu atau batuk, serta menyiapkan perlengkapan kegiatan belajar mengajar (KBM) dan berbagai starter pack,” jelas Amin dalam keterangan tertulisnya, dikutip Kompas.com, Selasa (29/6/2021).
Setelah itu, lanjut dia, siswa dan guru yang masuk area sekolah akan melalui proses sterilisasi oleh petugas Satgas Covid-19 tingkat satuan pendidikan.
Para guru dan murid itu akan disemprot cairan disinfektan sebelum memasuki sekolah. Mereka juga akan melalui pengecekan suhu tubuh dan kelengkapan sekolah di era kenormalan baru.
“Kelengkapan itu, di antaranya masker, hand sanitizer, bekal makanan dan minuman, serta perlengkapan ibadah pribadi,” tuturnya.
Amin melanjutkan, apabila siswa dan guru sudah memenuhi standar sterilisasi, mereka bisa memasuki area sekolah seperti biasa.
“Tidak lupa, para siswa juga tetap memberikan salam kepada bapak atau ibu guru tanpa berjabat tangan dan tetap menjaga jarak aman,” tambah dia.
Sebelum memasuki kelas, para siswa pun diwajibkan untuk mencuci tangan menggunakan sabun dan air yang mengalir.
“Di sekolah ada banyak tempat cuci tangan, sehingga diharapkan tidak terjadi antrean dan kerumunan. Face shield juga disedikan di masing-masing kelas dan disimpan dengan aman serta dibersihkan secara berkala oleh Satgas Covid-19,” imbuhnya.
Untuk pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, Amin menjelaskan, satu kelas maksimal hanya boleh diisi delapan sampai 12 siswa dengan pengaturan bangku diberi jarak 1,5 meter.
“Kami selalu mengawali kegiatan belajar dengan berdoa dan menyanyikan lagu Indonesia Raya sebagai bentuk penanaman karakter sebagai siswa yang religius dan nasionalis,” katanya.
Saat KBM usai, kelas dan area lainnya di sekolah akan disterilkan menggunakan cairan disinfektan. Ini bertujuan agar sekolah bisa digunakan dengan aman keesokan harinya.
“Kami mengimbau para siswa untuk tidak boleh bersentuhan dengan keluarga dahulu ketika sampai di rumah. Cuci tangan dan mandi dahulu, setelah itu baru boleh mengobrol,” paparnya.
Tak hanya Amin, Pimpinan Aljbar Islamic School, Jakarta Selatan Uchu Riza juga memiliki kiat tersendiri dalam menyiapkan PTM terbatas di sekolahnya.
Menurut penuturannya, sebelum masuk kelas, para siswa diwaibkan untuk mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir di berbagai wastafel yang telah disediakan. Ini sekaligus menjadi upaya sekolah dalam menerapkan kebersihan.
“Sejak Juli 2020, sekolah kami menambah lebih dari 150 wastafel dengan perbandingan satu banding empat atau satu wastafel untuk empat siswa. Sebelumnya, setiap kelas juga telah disiapkan satu wastafel,” ujar Uchu yang juga hadir dalam acara tersebut.
Ketika berada ruang kelas, para siswa dianjurkan untuk bergantian masuk dan duduk di lokasi yang sudah diberi tanda.
Uchu menjelaskan, seluruh ruangan yang ada di sekolah telah diatur sedemikian rupa menyesuaikan kaidah prokes guna menciptakan suasana aman dan nyaman selama KBM.
“Ventilasi yang tersedia pun sangat memadai, sehingga sirkulasi udara bisa terus berganti. Kelas-kelas pun diberi cukup paparan sinar matahari,” imbuhnya.
Kiat aman dan nyaman selama PTM terbatas juga datang dari Kepala Sekolah SD Katolik Wijana Sejati, Kota Mojokerto. Pria bernama Marsiana ini ikut menyampaikan praktik baik dalam pelaksanaan PTM terbatas di sekolahnya.
“Sebelum masuk kelas, peserta didik wajib menginjak karpet yang sudah disemport disinfektan dan selanjutnya diarahkan untuk mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Mereka diminta menjaga jarak sesuai prokes,” terangnya.
Terkait proses pembelajaran, kelas-kelas di SD Katolik Wijana Sejati menggunakan konsep kapasitas maksimal 50 persen dengan siswa-siswi yang masuk secara bergantian.
“Pelaksanaan pembelajaran pun dilakukan dua cara, yakni tatap muka dan daring. Bagi siswa yang tidak bisa luring, bisa ikut daring. Mereka pun diajak untuk aktif dalam proses pembelajaran,” tutur dia.
Tidak hanya sekolah dasar, cerita menarik persiapan PTM terbatas turut disampaikan guru dari Taman Kanak-kanak (TK) Garjita, Kabupaten Cianjur bernama Ine Rahaju.
Ia menuturkan, tidak seperti anak-anak SD atau SMP, siswa TK cenderung aktif dan senang bergerak. Untuk mengatasi ini, setiap kelas diberi sekat antaranak dengan jarak 2x2 meter.
“Setengah badan ke atas nanti ditutup plastik, sehingga anak-anak masih bisa berhubungan saat di kelas. Para guru diminta memeperhatikan dan memastikan masker yang mereka kenakan tidak dilepas. Para guru juga wajib mengajak anak untuk mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir,” jelas Ine.
Agar ruangan menjadi luas, lanjut Ine, TK Langgeng Garjita menggabungkan dua ruang kelas menjadi satu dengan menambah pendamping satu orang.
“Tadinya mau menggunakan shifting ketika kelas hanya maksimal lima siswa per kelas. Namun karena di sini daerahnya dataran tinggi dan tidak setiap hari siswa datang ke sekolah, jadi kami sepakat untuk dibuat dalam satu kelas dengan memakai dua kelas dengan dua guru,” tuturnya.
Untuk proses KBM, dalam seminggu pembelajaran di dalam kelas dilakukan selama tiga hari dan dua harinya di luar kelas.
“Dua hari di luar kelas untuk memfasilitasi bagaimana mereka bisa tetap eksplorasi lingkungan. Saat pembelajaran di luar lingkungan kelas, pendampingan ditambah satu orang tua, tergantung dari karakteristik kelasnya,” ucapnya.
Di samping itu, pihak sekolah juga mengimbau para orangtua untuk memastikan kondisi anak dalam keadaan sehat ketika hendak berangkat ke sekolah.
“Sarapan dahulu sebelum berangkat dan membawa pembekalan dan perlengkapan belajar sendiri. Orangtua yang mengantar anaknya pun kami imbau agar tidak berkumpul dan wajib menggunakan masker,” terangnya.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/06/29/183555271/cara-menyiapkan-ruang-belajar-yang-aman-dan-nyaman-selama-ptm-terbatas