KOMPAS.com - Rasa cemas, khawatir, serta ketakutan tak dipungkiri sering muncul saat isolasi mandiri (isoman).
Kondisi itu merupakan hal yang umum terjadi. Kendati begitu, hal itu tak lantas dibiarkan begitu saja untuk menjaga kondisi mental agar tetap sehat.
Psikiater dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Ronny Tri Wirasto mengatakan, isolasi mandiri merupakan sebuah kondisi yang menimbulkan gap baik secara fisik, emosi, maupun finansial.
Adapun gap itu berpotensi memunculkan sejumlah persoalan.
Secara umum, permasalahan yang kerap terjadi saat isoman adalah ketakutan menghadapi penyakit itu sendiri, ketakutan saat isoman, serta kebosanan serta frustrasi.
"Persoalan ini yang kita hadapi bersama saat ini," ucap dia melansir laman UGM, Jumat (9/7/2021).
Lantas bagaimana cara yang bisa dilakukan untuk meredakan kecemasan maupun stres ketika menjalani isolasi mandiri?
Berikut tips yang diberikan Ronny demi menjaga kesehatan mental saat isolasi mandiri Covid-19.
Salah satunya, kata dia, dengan membatasi menonton, membaca, atau mendengar berita maupun cerita baru terkait Covid-19 termasuk melalui media sosial (medsos).
"Pembatasan bisa berupa waktu, jumlah, topik atau sumbernya. Atur waktu dalam pembatasan ini," jelas dia.
Cara kedua, yakni dengan melakukan perawatan tubuh secara optimal mulai dari kebersihan hingga aktivitas fisik.
Beberapa tambahan aktivitas fisik yang dapat dilakukan seperti melakukan latihan bernafas dalam, peregangan, atau meditasi yang terarah.
Disamping itu, mengatur makanan dengan pola seimbang. Lalu, melakukan olah raga ringam secara teratur.
"Hindari konsumsi alkohol dan rokok," sebut dia.
Tak kalah penting, bilang dia, tetap terhubung dengan orang lain, baik keluarga, kerabat, maupun teman.
Selalu berkomunikasi untuk membagi kondisi dan perasaan saat ini. Komunikasi dapat dilakukan melalui sosial media, daring maupun via telepon.
Dia menyebutkan seseorang perlu segera mendapatkan pendampingan profesional, baik konselor, psikolog dan atau psikiater jika tetap mengalami kesulitan meskipun telah melakukan tips-tips tersebut.
Kesulitan yang dimaksud adalah masih saja ada perasaan marah, ketakutan, kesedihan, frustrasi, perubahan nafsu makan, energi berkurang, minat dan keinginan berkurang, kesulitan tidur.
Bahkan, perlu diwaspadai jika sampai terganggu tidurnya atau muncul beberapa keluhan fisik seperti nyeri kepala, nyeri ulu hati, serta nyeri di sejumlah bagian tubuh atau kulit.
"Kalau masih ada keluhan seperti itu sebaiknya segera minta pendampingan profesional, baik konselor, psikolog dan atau psikiater," paparnya.
Harus ada dukungan sosial
Ronny menyebutkan, dukungan sosial juga menjadi hal yang sangat diperlukan dalam kondisi pandemi Covid-19 termasuk bagi pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri/isoman.
Adanya dukungan dari keluarga terdekat maupun masyarakat diharapkan dapat mengurai masalah atau stresor saat isoman.
"Perlu ada dukungan sosial/masyarakat dan ini perlu ditingkatkan saat ini," jelas dia.
Dukungan sosial diperlukan untuk memberikan jaminan terhadap pemenuhan kebutuhan dasar saat menjalani isoman.
Tak hanya dukungan sosial, masyarakat diharapkan juga tidak memberikan pelabelan atau stigmatisasi terhadap pasien Covid-19.
Sebab, adanya stigma menjadikan pasien Covid-19 memiliki kekhawatiran yang lebih tinggi dibandingkan saat sebelum terinfeksi Covid-19.
"Tak lupa jaminan suplai yang adekuat termasuk soal informasi," tegasnya.
Dia juga mengimbau bagi yang menjalani isolasi mandiri untuk tidak ragu melakukan konsultasi dengan dokter/petugas kesehatan terkait penyakit Covid-19 yang dideritanya.
Dengan begitu, jika ada perubahan derajat gejala bisa segera terdeteksi atau tertangani.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/07/09/140236771/tips-jaga-kesehatan-mental-saat-isolasi-mandiri-covid-19-ala-pakar-ugm