Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Limbah Kertas HVS Kian Banyak, Mahasiswa ITS Olah Jadi Bahan Baku Industri

KOMPAS.com - Limbah kertas HVS di Indonesia didapati terus mengalami peningkatan setiap tahun. Pengelolaan limbah kertas HVS yang biasanya dilakukan dengan pembakaran, menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan.

Sebagai solusi untuk mengatasi kondisi tersebut, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menginisiasi daur ulang limbah kertas HVS menjadi asam oksalat yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan industri.

“Kertas HVS ini mengandung kadar selulosa di atas 90 persen, sehingga dapat diolah menjadi asam oksalat,” ungkap Linaniyyatul Masruroh, ketua tim mahasiswa, seperti dikutip dari laman ITS, Jumat (23/7/2021).

Bersama empat rekannya, yakni Adik Roni Setiawan, Asalina Putri Agung Shaliha, M Yosi Kurniawan, dan Seren Fegrita Septia Karya, ia mengolah limbah kertas HVS menjadi kristal asam oksalat yang dapat dimanfaatkan untuk metal cleaning, pencampuran bahan pewarna, dan masih banyak lagi.

Karya tulis bertajuk "Utilization of HVS Paper Waste for The Manufacture of Oxalic Acid", lima mahasiswa Departemen Teknik Kimia Industri ITS di bawah bimbingan dosen Agung Subyakto tersebut berhasil meraih medali perunggu dalam ajang International Invention Competition for Young Moslem Scientists (IICMYS) 2021 pada kategori Environment.

Lina berharap agar penelitian ini bisa menjadi terobosan dan inovasi baru dalam peningkatan nilai limbah kertas HVS dan meminimalisir pencemaran lingkungan akibat pengelolaan limbah yang tak ramah lingkungan.

“Harapannya produk asam oksalat ini dapat memenuhi kebutuhan industri dalam negeri,” pungkasnya penuh harap.

Lina menjelaskan, sebelum diolah kertas HVS akan melalui tahap pre-treatment berupa removing ink terlebih dahulu.

“Tidak hanya menghilangkan tinta, pada tahap ini juga bertujuan untuk meningkatkan kadar selulosa yang meningkatkan produksi asam oksalat sebesar 20 persen,” jelas mahasiswa angkatan 2017 ini.

Pada tahap pre-treatment, kertas HVS ditimbang dan dicampur dengan senyawa kalium permanganat (KMnO4) 50 persen yang berfungsi untuk memisahkan lignin dari selulosa.

Selanjutnya, kertas dicelupkan dalam senyawa hidrogen peroksida (H2O2) 65 persen untuk menghilangkan tinta lalu dibasuh kembali menggunakan akuades.

Lebih lanjut, kertas HVS dihidrolisis menggunakan senyawa alkali kuat yaitu natrium hidroksida (NaOH) 40 persen dan dipanaskan pada suhu 65°C selama 80 menit.

“Pada suhu dan durasi ini asam oksalat yang dihasilkan lebih banyak dan optimal,” tambahnya.

Setelah tahap pemanasan, lanjut Lina, larutan didinginkan dan disaring. Sisa endapan kemudian dicuci dengan akuades hangat (kisaran suhu 50-60°C).

Sisa endapan hasil hidrolisis ini lalu ditambahkan kalium klorida (CaCl2) 10 persen hingga terbentuk endapan putih kalsium oksalat.

Endapan putih kalsium oksalat disaring dahulu lalu ditambahkan 100 mililiter asam sulfat (H2SO4) 96 persen hingga terurai menjadi asam oksalat dan kalsium sulfat.

“Asam oksalat diambil dari proses penyaringan dan dicuci menggunakan etanol 96 persen,” papar Lina.

Lina melanjutkan bahwa senyawa asam oksalat ini dipanaskan hingga suhu 70°C lalu didinginkan dalam air es sekitar 24 jam.

Terakhir, imbuh Lina, kristal asam oksalat ini melalui tahap pengujian titrasi dan uji titik leleh. Hasil analisa menunjukkan bahwa setiap 600 gram kertas HVS dapat menghasilkan 3,9 gram asam oksalat dengan titik leleh antara 100-110°C.

“Produk ini sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) di mana titik lelehnya ialah 101-102°C,” tandas Lina yakin.

https://edukasi.kompas.com/read/2021/07/23/190747171/limbah-kertas-hvs-kian-banyak-mahasiswa-its-olah-jadi-bahan-baku-industri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke