Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kak Seto: Literasi Bukan Sekadar Kemampuan Tulis dan Hitung

KOMPAS.com - Literasi merupakan kemampuan seseorang dalam membaca, menulis hingga dia mampu berpikir secara kritis.

Jenis literasi dasar ada beberapa, mulai dari literasi numerasi, literasi finansial, literasi digital, literasi baca tulis hingga literasi budaya.

Namun perlu ditekankan jika literasi bukanlah sekadar kemampuan untuk dapat membaca, menulis dan berhitung (calistung) saja.

Hal ini disampaikan Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) yang juga psikolog, Seto Mulyadi.

Literasi adalah memaknai

Menurutnya, mengajari anak sejak usia dini melakukan pembelajaran dengàn cara mamaksa agar anak mengusai huruf dan angka agar cepat membaca sangat tidak tepat dilakukan.

"Literasi adalah memaknai membaca situasi. Bagaimana berkomunikasi, bergaul, menghormati dan menghargai, untuk membentuk karakter Pelajar Pancasila," kata Seto Mulyadi seperti dikutip dari laman Ruang Guru PAUD Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Minggu (25/7/2021).

Pria yang akrab disapa Kak Seto ini memberi contoh, bagaimana bekerja sama dengan kakak, adik, dan orangtua di rumah, gotong royong, mandiri, dan kreatif.

"Konsep ini yang perlu ditanamkan kepada seorang anak sejak usia dini," tutur Kak Seto.

Provinsi Jawa Barat hadirkan Kolecer

Sementara itu, Bunda PAUD dan Istri Gubernur Jawa Barat, Atalia Praratya Ridwan Kamil menerangkan, provinsi Jawa Barat ingin memunculkan solusi yang menjawab masalah dari akarnya.

"Kita tahu bahwa Indonesia masih punya masalah indeks membaca dan 80 persen provinsi di Indonesia darurat literasi karena minimnya akses," terang Atalia.

Dia mengakui, Jawa Barat mencari solusi agar sumber bacaan mudah diakses masyarakat kemudian muncul inovasi Kotak Literasi Cerdas (Kolecer).

"Kami menghadirkan Kolecer di tempat-tempat yang dilewati banyak orang. Misalnya di pelataran masjid, taman-taman, dan kantor. Jadi, masyarakat bisa dengan mudah mendapat akses bacaan," papar Atalia.

Atalia menekankan, sejauh ini minimnya kunjungan masyarakat ke perpustakaan disebabkan karena akses yang sulit. 

Selain itu, data Kementerian Komunikasi dan Informatika juga menemukan bahwa masyarakat Indonesia lebih suka membaca dari gawai, dan masyarakat juga lebih suka membuka media sosial dibandingkan membaca buku.

Provinsi Jawa Barat berinovasi dengan perpustakaan digital yang di dalamnya terdapat ribuan buku elektronik, bernama Maca Dina Digital Library (Candil). "Ini pakai Bahasa Sunda, supaya orang mudah mengenalinya," imbuh Atalia.

Dorong literasi dalam keluarga

Dirinya juga menilai bahwa literasi keluarga di rumah sangat didorong pemerintah provinsi Jawa Barat.

"Kami menguatkan kolaborasi dengan pegiat literasi di masyarakat. Duta baca kami di 27 kabupaten/kota. Ini tidak mudah, karena kita sambil berjuang melawan pandemi," ungkap Atalia.

Dia menegaskan perlunya teladan orangtua dalam berliterasi. Apalagi anak adalah peniru ulung sehingga peran orangtua di rumah sangat penting.

"Budaya literasi dan gemar membaca bisa dibangun karena mereka melihat lingkungan, termasuk orangtua. Kalau orangtua suka baca, anak akan meniru," urai Atalia.

https://edukasi.kompas.com/read/2021/07/26/093709871/kak-seto-literasi-bukan-sekadar-kemampuan-tulis-dan-hitung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke