Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dosen UII Yogyakarta Jelaskan Toxic Positivity dan Cara Menghindarinya

KOMPAS.com - Seseorang yang terpapar Covid-19 tanpa gejala dianjurkan untuk menjalani isolasi mandiri (isoman).

Sebagai teman, kamu bisa memberi dukungan kepada teman atau kerabat positif Covid-19 dan harus menjalani isoman di rumah.

Namun kamu harus berhati-hati dalam memberikan dukungan. Karena jika tidak berhati-hati dalam berkata-kata atau menulis pesan, itu bisa saja menjadi toxic positivity.

Untuk menghindari toxic positivity, kamu harus menghindari ucapan yang bisa melukai perasaan teman atau kerabatmu yang sedang terpapar Covid-19.

Melalui akun Instagram resmi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta memberikan informasi mengenai apa itu toxic positivity dan cara menghindarinya.

Dosen Psikologi UII Yogyakarta Muhammad Novvaliant Filsuf Tasaufi menyampaikan, ucapanmu bisa melukai, apalagi jika mengandung toxic positivity.

Muhammad Novvaliant menerangkan, toxic positivity merupakan kondisi ketika seseorang menuntut dirinya atau orang lain untuk selalu bersikap positif.

Kalimat yang harus dan dihindari

Muhammad Novvaliant Filsuf Tasaufi memberi saran, kalimat-kalimat yang bisa disampaikan untuk teman atau kerabat yang terpapar Covid-19.

Tetapi kamu juga harus menghindari beberapa kalimat yang ingin disampaikan ke teman atau kerabat yang terpapar Covid-19.

Dampak toxic positivity

1. Membuat individu merasa rendah diri

Muhammad Novvaliant menyampaikan, jika penyintas Covid-19 sering dibandingkan, maka dapat kehilangan rasa percaya diri yang justru berdampak pada situasi yang semakin memburuk.

2. Mengingkari perasaan negatif yang dirasakan

Jika berlangsung dalam jangka panjang akan membuat individu seperti tidak mengenal dirinya sendiri.

"Mereka akan beranggapan ketika emosi negatif muncul, maka itu bukan bagian dari dirinya," kata Muhammad Novvaliant seperti dikutip dari Instagram UII Yogyakarta, Jumat (30/7/2021).

3. Memunculkan perasaan kehilangan dukungan

Biasanya penyintas Covid-19 yang mendapatkan toxic positivity merasa bahwa dirinya tidak dipahami.

Sehingga muncul perasaan bahwa permasalahan dihadapi sendirian dan membuat mereka semakin merasa berat untuk menjalaninya.

Alasan orang melakukan toxic positivity

1. Kebutuhan psikologis (menonjolkan diri)

Muhammad Novvaliant menambahkan, orang yang melakukan toxic positivity cenderung merasa lebih baik, hebat atau bahkan hanya untuk kebutuhan menyalurkan agresi.

"Kebutuhan yang tidak bisa dikendalikan bisa berakibat kontraproduktif sehingga perlu diregulasi agar tepat penyalurannya," ungkap Muhammad Novvaliant.

2. Berusaha terlihat baik-baik saja atau tak terkalahkan

Menurut Muhammad Novvaliant, hidup itu memiliki putarannya sendiri sehingga ada masa di atas atau di bawah.

Tidak apa-apa untuk mengakui kekurangan karena akan terlihat lebih jelas bagian mana yang harus diperbaiki.

Cara terhindar dari toxic positivity

Muhammad Novvaliant memberikan saran bagaimana menghindari toxic positivity dengan melakukan hal berikut ini:

Demikian informasi dari dosen UII Yogyakarta terkait apa itu toxic positivity dan cara menghindarinya perilaku ini. Yuk beri dukungan bagi teman atau kerabat yang sedang jalani isoman di rumah dengan cara baik.

https://edukasi.kompas.com/read/2021/07/30/162639571/dosen-uii-yogyakarta-jelaskan-toxic-positivity-dan-cara-menghindarinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke