KOMPAS.com - Orangtua yang memiliki anak usia dini pasti ingin anaknya sehat dan berkembang sesuai umurnya. Tetapi, bagaimana jika sang buah hati tubuhnya pendek?
Perbedaan stunted (pendek) dan stunting (gagal tumbuh) harus dipahami secara tepat oleh orangtua, bahkan seluruh pemangku kepentingan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Sebab, stunting dan pendek memang sama-sama menghasilkan tubuh yang tidak terlalu tinggi. Namun stunting dan pendek adalah kondisi kesehatan berbeda.
Sehingga membutuhkan penanganan yang tidak sama. Pendek kata, stunting adalah pendek namun pendek belum tentu stunting.
Melansir laman Ruang Guru PAUD Kemendikbud Ristek, Selasa (10/8/2021), stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan anak.
Kondisi ini berefek jangka panjang hingga anak dewasa dan lanjut usia. Kekurangan gizi sejak dalam kandungan mengakibatkan pertumbuhan otak dan organ lain terganggu, yang mengakibatkan anak lebih berisiko terkena diabetes, hipertensi, dan gangguan jantung.
Pertumbuhan otak yang tak maksimal juga menyulitkan anak bertanggung jawab atas hidupnya sendiri kelak.
Sedangkan anak dengan tubuh pendek (short stature) belum tentu mengalami gagal tumbuh. Dikutip dari emedicinehealth, anak bertubuh pendek mengalami pertumbuhan fisik dan mental normal layaknya anak lain.
Namun, tinggi badannya kurang dari rata-rata anak seusianya sehingga terlihat mencolok. Anak dengan tubuh pendek tak mengalami peningkatan risiko mengalami penyakit degeneratif atau penurunan fungsi otak.
Bahkan seiring waktu, anak yang bertubuh pendek bisa menyusul tinggi teman-temannya.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Dr (HC), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) mengatakan stunted itu yang diukur, di Indonesia masih menggunakan stunted.
"Sedangkan yang namanya stunting itu ada ikutan-ikutannya, ada sebab akibatnya maka dikatakan stunting dan bisa dikoreksi dalam 1.000 hari kehidupan pertama karena potential growth tercipta di 1.000 hari kehidupan pertama," jelasnya seperti dikutip dari laman laman Ruang Guru PAUD Kemendikbud Ristek.
Menurutnya, stunting adalah kondisi gagal tumbuh kembang anak balita akibat dari kekurangan gizi saat mereka dalam kandungan hingga dilahirkan ke dunia, tetapi kondisi stunting terlihat setelah bayi berusia 2 Tahun.
Adapun definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2.00 SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari – 3.00 SD (severely stunted).
Sedangkan balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severaly stunted) adalah balita dengan Panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya kurang di banding dengan standar baku WHO multicentre growth reference study tahun 2006. Stunting pasti pendek (stunted) tetapi pendek belum tentu stunting.
"Di Posyandu sekarang hanya mengukur pertumbuhan panjang dan berat tanpa mengukur perkembangan sebagai pendekat," ujarnya.
Stunting bisa dicegah
Namun jika dikaji lebih ilmiah ukuran di Indonesia itu berbeda dengan standar Internasional, sepert di Indonesia kurang dari 2 standar deviasi, tapi internasional juga berbeda dengan di Indonesia.
Lebih lanjut, dr. Hasto mengatakan, pendek dan stunting bisa dibedakan dengan memerhatikan kondisi keluarganya. Anak dengan tubuh pendek biasanya terlahir dari orangtua yang tidak terlalu tinggi.
Hal berbeda biasanya dijumpai pada anak stunting yang terus mengalami keterlambatan tumbuh. Anak stunting biasanya tumbuh lebih lambat sekitar 4 sentimeter tiap tahun di masa pra pubertas. Anak stunting juga mengalami keterlambatan masa puber yang biasanya di usia 15 tahun.
Dijelaskan, Indonesia saat ini masih menghadapi permasalahan stunting yang membahayakan kehidupan anak. Sekitar 4 dari 10 anak saat ini diperkirakan mengalami stunting, yang berpotensi merugikan negara secara finansial dan non materi.
"Stunting bisa dicegah jika orangtua menyadari pentingnya asupan gizi, serta merencanakan kehamilan dan pernikahan," tandas dr. Hasto Wardoyo.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/08/11/140351671/orangtua-pahami-perbedaan-pendek-dan-stunting-pada-anak-usia-dini