KOMPAS.com - Biasanya setelah lulus kuliah, seorang sarjana akan merasa bimbang mau melanjutkan magister atau memilih untuk berkarir.
Tetapi, pasti ada sebagian yang ingin lanjut kuliah lagi S2 terlebih di luar negeri. Hal ini menjadi impian agar bisa mendapatkan pengalaman berharga.
Meski demikian, kuliah di luar negeri butuh biaya yang besar. Untungnya, masih ada banyak program beasiswa yang bisa diambil.
Terkait kuliah di luar negeri, Direktorat Kerjasama dan Hubungan Alumni (DKHA) IPB University menggelar Diaspora Mentoring Event bertema "Tips dan Trik Mendapatkan Beasiswa ke Luar Negeri" secara daring.
Menurut Ketua Umum Himpunan Alumni (HA) IPB University, Fathan Kamil, tujuan kegiatan adalah untuk menguatkan hubungan yang telah terjalin antar diaspora.
Selain itu, HA IPB University juga ingin memberikan kesempatan bagi para mahasiswa dan alumni untuk mempelajari tips dan trik meraih beasiswa luar negeri.
"Kuliah di luar negeri akan menempa kita untuk senantiasa pandai menempatkan diri sebagai kunci kesuksesan hidup. Sehingga dalam memburu beasiswa pasti membutuhkan perencanaan yang matang," ujarnya seperti dikutip dari laman IPB, Sabtu (14/8/2021).
Narasumber lain, Radyum Ikono, CEO Schoters yang merupakan alumni doktoral bisnis IPB University dan telah mengemban studi di Singapura dan Jepang menyebutkan, info terkait beasiswa memang tersebar luas.
Hanya saja, platform Schoters, perusahaan start up berbasis edukasi yang ia bangun lebih memfokuskan untuk membantu klien mendapatkan kesempatan studi di perguruan tinggi luar negeri.
Dikatakan, timing dalam mendapatkan beasiswa pada setiap orang akan berbeda. Kriteria dalam mendapatkan beasiswa harus disesuaikan dengan profil dan isi dari esai yang telah disusun.
Disusul dengan persiapan dokumen yang tepat sehingga dapat menghemat waktu dan tidak perlu menunggu bertahun-tahun demi meraih beasiswa.
Menurutnya, keuntungan melanjutkan studi di luar negeri selain prestisius juga akan memberikan eksposur internasional.
Antara lain dapat membangun jejaring dengan orang-orang dari seluruh dunia, memiliki pola pikir global, bahkan menjadi pemimpin dunia di masa depan.
Ternyata, meraih beasiswa di luar negeri tidak memerlukan nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) cumlaude ataupun mengikuti ratusan organisasi.
Informasi bahwa biayanya super mahal atau tidak didanai secara penuh juga merupakan mitos belaka. Karena ada ribuan beasiswa yang tersebar dan tidak semua beasiswa memiliki kriteria yang menyulitkan.
"Langkah nomor satu, kita harus mengetahui beasiswanya apa saja. Karena faktor penentu yang sulit itu beasiswanya, kalau kampus dapat Letter of Acceptance/LoA (Surat Penerimaan)," katanya.
"Lihat persyaratannya apakah saya memenuhi syarat atau tidak. Sehingga kita tidak salah melangkah untuk beasiswa yang kita incar," imbuhnya lagi.
Adapun cara terbaik sebagai pemburu beasiswa adalah tidak malas, terutama dalam membaca panduan pendaftaran.
Seperti Beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) merupakan salah satu pilihan yang baik karena persyaratannya kini dipermudah walaupun proses seleksinya terbilang agak rumit.
Ia menyarankan agar tidak menggantungkan kesempatan hanya pada beasiswa LPDP, namun turut mencari beasiswa sebanyak-banyaknya. Terutama beasiswa doktoral sangat terbuka lebar dan nominalnya rata-rata luar biasa besar.
Di samping itu, pemburu beasiswa harus membuat urutan pendaftaran secara kronologis bagi tiap beasiswa karena setiap beasiswa memiliki urutan proses pendaftaran yang berbeda.
Hal penting yang patut dicermati adalah penguasaan bahasa. Nilai IELTS yang sesuai persyaratan perlu segera dimiliki dan tidak ditunda sehingga waktu penulisan esai lebih mudah diatur.
Serta pembuatan curriculum vitae (CV) dan esai yang sesuai juga menjadi nilai tambah bagi kelulusan beasiswa.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/08/15/060700571/webinar-alumni-ipb-bagikan-tips-dapat-beasiswa-kuliah-luar-negeri