Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cara Sembuhkan “Yang Belum Usai” dalam Dirimu

Penulis: Dionisia Putri | Editor: Elex Media Komputindo

KOMPAS.com - Time heals everythings. Waktu menyembuhkan segalanya. Frasa ini cukup populer sejak beberapa waktu silam.

Frasa itu merujuk pada keyakinan bahwa luka batin bisa sembuh sendiri seiring dengan berjalannya waktu, termasuk hilangnya trauma yang kita alami dan kemampuan memaafkan orang yang menyakiti kita.

Padahal, itu semua keliru. Sebab, time heals nothing. Waktu tidak menyembuhkan apa pun, terlebih luka batin. Dalam buku Yang Belum Usai, Pijar Psikologi memilih frasa tersebut untuk menggambarkan konsepsi penyembuhan luka batin yang sesungguhnya.

Seperti luka fisik, luka batin pun perlu dirawat dan diobati untuk menyembuhkannya.

Proses menyembuhkan luka batin ini bukanlah pekerjaan pasif, yang mana kita tidak bisa diam dan “membiarkan waktu yang menyembuhkan”.

Ini adalah pekerjaan aktif yang memerlukan energi, waktu, biaya, dan komitmen untuk sembuh dari luka psikologis yang telah kita tumpuk entah sejak kapan.

Pada luka fisik, setiap luka membutuhkan penanganan dan perawatan yang berbeda. Jika intervensi penanganan yang diberikan tidak tepat, maka luka di tubuh bisa mengalami infeksi, pembengkakan, dan menjadi semakin parah.

Begitu juga dengan luka batin, kita perlu tahu luka apa yang kita miliki dan memahami langkah apa yang tepat untuk menyembuhkannya. Ini dilakukan agar luka itu tidak menjadi semakin parah dan membusuk di dalam diri kita.

Untuk membantu mengenali luka batin pada diri kita, dalam ilmu psikologi ada beberapa istilah yang dekat dengan pemahaman luka batin, yaitu trauma, primal wound (luka primer), dan unfinished business (sesuatu yang belum usai).

Setiap istilah tersebut punya sudut pandang yang berbeda dalam memandang luka batin. Istilah-istilah itu akan membantu kita saat memberi nama atau label pada luka yang kita miliki.

Pada masa pandemi ini, tak dimungkiri bahwa terdapat banyak tekanan mental dari eksternal maupun internal diri kita. Terlebih, banyaknya aktivitas yang harus dikerjakan di rumah membuat kita kerap overthinking disertai munculnya bayang-bayang luka batin.

Buku ini hadir untuk membantumu menyadari bahwa permasalahan-permasalahan hidup yang sering terjadi, terulang, dan tak pernah selesai, bisa jadi bukan karena lingkungan kita, bukan karena tempat kerja kita, bukan karena keluarga, sekolah, orangtua, guru, teman, sahabat, maupun pasangan kita, melainkan karena diri kita yang masih terluka. 

Buku ini juga hadir untuk mengingatkan bahwa kita semua memiliki luka, dan setiap orang memiliki kapasitas ketangguhan mental yang berbeda.

Melalui buku ini, Pijar Psikologi berharap bisa merangkul orang-orang yang tidak pernah punya kesempatan untuk mengolah pengalaman masa lalu yang masih mengganjal.

Juga, mengajakmu untuk mengenal luka batin secara lebih dekat. Sebab, kita perlu terbiasa mendengar, membaca, dan membicarakan luka batin agar luka itu bisa benar-benar kita rawat dan sembuhkan.

Tujuannya supaya batin kita tenang, hubungan dengan orang lain menjadi sehat (tidak toksik), dan generasi penerus kita tidak hidup dalam bayang-bayang luka batin leluhurnya.

Buku ini terdiri atas kumpulan artikel yang dibagi dalam 4 bagian, yaitu pengenalan luka batin, cara melepaskan pola lama, cara menyembuhkan luka batin, dan cara mencintai diri apa adanya.

Kumpulan artikel tersebut akan menjadi pelengkap penyembuhan luka batin di samping konsultasi dengan profesional. 

Penasaran? Cek di sini: https://www.gramedia.com/products/yang-belum-usai-kenapa-manusia-punya-luka-batin

Pengen beli buku ini, tapi dompet tetap aman? Klik ini: http://bit.ly/voucher_artikel

https://edukasi.kompas.com/read/2021/08/31/191000871/cara-sembuhkan-yang-belum-usai-dalam-dirimu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke