KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan ini mengharuskan siswa ikut pembelajaran secara daring (online).
Tetapi, karena terlalu lama siswa ikut pembelajaran daring dikhawatirkan bakal terjadi learning loss. Learning loss adalah istilah yang mengacu pada hilangnya pengetahuan dan keterampilan baik secara umum atau spesifik. Atau terjadinya kemunduran proses akademik karena suatu kondisi tertentu.
Kondisi tersebut, antara lain adalah periode libur panjang pada kalender akademik, peristiwa putus sekolah yang dialami siswa karena kemiskinan, hingga ditutupnya sekolah tatap muka karena pandemi.
Pemerhati dan Praktisi Pendidikan, Indra Charismiadji dalam Webinar GREDU ft. ClassIn, Kamis (2/9/2021) mengatakan bahwa kondisi learning loss tidak sepenuhnya terjadi karena pembelajaran jarak jauh atau karena tidak adanya pembelajaran tatap muka.
"Learning loss justru seringkali diakibatkan karena cara mengajar yang hanya dipindahkan dari dalam kelas dan diadopsi sepenuhnya ke pembelajaran online," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (6/9/2021).
Di situasi ini, guru mendistribusikan informasi dan komunikasi hanya satu arah, yang kemudian menyebabkan siswa cepat merasa bosan dan tidak semangat belajar.
Berikut ini cara menyiasati learning loss menurut Indra Charismiadji:
1. Punya pemikiran bertumbuh
Pendidik harus mempunyai growth mindset yakni pemikiran yang bertumbuh dan berkembang sesuai keberlangsungan zaman.
Sebagai contoh, pembelajaran daring yang dilakukan saat pandemi ini justru mempercepat pendidik dan siswa dalam menghadapi era digital yang perkembangannya kian cepat dari waktu ke waktu.
2. Paham Socio-Technical Knowledge Management
Pendidik juga perlu memahami Socio-Technical Knowledge Management pada era digital yang terdiri dari Infokultur, Infostrukur dan Infrastuktur.
Infokultur merupakan transfer informasi di era digital, salah satunya yang kita kenal dengan istilah blended learning yakni perpaduan antara manusia dengan teknologi.
Contoh sederhana blended learning adalah siswa belajar menggunakan materi video di luar jam kelas, kemudian pada saat kelas dimulai maka pendidik dan siswa bisa berdiskusi tentang temuan atau pemahaman mengenai materi video tersebut.
Infostruktur berkaitan dengan hal-hal identitas lembaga di dunia maya, seperti alamat situs, akun-akun sivitas yang berhubungan dengan nama domain lembaga.
Institusi pendidikan harus mempunyai domain khusus misal sch.id atau ac.id untuk penyediaan e-mail guru dan siswa agar proses transfer informasi tidak akan tercampur dengan urusan pribadi.
Selain domain, lembaga pendidikan juga perlu menyiapkan aplikasi-aplikasi yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran.
Infrastruktur bicara tentang perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran digital, dan tentunya alat yang multitasking, yakni dapat digunakan untuk berbagai fungsi.
Infrastruktur terkait dengan tentang sarana dan prasarana, gawai, listrik hingga internet yang merupakan aspek terpenting untuk mendukung keberlangsungan pendidikan era digital.
3. Terapkan kelas modern
Pendidik mulai menerapkan kelas modern atau Flipped Classroom, yang menggabungkan aspek asynchronous dan synchronous secara efektif.
Pada tahap asynchronous siswa mempelajari materi secara individu di luar kelas baik daring maupun luring. Pemanfaatan aplikasi Learning Management System (LMS) menjadi standar dalam pola ini.
Lalu di tahap synchronous, pertemuan di dalam kelas baik secara daring maupun luring digunakan untuk aktivitas kolaborasi aktif dari masing-masing siswa yang mendorong penalaran tingkat tinggi atau HOTS (Higher Order Thinking Skills) dengan cara project based learning, antara lain melalui presentasi, diskusi, bedah kasus, atau debat.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/09/06/150214471/praktisi-pendidikan-begini-cara-menyiasati-learning-loss