Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

ITB Ciptakan Teknologi Penyediaan Oksigen Medis Gratis di Indonesia

KOMPAS.com - Lonjakan kasus positif Covid-19 beberapa waktu lalu menyebabkan ketersediaan oksigen di rumah sakit menjadi langka.

Tentu hal ini menjadi keprihatinan banyak pihak karena keberadaan oksigen sangat penting. Khususnya bagi pasien Covid-19 dengan gejala sedang hingga berat.

Sejumlah akademisi membuat inovasi untuk mengatasi masalah ini. Tak terkecuali mahasiswa dan Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) menciptakan teknologi penyedia oksigen medis untuk Indonesia.

Hal ini diusung atas permintaan Dinkes Kota Bandung kepada ITB untuk menciptakan inovasi mutakhir di kala pandemi. Inovasi yang dihasilkan atas kolaborasi mahasiswa Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD), Fakultas Teknik Industri (FTI), Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) dari ITB dan mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Unpad ini diberi nama O2Go.

Bisa hasilkan 10 liter oksigen per menit

Project Leader O2Go Fandika Ikhsan mengatakan, proyek ini telah berjalan sejak akhir Juni 2021. Dimulai dengan riset dan reverse engineering ke berbagai daerah seperti Depok dan Bandung, riset melalui internet dan jurnal, trial and error dari prototype sederhana, hingga tahap upscaling prototype.

Kini tim O2Go sedang berfokus pada pengujian dan penelusuran zeolite dengan kualitas terbaik sebagai bahan filtrasi udara, perbaikan kualitas, dan volume oksigen per menitnya.

"Normalnya, di dalam udara yang ada di sekitar kita, hanya terkandung 20 persen oksigen di dalamnya dan sisanya adalah zat-zat lainnya," kata Fandika seperti dikutip dari laman ITB, Senin (6/9/2021).

Menurut dia, teknologi ini diproyeksikan mampu menghasilkan sepuluh liter oksigen per menit dengan kualitas oksigen mencapai 80 persen sehingga mampu memenuhi kebutuhan oksigen masyarakat dalam skala luas.

Tekankan semangat open sources

Sedangkan O2Go masih dalam tahap adaptasi menghasilkan satu liter oksigen per menit dengan kualitas oksigen lebih 50 persen.

Meskipun masih dalam tahap percobaan, riset, dan upscaling prototype, Fandika optimis dokumen dari riset produk ini dapat segera didistribusikan ke berbagai pihak untuk diproduksi bersama dan dikembangkan lebih jauh lagi.

"Kami menekankan semangat open sources. Jadi, saat orang lain berlomba-lomba untuk komersialisasi suatu inovasi. Kami berencana membuat sebuah dokumen yang bisa dibagikan ke kampus-kampus lain agar mereka bisa bikin produk ini dan saling berkembang saling improve," tambah Fandika.

Muhammad Syaiful Hadi selaku pimpinan tim publikasi menceritakan kolaborasi menarik yang terjadi pada proyek ini. Hal ini karena tidak hanya mahasiswa berbagai jurusan yang terlibat, namun dosen juga ikut aktif berpartisipasi. Baik secara langsung di lapangan maupun secara tidak langsung.

"Kolaborasi ini bisa dibilang tidak hanya ke atas dan ke bawah namun juga ke samping. Di sini dosen tidak hanya bekerja sebagai bos namun kita bekerja bersama di lapangan," kata mahasiswa yang akrab disapa Ipung ini.

Didukung sepenuhnya oleh dosen

Beberapa dosen yang terlibat memiliki pandangan dan harapan beragam terkait teknologi ini. Salah satunya adalah Vani Virdyawan dosen muda ITB yang baru saja menyelesaikan S3 di Inggris.

Menurutnya, proyek ini menjadi ekosistem belajar baru di antara dosen dan mahasiswa. Selain itu, Vani juga berharap agar produk ini mampu bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat dan perkembangan mahasiswa.

Tak hanya dosen muda ini, namun ada pula dukungan dan harapan dari doktor termuda di Indonesia Grandprix Thomryes Marth Kadja.

Ia berpartisipasi dalam pembuatan absorbent zeolite untuk menyempurnakan proses penyaringan udara.

"Karena untuk absorbent sendiri biasanya kita impor dari luar dan harganya mahal juga. Harapannya kita bisa membuat sendiri dari bahan dalam negeri yang juga berkualitas tinggi," ungkap Grandprix.

https://edukasi.kompas.com/read/2021/09/07/100000671/itb-ciptakan-teknologi-penyediaan-oksigen-medis-gratis-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke