Oleh: Anggi Afriansyah | Peneliti Sosiologi Pendidikan di Pusat Riset Kependudukan BRIN
KOMPAS.com - Saya sempat mengajar di salah satu SMA swasta di Jakarta Selatan. Sekolah ini menjalankan pembelajaran berbasis projek individu maupun kelompok. Beragam projek yang diberikan memiliki tujuan, salah satunya agar siswa dapat melejitkan potensi diri.
Sekolah di mana saya mengajar memiliki input anak-anak yang berasal dari kelas menengah ke atas.
Dari segi fasilitas, sekolah memiliki gedung bagus, akses internet memadai, komputer dan LCD di setiap ruang kelas, perpustakaan nyaman dan lengkap, arena pertunjukkan (teater kecil), dan arena olahraga variatif.
Guru-guru dapat memberikan beragam penugasan kepada siswa. Ekosistem sekolah memungkinkan guru mengoptimalkan beragam potensi siswa dan memacu mereka menyelesaikan beragam tugas secara tertib.
Siswa dipacu menjadi sosok yang mampu memberi solusi, sebab tugas yang diberikan guru didesain untuk melatih kemampuan menyelesaikan persoalan yang dihadapi selama mengerjakan projek tersebut.
Beberapa projek di berbagai pelajaran antara lain pementasan drama, pembuatan film pendek, wawancara tokoh publik/politik di level nasional, dan aneka penugasan lainnya.
Tidak hanya substansi tugas, melalui penugasan tersebut komitmen, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, dan kemampuan presentasi siswa ditempa.
Siswa kemudian terbangun wawasan, kepercayaan diri, kemampuan manajerial, dan beragam soft skill lainnya.
Guru-guru memantau secara berkelanjutan sampai mana tugas tersebut sudah diselesaikan.
Komunikasi dengan orangtua dilakukan agar tugas-tugas tersebut dapat selesai dengan memuaskan. Dukungan orangtua menjadi sangat penting untuk menunjang keberhasilan tugas tersebut.
Pengalaman mengajar di sekolah tersebut sangat berkesan bagi saya. Sebagai guru, saya pun mendapat beberapa kesempatan mengikuti beragam pelatihan untuk meningkatkan wawasan dan kompetensi.
Setiap sebulan sekali ada forum guru yang memungkinkan kami mendiskusikan beragam persoalan yang dihadapi di kelas atau mendapatkan pencerahan dari beragam ahli di berbagai bidang (tidak hanya pendidikan).
Ruang aktualisasi dikokohkan agar guru berkeinginan untuk terus belajar dan berkembang.
Tantangan pembelajaran berbasis projek
Tentu saja pengalaman saya mengajar di sekolah swasta tersebut tidak bisa serta merta diterapkan di berbagai sekolah.
Pada titik ini, kontekstualisasi yang merujuk pada kondisi dan lokus sekolah menjadi sangat penting. Penugasan berbasis projek jelas tidak bisa dipaksakan dengan pola sama di berbagai sekolah.
Projek dalam penugasan harus mendasarkan pada kondisi siswa, selain juga latar belakang siswa sangat berpengaruh dalam pemberian tugas-tugas.
Lalu, bagaimana dengan sekolah yang memiliki beragam keterbatasan?
Saya memiliki cerita dari salah satu SMP di Tambrauw, Papua Barat ketika kami melakukan riset beserta tim Pusat Penelitian Kependudukan LIPI pada tahun 2018.
Dari wawancara mengemuka, ada beberapa guru yang berupaya membangun pembelajaran dengan menggunakan projek-projek ringan dan berbasis pada lokalitas. Sekolah tersebut di kelilingi hutan sehingga aneka tanaman dan hewan begitu mudah ditemui.
Pada salah satu sesi pembelajaran seorang guru meminta siswa menangkap serangga untuk dipelajari bersama di kelas. Sebelum ke luar kelas siswa bercerita kepada guru bahwa mereka mau menangkap serangga yang ada di sekitar sekolah namun tidak mau menangkap capung.
Anak-anak bercerita menangkap capung adalah suatu yang tabu. Sebab menurut pengetahuan lokal jika capung ditangkap maka daerah tersebut akan terkena banjir.
Guru tersebut berusaha untuk membangun pembelajaran berbasis projek sederhana di tengah keterbatasan alat peraga dan bahan. Alam dijadikan sebagai bagian dari arena pembelajaran yang terbuka untuk dieksplorasi.
Kearifan guru dalam memperhatikan lingkungan dan memanfaatkannya sebagai bagian penting untuk belajar bersama menjadi sangat penting. Di situ juga guru dan murid dapat belajar untuk menghormati kepercayaan lokal yang ada di lingkungannya.
Peran guru dalam pembelajaran berbasis projek
Beberapa riset menyebutkan manfaat pembelajaran berbasis projek. Dalam artikel "The Project-Based Learning Approach in Environmental Education" yang ditulis Murat Genc (2014) disebutkan pembelajaran berbasis proyek berpengaruh positif terhadap sikap lingkungan siswa.
Dalam konteks pendidikan lingkungan, pembelajaran ini mendorong meningkatkan kreativitas, praktik kegiatan penelitian, juga membantu siswa mendefinisikan masalah lingkungan yang dihadapi serta membuat mereka aktif dalam mencari solusi.
Sementara itu dalam artikel Kaldi, Filippatou dan Govaris (2011) bertajuk "Project-Based Learning in Primary Schools: Effects on Pupils' Learning and Attitudes" disampaikan melalui pembelajaran berbasis projek antara lain pengetahuan terkait konten yang dipelajari, keterampilan kerja kelompok, motivasi dalam menyelesaikan tugas, dan dalam jangka panjang perhatian terhadap sikap positif terhadap teman-teman yang berbeda latar budaya.
Tentu saja pembelajaran berbasis projek tidak akan bisa dilakukan secara optimal di tengah berbagai kompleksitas pendidikan di negeri ini.
Temuan hal paling utama adalah guru-guru yang kompeten dan telaten menjadi penopang utama dalam kegiatan pembelajaran berbasis projek.
Kreativitas dan ketangguhan guru dalam menyusun rencana pembelajaran yang memicu segala potensi peserta didik menjadi sangat krusial.
Pada akhirnya projek-projek tersebut lebih bermakna bagi anak-anak karena dapat mengoptimalkan seluruh fungsi diri sehingga mereka dapat lebih mengetahui potensi diri juga lingkungannya.
Dari situ kemampuan problem solving diasah dan dioptimalkan. Dan itu semua dapat teraktualisasi berkat peran guru.
Ekosistem pembelajaran berbasis projek
Pembelajaran berbasis projek hanya bisa hadir dalam ekosistem pendidikan yang memadai di mana guru memiliki keleluasaan mengeksplorasi berbagai pembelajaran dan memberikan penugasan bagi siswa.
Kesempatan bagi para guru untuk berkembang perlu diakomodasi melalui program-program yang memberi kesempatan guru untuk meningkatkan kapasistasnya.
Pertukaran guru untuk mengajar di sekolah lain misalnya menjadi penting agar guru memiliki beragam warna dan perspektif. Guru berpeluang mendapatkan wawasan lebih luas, pola dan model pembelajaran alternatif, ataupun budaya baru yang penting bagi peningkatan kapasitas.
Guru diajak menyelami realitas dunia yang berbeda dengan apa yang sehari-hari dihadapinya. Dari situlah inspirasi didapat sehingga para guru tidak monoton memberikan tugas kepada anak-anak.
Poin pentingnya adalah guru diajak mampu mengkontekstualisasikan tugas yang diberikan kepada siswa agar berkesuaian dengan kondisi sosial budaya dan ekonomi di mana mereka belajar.
Hal ini penting agar relevansi belajar dengan keseharian siswa dapat digapai sehingga mereka memahami arti penting tugas yang diberikan.
Lalu bagaimana di situasi pandemi ini?
Kegiatan pembelajaran berbasis projek ini bisa jadi salah satu solusi, di mana anak diberikan penugasan yang relevan dengan keseharian.
Tidak perlu yang rumit tetapi lebih pada upaya membuat siswa memiliki perhatian terhadap situasi keseharian ketimbang hanya berfokus pada pembelajaran monoton menatap layar.
Tentu saja, untuk siswa yang tidak memiliki akses upaya khusus perlu upaya untuk jemput bola dengan mendatangi siswa agar tetap bisa belajar menjadi utama.
Segala upaya perlu diupayakan untuk membangun pendidikan yang berupaya mengoptimalkan potensi siswa.
Pembelajaran berbasis projek menjadi bagian penting untuk dibangun secara konsisten agar siswa mendapatkan pengalaman faktual. Melalui projek-projek tersebut kekuatan anak-anak dibangun, potensi mereka dikokohkan.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/09/14/170745271/urgensi-pembelajaran-berbasis-projek