Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Punya IPK 2,69, Bagus Muljadi Jadi Asisten Profesor Termuda di Inggris

KOMPAS.com - Selalu memiliki prestasi gemilang di bidang akademik saat sekolah tak menjamin kesuksesan di masa yang akan datang.

Seperti yang dialami Bagus Muljadi. Semasa kuliah dia selalu mendapat angka merah di rapornya. Tak hanya itu, saat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi pun IPK yang diraih standar di angka 2,69.

Namun seiring berjalannya waktu, Bagus bisa membuktikan kemampuan dirinya dan berhasil menjadi asisten profesor di University of Nottingham, Inggris. Perjalanan hidup Bagus ini juga membuktikan bahwa perjuangan dan proses tidak akan mengkhianati hasil.

Merangkum dari salah satu platform edukasi di Instagram @campuspedia, Senin (20/9/2021), menceritakan perjalanan pendidikan Bagus Muljadi hingga saat ini bisa menjadi asisten profesor di University of Nottingham.

Sering dapat rapor merah

Semasa SMA, Bagus merupakan anggota dari sebuah grup band dan sering mengikuti lomba baca puisi.

Bagus menerangkan, kalau teman-temannya semasa SD hingga SMA pasti tahu bahwa dia langganan dipanggil ke ruangan guru karena nilai rapornya yang sering merah alias di bawah standar.

Bagus mengaku, dia bukannya anak jenius yang jago Matematika. Dia lebih suka menggambar dan sempat diterima di jurusan Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan (Unpar).

Namun karena alasan ekonomi, Bagus memutuskan tidak mengambil kesempatan itu dan memilih seleksi UMPTN di Institut Teknologi Bandung (ITB) kala itu.

Tidak disangka, Bagus justru lolos UMPTN di ITB dengan jurusan Teknik Mesin. Dia mengaku tak terlalu pintar dan bisa lolos karena faktor keberuntungan saja.

Lulus dengan IPK standar

Meski sudah diterima di ITB, Bagus justru sering membolos.

Beban perkuliahan yang padat dan berat di jurusan Teknik Mesin ITB membuat Bagus harus mengejar ketertinggalan melalui semester pendek.

Bagus pun harus menerima akibatnya dan terpaksa lulus satu tahun lebih lambat dari semestinya dengan IPK 2,69.

Bagus menyadari kualifikasi perusahaan untuk menerima lulusan baru atau fresh graduate sangat tinggi. Bagus pun tak bisa mengandalkan nilai IPK-nya yang standar.

Bagus berasal dari keluarga sederhana dan ayahnya sempat bekerja di Taiwan menjadi blue collar worker untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Bagus kemudian memutuskan mencoba kuliah di National Taiwan University. 

Bagus kemudian melanjutkan pendidikan S2 dan S3 di Taiwan dengan mengambil jurusan Mekanika Terapan tanpa beasiswa.

Alhasil, Bagus sebisa mungkin mencari relasi demi membiayai kuliahnya. 

Kemudian, Bagus memutuskan bekerja sebagai sales pompa air demi menyelesaikan pendidikannya.

Saat memutuskan kuliah di Taiwan, Bagus ingin belajar bahasa Mandarin. Ternyata kuliah di Taiwan tak semulus apa yang dibayangkan.

Dia sering menangis di perpustakaan dan merasa kehidupan kuliahnya di Taiwan adalah masa-masa tersulit dalam hidupnya.

Lulus S2 dan S3 di Taiwan

Namun karena kegigihannya, Bagus bisa melalui masa sulit tersebut dan berhasil lulus S2 dan mendapat tawaran beasiswa untuk jenjang S3.

Bagus berhasil meraih gelar master dan PhD dalam bidang Mekanika Terapan di National Taiwan University.

Setelah menyelesaikan kuliahnya, Bagus menikah dengan perempuan berkebangsaan Jerman dan menetap di Eropa.

Setelah menyelesaikan S3, Bagus mengirim banyak email ke sejumlah profesor hingga mendapat beasiswa melanjutkan program postdoctoral di Institut de Mathematiques de Toulouse, Prancis jurusan Matematika.

Berkat pengalaman hidupnya yang cukup sulit selama kuliah di Taiwan, tantangan mengambil studi di Prancis bisa dilalui dengan mudah.

Bagus berhasil lulus program postdoctoral selama satu setengah tahun. Dia juga telah mempublikasikan banyak penelitian.

Ibarat tak ada kata berhenti untuk belajar, Bagus kembali mengambil program postdoctoral di jurusan Ilmu Bumi dan Teknik Petroleum, Imperial College London.

Setelah menyelesaikan studi postdoctoral di Imperial College London tahun 2017, dia akhirnya diterima di Departemen Teknik Lingkungan dan Kimia di University of Nottingham, Inggris sebagai faculty member dan asisten profesor termuda.

Karena Bagus memiliki latar belakang pendidikan dari banyak disiplin ilmu. Pihak kampus menghargai hal tersebut karena Bagus memiliki sudut pandang keilmuan yang beragam dalam melakukan penelitian.

Bagi sebagian orang, memilih menekuni satu bidang keilmuan agar pengetahuan bisa fokus. Namun tidak bagi Bagus, gelar keilmuan dari beragam disiplin ilmu yang dimiliki justru membawanya menuju kesuksesan.

Pelajari banyak disiplin ilmu

Hal tersebut tentu dapat diraih dengan melewati berbagai rintangan yang berat.

Menurut Bagus, pengalaman akademik berupa IPK S1-nya yang kurang memuaskan justru mengantarnya menjadi sosok pekerja keras.

Pekerjaan Bagus saat ini sebagai anggota permanen dan asisten profesor termuda di University of Nottingham adalah hasil perjuangan dari penelitian interdisipliner yang dia lakukan.

"Jadi gini poinnya, makanya orang kalau udah pernah ngerasain susah itu, ngerasain susah yang sedikit gampang itu jadi gampang sekali," kata Bagus.

Bagus menekankan, bukan berarti dia pintar tapi dia tahu bidang-bidang yang orang lain tidak tahu.

https://edukasi.kompas.com/read/2021/09/21/103705471/punya-ipk-269-bagus-muljadi-jadi-asisten-profesor-termuda-di-inggris

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke