KOMPAS.com - Siapa tak kenal buah durian? Meski memiliki bau menyengat namun buah yang satu ini memiliki banyak penggemar.
Banyak literatur menerangkan bahwa durian mempunyai kandungan nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh. Namun dengan catatan, mengonsumsi durian dalam jumlah yang tidak berlebihan.
Dengan memanfaatkan kandungan durian, mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Brawijaya (UB) mempunyai ide yang luar biasa unik.
Krim antijerawat dari kulit durian
Mereka adalah Putri Ayu M, Nur Khasanah, Annindea Erza N, Dzurrotin Qurrota A, dan Dita Rahmaningtyas, Mereka punya gagasan dengan membuat krim antijerawat yang dikombinasikan dengan bahan dasar limbah kulit buah durian.
"Krim antijerawat berbahan dasar limbah kulit buah durian dinilai lebih efektif dengan daya hambat sebesar 18,1 mm dibandingkan produk di pasaran yang mengandung tree tea oil dengan daya hambat sebesar 15,8 mm," ungkap Nur Khasanah seperti dikutip dari laman Universitas Brawijaya, Minggu (26/9/2021).
Nur Khasanah menerangkan, selain didukung dengan kemampuan daya hambat yang tinggi, kulit buah durian juga memiliki senyawa antibakteri yang sangat bagus untuk kulit.
Kandungan senyawa kulit durian
Senyawa antibakteri dalam durian seperti:
1. Flavonoid
2. Saponin
3. Tannin
4. Terpenoid
5. Alkaloid
Pada umumnya, pengobatan jerawat dilakukan dengan memberikan krim yang dioleskan pada kulit atau pengobatan topikal. Selain itu juga pengobatan yang diberikan dengan cara dikonsumsi seperti obat atau pengobatan sistemik.
Pengobatan yang diberikan secara oles pada kulit memiliki efektifitas lebih tinggi dibandingkan pengobatan secara oral. Karena hal tersebut dapat menimbulkan resistensi antibiotik di dalam tubuh.
Gunakan teknologi nanoemulsi
Sehingga untuk mendukung pengobatan secara oles dibuatlah krim anti jerawat melalui sebuah teknologi bernama nanoemulsi.
"Teknologi nanoemulsi yang terdiri dari fase minyak dan air dengan ukuran droplet <200 nm serta luas permukaan yang besar ini dapat memberikan efek hidrasi sehingga meningkatkan permeabilitas kulit dalam penetrasi obat," ungkap Putri Ayu.
Selain itu juga mengurangi risiko peradangan jerawat. Suatu teknik yang mendukung teknologi nanoemulsi ini adalah teknik mikrofluidisasi.
"Teknik ini dipilih karena dapat bekerja tanpa menaikkan temperature sistem dan ukuran droplet nanoemulsinya dapat dikontrol sehingga dapat dihasilkan krim anti jerawat dengan daya penetrasi lebih baik," ucap Putri Ayu.
Cara pembuatan krim antijerawat
Proses pembuatan krim kulit durian pertama-tama kulit durian dibersihkan terlebih dahulu dipotong tipis-tipis bagian dalam kulitnya. Kemudian melalui proses pengovenan pada suhu 60 derajat celcius selama 2×24 jam.
"Proses selanjutnya dilakukan penimbangan beratnya dan penghalusan menggunakan blender lalu diayak," imbuhnya.
Setelah itu dilakukan ekstrasi secara maserasi kemudian dipisah pelarutnya menggunakan rotary evaporator hingga memperoleh ekstrak kulit buah durian.
Menurut Putri, berdasarkan uji bakteri yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa melalui teknik mikrofluidisasi dapat memengaruhi ukuran partikel.
Diperoleh ukuran partikel yang lebih kecil dan memudahkan nanoemulsi gel masuk ke dalam sel bakteri sehingga didapatkan daya hambat lebih lebar.
"Diharapkan dengan krim anti jerawat ini dapat membantu permasalahan penderita jerawat," pungkas Putri.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/09/27/095100271/krim-antijerawat-dari-kulit-durian-inovasi-mahasiswa-ub