KOMPAS.com - Seseorang yang sakit dan butuh obat maka harus mengonsumsi obat. Tetapi, mengonsumsi obat tak bisa asal-asalan. Semua harus sesuai dosis yang dianjurkan oleh dokter atau apoteker.
Ini karena penggunaan obat merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya menjaga kesehatan dan penyembuhan, namun harus tetap berhati-hati dalam penggunaannya.
Kesalahan menggunakan obat atau penggunaan dosis yang tidak tepat justru akan menyebabkan masalah kesehatan baru. Oleh karena itu sebaiknya harus mempelajari atau mengetahui jenis-jenis obat yang dikonsumi.
Tentu yang direkomendasikan dokter atau apoteker dan tidak segan untuk bertanya atau berkonsultasi dengan dokter atau apoteker jika memerlukan informasi yang lebih lanjut mengenai obat yang sedang anda konsumsi.
Demikian diungkapkan Apoteker Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) Universitas Diponegoro (Undip) Apt. Intan Rahmania Eka D, M.Sc., dilansir dari laman Undip, Senin (27/9/2021).
Obat tertentu harus dikonsumsi habis
Menurutnya, ada jenis obat tertentu yang harus dikonsumsi sampai habis, contohnya adalah antibiotik atau obat-obatan untuk penyakit kronis misalnya obat hipertensi dan jantung.
"Yang diberikan untuk jangka waktu satu bulan, obat itu harus diminum secara rutin dan sampai habis. Pengobatan berdasarkan kondisi pada saat itu, jika obat masih sisa alangkah lebih baik tidak konsumsi kembali," ujarnya.
Terkait interaksi obat dengan makanan, ada kemungkinan ketika obat tersebut dikonsumsi bersama makanan atau sesudah makan akan terjadi interaksi.
Ada obat-obat tertentu yang berpotensi berinteraksi dengan makanan, contohnya antibiotik yang tidak boleh diminum dengan susu.
Susu itu banyak mengandung komponen seperti protein, kalsium, mineral. Ada beberapa antibiotik yang bisa berinteraksi dengan logam yang ada di dalam susu (calcium), sebenarnya tidak hanya susu tetapi juga makanan yang mengandung kalsium dapat menjadi interaksi.
Antibiotik dapat berikatan dengan komposisi makanan tersebut yang harusnya antibiotik bisa terserap tetapi akhirnya antibiotik tersebut tidak bisa terserap dengan sempurna.
"Risikonya antibiotik tidak bisa memberikan efek secara semestinya dan infeksinya tidak bisa sembuh," imbuhnya.
Selain susu, obat juga tidak boleh dikonsumsi dengan teh, teh mengandung tanin yang bisa mencegah terjadinya absorpsi suatu obat.
Ini karena di dalam ilmu farmasi dikenal obat dalam bentuk tablet, tablet ada berbagi macam, ada tablet konvensional dan yang diformulasikan secara khusus supaya dilepaskan di dalam organ-organ tertentu.
"Tablet konvensional tidak masalah digerus atau dibelah tetapi tablet yang diformulasikan secara khusus, misalnya dalam bentuk lepas lambat, itu tidak boleh dibelah atau digerus, tergantung dari jenis tabletnya," terangnya.
Obat bisa rusak
Tak hanya itu saja, obat juga bisa rusak, ada penurunan dari zat aktifnya. Jika zat aktifnya berkurang maka efektivitas atau kemampuannya dalam menyembuhkan akan berkurang.
"Obat jangan langsung terkena cahaya matahari dan ada obat-obatan tertentu yang memerlukan tempat khusus," kata Intan.
Selain itu, menggunakan obat yang tepat adalah suatu hal yang penting, apalagi pasien yang memiliki penyakit kronis, karena obat akan menjadi teman, setiap hari harus minum obat, jangan bosan untuk mengkonsumsi obat.
"Karena obat ini adalah salah satu cara untuk menjaga tubuh supaya tetap sehat. Dan bila ada sesuatu yang perlu ditanyakan bisa konsultasi ke apoteker," jelasnya.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/09/28/072119271/apoteker-rsnd-undip-seperti-ini-penggunaan-obat-yang-benar