KOMPAS.com - Masyarakat Indonesia sudah familiar dengan minuman teh. Selain teh panas, es teh juga paling favorit jadi minuman masyarakat.
Selain itu, setiap jenis teh juga punya khasiat masing-masing. Bahkan dalam pengolahannya juga harus dilakukan dengan benar.
Terkait teh, Program Studi Teknologi Pascapanen, SITH Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar kuliah tamu sebagai bagian dari mata kuliah pilihan prodi.
Kegiatan bertajuk ‘Teknik Panen dan Handling Tanaman Teh’ menghadirkan Ir. Eko Pranoto, M.P., selaku manajer pusat penelitian teh dan kina sebagai narasumber, Senin (13/9/2021).
Menurut Eko, teh adalah produk hasil olahan daun tanaman Camellia sinensis. Sedangkan herbal infusion yang kerap pula dianggap teh, berasal dari selain daun C. sinensis.
Teh dikonsumsi untuk mengambil manfaat polifenol (gabungan unsur bergugus fenol) sebagai antioksidan berupa katekin di dalamnya.
Setiap jenis teh sendiri mempunyai khasiat khas. "Kita harus benar-benar memahami apa itu teh supaya bisa mengambil khasiat dari teh yang kita minum," ujar Eko dikutip dari laman ITB.
Adapun bahan baku berupa daun teh yang dipetik menentukan 70-80 persen kualitas teh yang kita minum, dan kualitas tersebut bergantung pada jumlah polifenol yang terdapat dalam daun yang diolah, apakah mengandung polifenol yang tinggi, atau tidak sama sekali.
Namun pada kenyataannya, tidak semua daun pada suatu tanaman teh dapat dipetik untuk diolah lebih lanjut.
Hanya pada pucuknya saja kandungan katekin dan polifenol hadir dalam persentase yang tinggi jika dibandingkan dengan daun pertama, kedua, ketiga, maupun bagian tanaman yang lain.
Tanaman teh sendiri berasal dari wilayah beriklim subtropis. Karena tidak berasal dari Indonesia, tanaman teh tidak bisa sembarangan ditanam. Dibutuhkan pH, kedalaman, kadar air dalam tanah, serta curah hujan tertentu untuk menumbuhkan tanaman teh sesuai kondisi alam asalnya.
Di samping hal tersebut, pucuk yang telah dipetik perlu dijaga agar tidak rusak sebelum sampai di tempat pemrosesan, salah satunya handling pucuk.
"Pucuk dapat sampai ke pabrik dalam keadaan segar, tidak layu dengan beberapa trik handling," imbuh Eko.
Lebih lanjut, Eko menjelaskan definisi handling adalah upaya untuk memperoleh pucuk sebagai bahan baku pengolahan dengan kualitas optimal guna menghindari atau mengurangi terjadinya kerusakan pucuk secara fisik yang dapat menimbulkan penurunan kualitas teh jadi karena terjadi pra-oksidasi ataupun pra-fermentasi.
Selain itu, terdapat berbagai cara untuk memetik tanaman teh, di antaranya:
1. secara manual (dengan tangan)
2. gunting
3. dengan bantuan mesin
Dengan begitu pemetikan pucuk daun dapat dilakukan sesuai dengan aturan yang paling baik untuk menjaga kualitasnya.
Diperlukan waktu sekitar dua bulan sejak pemetikan pucuk agar 2-3 daun di pucuk kembali tumbuh. Maka dari itu, manajemen waktu pemetikan pucuk tanaman diperlukan agar pemetikan berjalan dengan baik.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/10/03/081310871/sith-itb-begini-cara-menjaga-kualitas-teh