KOMPAS.com - Mahasiswa bisa mendapat Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) bagus karena dipengaruhi banyak faktor.
IPK yang bagus tidak hanya bisa diraih mahasiswa yang pintar saja. Semua mahasiswa bisa mendapatkan IPK bagus asal mau berusaha.
Ada beberapa mitos yang sering menyertai keberadaan IPK ini. Termasuk mitos bahwa IPK ini sebenarnya tidak penting digunakan setelah lulus kuliah.
Terkait mitos seputar IPK ini Dosen Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Willy Prasetya memberikan pendapatnya. Willy menerangkan, ada tiga mitos seputar IPK yang biasa didengar para mahasiswa.
Mitos tentang IPK
1. IPK tidak penting
Mitos yang pertama yaitu IPK tidak penting namun pengalaman organisasi dan soft skill jauh lebih penting. Menurut Willy, nilai IPK itu tetap penting.
Apalagi jika setelah lulus mahasiswa memilih bekerja di pekerjaan mainstream seperti karyawan sebuah perusahaan, guru atau Pegawai Negeri Sipil (PNS).
IPK ini relatif tidak dianggap penting jika mahasiswa memilih menjadi wirausaha, petani maupun pedagang.
"Saat memilih pekerjaan mainstream seperti karyawan, guru atau PNS selalu ada syarat nilai IPK dalam proses seleksinya. IPK itu menjadi hal dibutuhkan, jika IPK tinggi peluang mendapatkan pekerjaan itu juga akan meningkat," beber Willy seperti dikutip dari kanal Youtube UII, Senin (4/10/2021).
2. IPK tinggi jamin pekerjaan bagus
Willy menjelaskan, mitos yang kedua yakni IPK tinggi pasti menjamin pekerjaan bagus. Tapi fakta yang terjadi tidak seperti itu.
IPK seringkali hanya digunakan saat seleksi berkas atau screening awal saat melamar suatu pekerjaan atau program beasiswa. Sehingga IPK menjamin karier bagus itu tidak benar.
3. IPK hanya untuk orang pintar saja
Willy menambahkan, IPK hanya orang untuk orang pintar saja adalah sebuah mitos belaka. Pasalnya untuk mengukur intelegensi seseorang yang jadi patokan adalah IQ.
IPK menjadi indikator sebagus apa mahasiswa menyelesaikan tugas kuliah.
Sehingga orang pintar tidak selalu IPK bagus namun orang yang memiliki IPK bagus belum tentu IQ-nya tinggi.
Semua mahasiswa baik yang IQ tinggi atau rata-rata bisa mendapatkan IPK tinggi.
Tips raih IPK Cumlaude
Willy memaparkan 3 tips mendapatkan IPK tinggi melalui cara berikut ini:
1. Kenali ekspetasi dari setiap mata kuliah
Tiap mata kuliah memiliki ekspetasi sendiri-sendiri. Untuk mengetahui ekspetasi tiap mata kuliah dengan melihat Rencana Pembelajaran Semester (RPS).
Di dalam RPS ada informasi jadwal kuliah dalam satu semester apa yang harus dibahas. Mahasiswa perlu tahu tentang RPS untuk merencanakan waktu selama kuliah.
"Kalau tidak tahu apa yang dipelajari mahasiswa bingung mau ngapain. Dengan mengetahui apa yang dipelajari, mahasiswa bisa pelajari sebelum kelas masuk agar lebih paham pada saat pertemuam kuliah," tandas Willy.
Mahasiswa juga perlu mengetahui Lembar Penilaian karena terdapat komponen penilaian, bobot penilaian dan ekspetasi penugasan yang harus dipenuhi. Dengan memahami Lembar Penilaian menjadi kunci bagaimana mahasiwa dapat nilai A di tiap mata kuliah.
2. Pahami karakteristik dosen
Dosen bukan robot jadi punya karakterisitik masing-masing.
Willy memberi contoh misalnya dosen A akan memberikan nilai bagus jika mahasiswa mengumpulkan tugas lebih awal atau memberi effort lebih di tugasnya. Sehingga mahasiswa harus melakukan hal itu jika ingin dapat nilai A.
"Setiap dosen juga memiliki ekspetasi yang berbeda untuk mahasiswanya. Jika tugas dikerjakan asal-asalnya nilainya bisa jelek," imbuh Willy.
3. perbanyak teman dan ikut kegiatan lain selain perkuliahan
Willy menegaskan, selama kuliah mahasiswa perlu memiliki banyak teman. Sehingga otomatis bisa punya banyak lawan bicara, teman diskusi, bertukar pikiran dan mendapatkan insight baru,
Ikut organisasi dan banyak teman menjadi hal yang tidak dipelajari ketika kuliah.
Saat kuliah, lanjut Willy, mahasiswa hanya mempelajari teori dan konsep tapi tidak melihat praktik di lapangan. Untuk bisa melihat bagaimana teori dan konsep berfungsi dalam kehidupan nyata, salah satunya dengan ikut berorganisasi.
IPK penting tapi bukan segalanya
Willy menekankan, IPK itu penting tapi IPK bukan segalanya. Keberadaan IPK berperan sebagai tiket masuk untuk mendapatkan pekerjaan atau beasiswa.
"Yang menentukan seseorang bisa memiliki nilai atau karier bagus yakni kemapuan diri sendiri, soft skill, kemampuan komunikasi, kemampuan berpikir kritis, kemampuan bekerja di bawah tekanan dan kemampuan bernegoisasi yang bisa dipelajari di luar kelas," imbuh dia.
Itulah 3 tips mendapatkan IPK Cumlaude. Meski tampak mudah tapi hal tersebut butuh latihan. Sehingga mahasiswa perlu mengurangi kebiasaan mager (malas gerak), kurangi membuka media sosial atau game.
"Harus fokus ke tujuan ke depan, meraih karier bagus atau mendapat beasiwa. Mahasiswa harus bekerja keras mulai dari sekarang," tutup Willy.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/10/04/135908471/tips-raih-ipk-cumlaude-ala-dosen-uii-yogyakarta