KOMPAS.com - Sebanyak 2.175 orang menerima Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) pada semester gasal tahun akademik 2021/2022.
Penerima beasiswa terdiri dari calon guru, guru, calon dosen, dosen, pelaku budaya, siswa, dan mahasiswa berprestasi. Sebanyak 1.948 orang menerima beasiswa di dalam negeri, 217 orang menerima beasiswa di luar negeri, dan 10 orang penerima double degree.
Selanjutnya Beasiswa gelar D4-S1 diberikan kepada 373 penerima dari calon guru dan guru mata pelajaran produktif pada SMK, pelaku budaya, dan siswa atau mahasiswa berprestasi.
Beasiswa gelar S2 diberikan kepada 335 penerima, dengan rincian 269 di dalam negeri, 63 di luar negeri, dan 3 double degree. Kemudian beasiswa gelar S3 diberikan pada 1.467 penerima yang berasal dari dosen perguruan tinggi akademik dan vokasi, guru dan tenaga kependidikan serta pelaku budaya.
Mereka akan mengikuti pendidikan di 59 perguruan tinggi di dalam negeri dan 112 perguruan tinggi di luar negeri yang tersebar di 20 negara.
Mendikbud Ristek Nadiem Anwar Makarim berpesan agar penerima beasiswa benar-benar memanfaatkan kesempatan ini untuk menempuh petualangan dalam menuntut ilmu.
Ia mengatakan, Kemendikbud Ristek juga berencana akan menambah kuota beasiswa untuk guru, dosen, dan pelaku budaya.
“Ini merupakan upaya kami untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pelaku budaya, jadi jangan disia-siakan. Bangun network baru, keluar dari zona nyaman, coba hal baru, jangan takut ambil risiko, dan usaha inovatif dalam pembelajaran,” ujar Nadiem dalam siaran pers, Senin (4/10/2021).
BPI merupakan program beasiswa bergelar untuk jenjang S1, S2, S3, serta program double degree. Diberikan Kemendikbud Ristek melalui Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik) untuk meningkatkan dan membangun sumber daya manusia Indonesia serta meningkatkan kebermanfaatan dana pengembangan pendidikan nasional.
Ajang berkontribusi untuk bangsa
Nadiem berharap BPI bisa menjadi motivasi bagi para penerimanya untuk menjadi pemimpin di sektor masing-masing dan mendukung gerakan Merdeka Belajar yang telah digagas Kemendikbud Ristek.
“Pelan-pelan gerakan Merdeka Belajar berjalan dan semakin dapat momentum. Jadi tanpa pemimpin perubahan, tidak akan ada Merdeka Belajar. Merdeka Belajar adalah gerakan. Semua yang menerima beasiswa ini akan menjadi agen perubahan. Jadi optimalkan dan kontribusikan kepada masyarakat saat kembali nanti,” katanya.
Sry Mulia yang mengajar di sebuah SMK negeri di Palembang jurusan pariwisata dalam diskusi dengan Mendikbud Ristek mengatakan, saat ini ia melihat belum ada sinkronisasi antara kurikulum yang sudah ada dengan kebutuhan siswa di dunia industri.
“Tujuan saya adalah ingin membentuk suatu materi bahan ajar atau silabus pembelajaran yang memang sinkron dengan jurusan siswa,” tuturnya.
Menanggapi Sry, Nadiem berharap Sry dapat merancang kembali kurikulum SMK jurusan pariwisata pada saat ia kembali mengajar.
“Semoga pada saat itu sudah ada kemerdekaan dari semua program Merdeka Belajar kita untuk bisa bergerak. Kunci dari kelulusan ini adalah menjadi penggerak, jadi salah satu contohnya Guru Penggerak. Harapan saya Guru Penggerak bisa masuk ke dalam posisi-posisi kepemimpinan dalam sektor pendidikan,” katanya.
Primus Bere Boe, penerima beasiswa Pelaku Budaya dalam Negeri yang menempuh S2 di Institut Seni Indonesia (ISI) juga ikut berbahagia karena mendapatkan kesempatan untuk belajar menempuh S2.
Menurutnya, kehadiran pelaku budaya sangat penting, khususnya yaitu di daerah perbatasan di mana sangat dibutuhkan untuk memajukan kebudayaan.
“Daerah rumah saya di daerah perbatasan antara Indonesia dengan Timor Leste yang mana peningkatan kebudayaan sangat dibutuhkan, sehingga mampu menimbulkan rasa nasionalismenya,” tutur Primus.
Sementara itu Vita Silvana, penerima Beasiswa Dosen Luar Negeri untuk jenjang S3 mengatakan, menjamin mutu dan kualitas pendidikan merupakan hal yang sangat penting.
Vita yang merupakan dosen Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia itu menuturkan, dalam Tridarma Perguruan Tinggi, penelitian dan kolaborasi internasional menjadi sangat penting untuk menjaga kualitas perguruan tinggi.
Merespons hal tersebut, Mendikbud Ristek mengatakan bahwa strategi yang terpenting adalah menyediakan dana atau anggaran.
Saat ini pemerintah telah menyiapkan penganggaran agar dosen-dosen Indonesia bisa melanjutkan pendidikan di luar negeri sehingga peluang untuk meningkatkan kolaborasi internasional juga semakin terbuka.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/10/04/140927771/2175-orang-terima-beasiswa-pendidikan-indonesia-2021-kemendikbud-ristek