KOMPAS.com - SMP Negeri 1 Kuta Selatan, Bali, menjadi salah satu sekolah yang telah melaksanakan Asesmen Nasional 2021. Pada 6 Oktober 2021, para peserta mengerjakan Asesmen Nasional untuk literasi dan survei karakter, sedangkan pada 7 Oktober 2021 mengerjakan numerasi dan survei lingkungan belajar.
Dalam kunjungannya, Kamis (7/10/2021), Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan, Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dalam Asesmen Nasional dirancang untuk mengukur capaian peserta didik dari hasil belajar kognitif, yaitu literasi dan numerasi.
Salah satu yang ingin diukur dalam AKM, terang Nadiem, adalah kemampuan bernalar dan daya analitis peserta didik.
Ia menjelaskan, kemampuan bernalar dan menganalisis siswa bukan dilihat dari materi pelajaran, melainkan bagaimana metode guru dalam mengajar sehingga berkontribusi terhadap kemampuan siswa dalam bernalar dan menganalisis.
Dalam dialog bersama guru, Nadiem menjawab pertanyaan yang diutarakan Made Parmili, guru mata pelajaran PPKN di SMPN 1 Kuta Selatan. Menurut Made, yang ditekankan dalam AKM adalah literasi dan numerasi sehingga kurang terkait dengan kurikulum, sedangkan beban kurikulum cukup berat.
Menanggapi hal tersebut, Nadiem menjelaskan bahwa semua guru mata pelajaran memiliki kontribusi, karena kemampuan literasi dan numerasi melekat di semua mata pelajaran.
“Jadi literasi itu bukan tentang mata pelajaran bahasa Indonesia. Numerasi bukan hanya tentang mata pelajaran matematika. AKM mengukur kemampuan bernalar di bidang literasi dan numerasi, yaitu kemampuan menganalisis informasi, kemudian memecahkan permasalahan dengan logika. Ini adalah kompetensi minimum yang penting, dan guru berperan dalam itu semua. Guru berkontribusi terhadap kemampuan anak-anak bernalar,” ujar Nadiem.
Ia mengatakan, metode mengajar guru menjadi salah satu faktor penentu dalam mengembangkan kemampuan bernalar siswa, misalnya bagaimana anak-anak terbiasa memberikan opini di dalam kelas atau bagaimana mereka melakukan analisis.
Metode mengajar yang aktif dan menarik akan mampu menciptakan kelas menjadi lebih hidup.
“Kita mendorong ke arah itu. Jadi bukan soal mata pelajaran, tetapi kemampuan mendasar, yaitu kemampuan bernalar. Itu yang kita tes,” katanya.
Nadiem juga memuji SMP Negeri 1 Kuta Selatan dalam implementasi Peraturan Gubernur tentang mengenakan busana adat setiap hari Kamis. Bukan hanya pakaian adat Bali, tapi juga bisa dari daerah lainnya.
Hal tersebut dikatakan Nadiem menjadi langkah yang baik untuk menumbuhkan nilai-nilai kebinekaan, toleransi, dan nasionalisme.
Terkait hal tersebut, Nadiem menyebut Asesmen Nasional juga menjadi survei yang pertama kali menyetarakan nilai-nilai Pancasila, kebinekaan, dan akhlak, melalui pertanyaan-pertanyaan dalam survei.
Asesmen Nasional, kata dia, juga menjadi alat pertama untuk mengetahui tingkat toleransi yang hasilnya akan diberikan terbatas kepada kepala sekolah.
“Jadi tingkat toleransinya seperti apa, atau ada indikasi seperti apa, nanti itu semua dilaporkan ke kepala sekolah supaya ditindaklanjuti dan didiskusikan dengan guru-guru,” ujarnya.
Selain itu, hasil Asesmen Nasional juga menjadi data dan informasi untuk sekolah agar bisa melakukan perbaikan-perbaikan untuk sekolahnya.
Terkait metode survei yang digunakan dalam Asesmen Nasional, Nadiem menegaskan bahwa secara statistik hasil Asesmen Nasional akan tetap representatif.
Kepala sekolah dan guru tidak perlu khawatir mengenai peserta Asesmen Nasional yang jumlahnya hanya 45 siswa per sekolah dan sudah ditentukan nama-namanya oleh Kemendikbud Ristek.
“Jumlah itu yang secara agregat menentukan kira-kira nilai rata-ratanya seperti apa. Jadi tidak perlu khawatir. Secara sampling akan representatif karena kita pakai aturan statistik yang sangat kuat,” tegasnya.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/10/07/191756371/nadiem-asesmen-nasional-mengukur-kemampuan-bernalar-siswa