Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Orangtua, Ini Dampak Bila Sering Memarahi Anak Saat Belajar

KOMPAS.com - Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama pandemi membuat orangtua menjadi pengajar utama anak selama di rumah. Bersama dengan guru, orangtua berkolaborasi agar capaian pembelajaran tetap terpenuhi.

Hanya saja, mendampingi anak belajar sekaligus menjalani pekerjaan kantor atau rumah kerap membuat orangtua kewalahan. Kesulitan mengendalikan emosi mengajari anak belajar, bisa menjadi salah satu masalah yang dihadapi orangtua.

Memarahi atau membentak kerap dilakukan agar anak lebih fokus atau disiplin dalam belajar. Namun, cara ini tidak disarankan karena dapat menimbulkan dampak negatif pada anak.

Melansir laman Aku Pintar, berikut sejumlah akibat bila sering membentak anak:

1. Mengubah cara otak anak berkembang

Teknik mendisiplinkan anak dengan cara memarahi atau membentak dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. Hal ini terjadi karena pada umumnya, manusia memproses informasi dan peristiwa negatif lebih cepat dan menyeluruh daripada yang informasi yang positif.

Sebuah studi membuktikan hal ini dengan membandingkan pemindaian MRI otak orang-orang yang memiliki riwayat pelecehan verbal di masa kanak-kanak dengan pemindaian pada orang yang tidak pernah mengalami hal tersebut.

Hasilnya menunjukkan bahwa ada perbedaan fisik yang mencolok di bagian otak yang berperan untuk memproses suara dan bahasa.

Amir Zuhdi, dokter ahli ilmu otak dari Neuroscience Indonesia, menjelaskan bahwa ketika anak dibentak, anak akan merasa ketakutan.

Rasa takut membuat produksi hormon kortisol di otak meningkat.

Semakin sering anak dibentak hingga membuatnya takut, semakin tinggi pula potensi kerusakan pada neuron. Neuron ini berisi “file-file” penting dalam hidup anak.

2. Anak berpotensi alami stres

Salah kaprah bila orangtua menganggap bahwa memarahi anak saat melakukan kesalahan akan membuat anak menyadari kesalahannya.

Sayangnya, anggapan ini sama sekali tidak benar. Meskipun pada akhirnya anak menjadi patuh, tetapi apa yang anak lakukan adalah wujud ketakutan bukan kesadaran.

Kalimat-kalimat pedas dan keras yang orangtua lontarkan dapat dikategorikan sebagai kekerasan verbal.

Dampak anak sering dimarahi adalah mudah merasa takut, merasa tidak berharga, sedih, kecewa, tidak percaya diri, sulit menentukan keputusan, dan terluka hatinya.

Hal ini tentu saja sangat mempengaruhi kesehatan mental anak. Jika dilakukan secara terus menerus, bukan tidak mungkin anak akan mengalami stres bahkan depresi.

Dikhawatirkan anak akan mencari pelampiasan untuk menuangkan luapan emosi negatifnya dengan cara-cara yang tidak terpuji seperti menggunakan obat-obatan terlarang.

3. Mempengaruhi hubungan orangtua dan anak

Dalam proses belajar mengajar, hubungan yang harmonis antara orangtua dan anak sangatlah penting. Kedekatan anak dengan guru maupun orangtua, membuat anak merasa aman dan nyaman ketika diajarkan, sehingga mudah menyerap pembelajaran yang diajarkan.

Anak yang sering dimarahi atau dibentak, akan merasa takut pada orangtua, bukan menghormati. Hubungan yang tidak harmonis seperti ini dapat menurunkan motivasi belajar anak sehingga tujuan pembelajaran akan sangat sulit untuk dicapai secara optimal.

Tips mendidik anak tanpa memarahi atau membentak

1. Jika orangtua merasa ingin marah, tarik nafas perlahan, kemudian hembuskan pelan-pelan. Orangtua dapat memejamkan mata sejenak untuk meredakan emosi dan menenangkan diri.

2. Menerapkan disiplin dengan cara yang positif. Bagaimana caranya? Menjadi contoh yang baik untuk anak dan tegas pada peraturan. Namun, tegas dan galak adalah dua sikap yang berbeda.

3. Selalu memberi nasihat dengan bahasa yang halus dan menggunakan kalimat positif.

4. Selalu memberikan apresiasi pada anak jika berbuat baik dan ada kemajuan dalam belajar.

5. Mengajarkan pendidikan karakter.

https://edukasi.kompas.com/read/2021/10/19/193320371/orangtua-ini-dampak-bila-sering-memarahi-anak-saat-belajar

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke