KOMPAS.com - Sebagai orangtua, sudah menjadi kewajibannya terus memberikan motivasi dan dukungan kepada anak.
Apalagi dalam kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini. Sebagian siswa belum bisa masuk sekolah dan masih harus menjalani sekolah online.
Namun bagi satuan pendidikan di daerah berstatus PPKM level 1-3, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) sudah memperbolehkan menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.
Tidak hanya sekedar mempersiapkan sarana dan prasarana terkait protokol kesehatan (prokes), penting bagi pihak sekolah dan keluarga untuk memberikan dukungan kejiwaan dan psikososial. Terlebih bagi peserta didik yang mungkin terdampak pandemi Covid-19.
Merangkum dari laman Direktorat SMP Kemendikbud Ristek, Senin (25/10/2021), mengungkapkan pentingnya dukungan kejiwaan dan psikososial bagi peserta didik.
Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial (DKJPS) adalah dukungan jenis apa pun dari luar atau lokal yang bertujuan melindungi atau meningkatkan kesejahteraan psikologis. Atau mencegah serta menangani kondisi kesehatan jiwa dan psikososial.
DKJPS dipakai berbagai pihak untuk merespons kondisi kedaruratan maupun bencana, salah satunya pandemi Covid-19. DKJPS mengintegrasikan pendekatan biologis, psikologis, dan sosiokultural di bidang kesehatan, sosial, pendidikan dan komunitas.
DKJPS dalam situasi kedaruratan mengedepankan berbagai tingkatan intervensi agar diintegrasikan dalam kegiatan respons pandemi Covid-19. Tingkatan-tingkatan ini disesuaikan dengan spektrum kebutuhan kesehatan jiwa dan psikososial dan digambarkan dalam piramida intervensi.
Mulai dari mempertimbangkan aspek sosial dan budaya dalam layanan-layanan dasar. Hingga memberikan layanan spesialis untuk orang-orang dengan masalah kesehatan jiwa dan psikososial yang lebih berat.
Dalam konsep DKJPS, diperkenalkan sebuah piramida intervensi dalam upaya memberikan dukungan kejiwaan dan psikososial. Dukungan ini bisa berupa beberapa hal sebagai berikut ini:
1. Pertimbangan sosial dan layanan dasar keamanan
Dalam kondisi Pandemi Covid-19, orangtua tidak boleh stres terlebih dahulu sehingga mereka bisa memenuhi hak-hak pengasuhan anaknya yang berada di usia sekolah.
Kreativitas orang tua dalam berinteraksi juga mempengaruhi mental anak-anak untuk tetap ceria dan bersedia bergaul dengan orang-orang di sekitarnya. Orangtua juga didorong menggunakan kata-kata positif dalam menjelaskan situasi yang terjadi, sehingga anak tidak merasa stres karena tidak aman.
2. Memperkuat dukungan masyarakat dan keluarga
Dalam konteks pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas di sekolah, lingkungan sekolah harus menjadi ruang yang ramah anak.
Guru sebagai orang terdekat di luar orangtua berperan penting dalam menjaga psikososial peserta didik. Kehadiran guru yang aktif menyapa baik saat melakukan sekolah daring atau luring. Hal ini akan membuat peserta didik merasa terus diperhatikan.
3. Dukungan nonspesialis terfokus
Lingkungan sekolah dan keluarga juga harus memperhatikan bila terjadi perubahan sikap yang signifikan dari peserta didik. Bila peserta didik nampak murung, tidak bersemangat atau perubahan fisik dan emosional lainnya, keluarga atau pun guru dapat membantu mengarahkan peserta didik untuk berkonsultasi.
Misalnya kepada pihak-pihak nonspesialis yang bisa memberikan bantuan layanan kesehatan jiwa dasar seperti guru BK, dokter layanan kesehatan primer, maupun kader kesehatan.
4. Layanan spesialis
Bila kondisi kejiwaan maupun psikososial peserta didik tidak berangsur membaik, maka pihak sekolah maupun keluarga dapat membantu peserta didik mendapatkan layanan kesehatan spesialis. Seperti perawat kesehatan jiwa, psikolog, psikiater, dan lain-lain.
Pihak sekolah maupun keluarga diharapkan dapat menjangkau bahkan menjalin kerja sama khusus dengan fasilitas pelayanan kesehatan jiwa terdekat.
Sinergi yang baik antara orangtua, guru, masyarakat, dan pemerintah juga sangat diperlukan demi meminimalisir dampak pandemi Covid-19 pada peserta didik.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/10/25/124208271/ini-pentingnya-dukungan-kesehatan-jiwa-psikososial-bagi-peserta-didik