KOMPAS.com - Semua orang tentu sudah mengetahui manfaat bagus buah alpukat bagi tubuh. Buah ini juga bisa tumbuh subur dan banyak dibudidaya di Indonesia.
Ada beberapa jenis alpukat yang biasa dibudidayakan dan ada di pasaran. Seperti Alpukat Mentega, Alpukat Wina, Alpukat Kendil dan beberapa jenis alpukat lainnya.
Di Lampung saat ini tengah dikembangkan komoditas Alpukat Siger 1 di Lampung Timur melalui program Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Tim dosen Institut Teknologi Sumatera (Itera) Lampung dari Pusat Riset dan Inovasi (Purino) Sains Informasi Geospasial berkolaborasi dengan dosen Program Studi Teknik Geomatika turut mendampingi pengembangan agroforesty Alpukat Siger Sibatu sebagai tanaman unggulan lokal Lampung.
Sifat unggul Alpukat Siger Sibatu Lampung
Keterlibatan tim dosen Itera ini menjadi tindaklanjut dari kerja sama Itera dengan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Way Seputih Way Sekampung (BPDAS WSS).
Kepala BPDAS WSS Idi Bantara menerangkan, Alpukat Siger Sibatu merupakan jenis alpukat lokal Lampung yang berasal dari Desa Girimulyo, Lampung Timur.
"Alpukat Siger Sibatu memiliki sifat unggul yang layak dikembangkan. Produktivitas alpukat ini sangat tinggi dan memiliki bentuk buah yang berbeda dari jenis alpukat lainnya," terang Idi Bantara seperti dikutip dari laman Itera, Rabu (27/10/2021).
Sementara Sekretaris Desa Girimulyo, Sanyoto mengungkapkan keunggulan pohon alpukat Siger Sibatu ini. Menurutnya, pada usia 3 tahun satu pohon alpukat Siger Sibatu bisa menghasilkan minimal buah sebanyak 70 kg. Hasil ini masih bisa ditingkatkan lagi dengan pola intensifikasi pertanian.
"Saya berharap alpukat asli Lampung ini bisa dikenal dan memberi manfaat yang luas hingga nasional," ungkap Sanyoto.
Butuh perencanaan pengelolaan sesuai bentang alam
Kepala Pusat Riset dan Inovasi Sains Informasi Geospasial (SIG) Itera, M. Ulin Nuha menambahkan, kolaborasi yang dilakukan antara Itera dengan BPDAS WSS, adalah dengan upaya mengembangkan tanaman alpukat tersebut secara asri dan berkelanjutan.
Pola tanam konvensional yang biasa dilakukan petani hanya menyasar pada sisi ekonomi dan produksi saja, tidak jarang mengesampingkan faktor kelestarian alam.
"Oleh karena itu perlu perencanaan pengelolaan yang baik dan tepat sesuai bentang alamnya," urai Ulin Nuha.
Sementara Sekretaris Prodi Teknik Geomatika Itera Agung Mahadi Putra Perdana memaparkan, secara bentang alam Desa Girimulyo sangat unik. Sebagian lahan desa berupa kawasan hutan yang memiliki struktur batuan gamping atau kars.
"Secara fungsi kawasan kars memiliki peran penting dalam hidrologi sebagai kawasan serapan air hujan," imbuhnya.
Selain itu goa-goa alami yang terbentuk menjadi rumah bagi berbagai fauna khususnya kelelawar. Potensi kelelawar yang banyak terdapat di Desa Girimulyo ini sebagai hewan yang membantu penyerbukan buah dan pupuk yang berasal dari kotorannya.
"Berbagai potensi yang dimiliki tersebut harus bisa dikelola dangan hati-hati," beber Agung Mahadi.
Kembangkan agroforestry tanaman unggulan asli Lampung
Oleh karena itu dalam upaya mengawali pengembangan agroforestry ini, maka Purino SIG dan Prodi Teknik Geomatika Itera yang juga melibatkan dosen Itera Ilyas dan Redho Surya Perdana yang berperan dalam penyusunan informasi geospasial.
Agung menyampaikan, penyajian informasi geospasial direncanakan akan dimulai dari survei pemetaan.
Pemetaan yang akan dilaksanakan meliputi pengukuran langsung di lapangan dan foto udara. Selain itu tim Itera akan mendampingi pihak desa dan kelompok tani dalam pemanfaatan peta tersebut.
"Kolaborasi ini merupakan kerja sama awal untuk menarik berbagai pihak dan keilmuan agar turut berkontribusi dalam pengembangan agroforestry tanaman unggulan asli Lampung ini," tutup Agung.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/10/27/194500471/dosen-itera-dampingi-pengembangan-agroforestry-alpukat-siger