KOMPAS.com - Masa-masa usia sekolah dari mulai sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah pertama (SMP) merupakan masa anak untuk menerapkan disiplin.
Kedisiplinan sederhana yang diterapkan orangtua, seperti disiplin waktu, disiplin untuk membereskan kamar atau barang pribadi, hingga disiplin untuk patuh pada aturan akan menjadi bekal karakter di kemudian hari.
Namun, untuk menumbuhkan disiplin positif, penting bagi orangtua untuk berpikir bahwa disiplin bukan tentang pelatihan, ancaman, dan hukuman. Pasalnya, ini justru akan membuat anak melakukannya dengan terpaksa kalau ada orangtua saja.
Berikut ini hal-hal yang bisa dilakukan orangtua untuk menanamkan disiplin positif pada anak, merangkum laman Sekolah BPK Penabur:
1.Pikirkan kembali arti "disiplin"
Tom Limbert, konsultan parenting dan penulis buku "What The Want Tell You About Parenting" mengatakan bahwa keliru bila orang tua masih berpikir bahwa disiplin adalah tentang pelatihan, ancaman, dan hukuman.
Menurutnya, disiplin adalah tentang pengajaran dan pendidikan keseharian.
Ia juga mengatakan bahwa anak-anak perlu paham bahwa mereka disiplin bukan untuk menyenangkan orang tuanya, melainkan untuk kebaikan mereka sendiri dan membawa manfaat bagi mereka.
Oleh karena itu, mendidik anak untuk menjadi disiplin adalah cara orang tua menghargai kemampuan anak-anaknya. Penting bagi orang tua untuk menunjukkan penghargaan tersebut.
2. Instruksi efektif
Untuk membuat anak mau mendengarkan, penting bagi orangtua memperhatikan bagaimana cara orangtua berkomunikasi.
David W. Johnson, terapis pernikahan dan keluarga di Clovis, California, AS, mengatakan jika orangtua memberi tahu anak hal yang sama berulang kali sebelum mereka merespon, maka hal itu justru membuat anak mengabaikan orangtua.
Cukup buat instruksi yang efektif dan singkat. Misalnya, "Kamar tidur perlu dirapikan. Kamu mau melakukannya sebelum atau sesudah mandi?"
Kalimat ini akan lebih efektif ketimbang orangtua mengatakan, "Ayo beresin kamar tidurnya." berulang-ulang karena belum direspon.
3. Konsekuensi alami
Tak perlu terburu-buru menghukum anak saat ia menunjukkan perilaku tidak disiplin. Biarkan ia mendapatkan konsekuensi alami, yakni akibat yang ia rasakan sendiri dari perilakunya.
Amy Morin, psikoterapis dari Northeastern University di Boston AS, mengatakan, semisal anak tak mau makan di jam makan, biarkan ia merasa lapar sampai waktu makan berikutnya tiba. Atau bila anak tidak mau membereskan kamarnya, biarkan ia kesulitan menemukan mainannya.
4.Apresiasi kemajuan
Anak-anak berjuang untuk mengontrol dirinya sendiri, dan yang tak banyak diketahui oleh orang tua adalah sebetulnya mereka juga benar-benar berjuang untuk menyenangkan orangtuanya.
Dana Obleman, parenting expert penulis buku “Kids: The Manual" mengatakan, tidak ada yang membuat anak lebih bahagia daripada kebanggaan yang mereka rasakan ketika menerima pujian dari ibu atau ayah mereka.
Apresiasi orangtua akan mendorongnya terus memperbaiki diri dalam hal disiplin. Namun, pastikan orangtua memuji apa yang perlu diuji saja dan tidak berlebihan.
5. Konsisten
Susan Bartell, psikolog di New York, AS, menegaskan bahwa konsistensi adalah hal yang sangat dibutuhkan.
Pastikan orangtua sudah sejalan dengan suami dan seluruh anggota keluarga di rumah untuk menjalankan cara yang sama dalam membangun kemandirian anak.
Jangan sampai, ada yang melanggar kesepakatan, misal, apa yang menurut ibu tidak boleh justru diperbolehkan oleh ayah.
Disiplin yang tidak konsisten sebenarnya dapat memperkuat perilaku negatif karena anak akan terus melakukannya dengan harapan bahwa kali ini ia tidak akan mendapatkan masalah.
Kedisiplinan adalah dasar utama bersikap. Jika semua bisa dilakukan dengan disiplin, tentunya masa depan akan menjadi lebih baik. Mulai dari berangkat sekolah, belajar, menjaga kebersihan, menaati peraturan sekolah dan sebagainya.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/11/08/064532471/orangtua-ini-5-cara-bangun-kedisiplinan-anak-usia-sekolah