KOMPAS.com - Atase Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di Washington D.C, Popy Rufaidah mengatakan pemerintah Indonesia melalui Kemendikbud Ristek bekerja sama dengan LPDP terus berkomitmen meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, termasuk bidang bisnis dan manajemen.
Guna meningkatkan minat studi generasi muda Indonesia ke Amerika Serikat melalui Beasiswa LPDP, lanjut Popy, KBRI di Washington DC menyediakan wadah diskusi generasi muda yang tertarik melanjutkan studi ke Amerika Serikat melalui Seri Webinar Bincang Karya (Bianka).
Bianka sekaligus menjadi forum kerja sama riset dan pendidikan antara universitas di Indonesia dengan universitas terkemuka di Amerika Serikat.
"KBRI Washington D.C. secara rutin mengundang perwakilan kampus terkemuka di Amerika Serikat untuk menghadirkan informasi akurat dan menggelar diskusi interaktif mengenai kerja sama riset dan pendidikan antara Indonesia dan Amerika Serikat,” jelas Popy dilansir dari laman Kemendikbud Ristek, Selasa (16/17/2021).
Webinar ini, jelas dia, telah diikuti oleh banyak peserta dari berbagai latar belakang seperti staf dari kementerian, lembaga, dari mahasiswa dan latar belakang pekerjaan lainnya, yang sangat ingin melanjutkan studi ke AS.
Popy juga mengungkapkan, Bianka digelar rutin tiap minggu dengan tema bervariasi.
“Harapan kami, minat anak-anak muda untuk studi ke Amerika dapat meningkat,” ucap Popy.
Cerita mahasiswa kuliah bisnis di Amerika Serikat
Sebanyak tiga mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat juga turut berpartisipasi dalam webinar yang dipandu oleh Ketua Program Magister Manajemen Universitas Padjadjaran, Mokhamad Anwar. Ketiga mahasiswa berbagi pengalaman mereka mengenai serba serbi kuliah MBA di Amerika.
Ketiganya ialah Teresa Saraswati, Mahasiswi Program MBA di Yale University, David Orlando, Mahasiswa di Yale University, dan Jordi Lokanata, Mahasiswa University of Pennsylvania.
Ketiganya membagikan alasan mereka memilih studi MBA di Amerika Serikat.
David, misalnya, menyebutkan memilih Amerika karena mempertimbangkan masa studi yang menurutnya cukup untuk mempelajari hal-hal yang memang ingin dipelajari dalam kurikulum.
“Alasan saya memilih MBA di Amerika Serikat yang pertama adalah karena programnya dua tahun. Melihat dari lama studi, saya rasa ini cukup untuk mempelajari hal-hal yang ingin saya pelajari,” kata David.
Selain itu, hal lain yang membuatnya mantap studi MBA di Amerika adalah integrasi antara sekolah bisnisnya dengan institusi secara umum seperti misalnya Yale School of Management dengan Yale University.
“Hal ini penting mengingat mempelajari bisnis saja tidak cukup. Kita juga perlu mempelajari bidang yang akan kita tekuni. Ketika kita ingin membuat usaha di bidang lingkungan, misalnya tentang keberlanjutan, kita bukan hanya perlu mempelajari ekonominya tetapi juga perlu belajar tentang lingkungan itu sendiri,” jelas David mencontohkan.
Sementara itu, Jordi membagi tips memilih sekolah yang tepat. Menurutnya, setidaknya ada enam kriteria yang dapat dijadikan dasar pemilihan, seperti area keunggulan sekolah, kurikulum, fasilitas, pengalaman karier yang ingin dibangun, kehidupan sosial, serta jaringan setelah sekolah.
"Teman-teman perlu mencari tahu keunggulan sekolahnya dan disesuaikan dengan tujuan yang ingin didapat dari program MBA ini,” terang Jordi.
Pengalaman selama studi di Amerika Serikat baik pengalaman akademis maupun nonakademis juga dibagikan oleh ketiga mahasiswa.
Diakui mereka, banyak pengalaman berkesan ketika menempuh studi, seperti pengalaman berdiskusi dengan tokoh-tokoh penting dunia dan pengalaman mengikuti berbagai gelaran penting.
David mengaku mendapatkan pengalaman global ketika dia menjalani studinya.
“Biasanya program-program MBA akan mempunyai acara seperti pertukaran, study track, atau sekedar track biasa. Ada juga pengalaman kerja yang bersifat global. Contohnya, di Yale ada Global Social Enterpreneurship di mana di sini kita jadi konsultan tapi untuk kewirausahaan sosial di negara berkembang,” ungkap David.
Terakhir, Teresa memberikan wawasan mengenai peluang bagi lulusan MBA untuk bekerja baik di perusahaan multinasional maupun di banyak perusahaan di Indonesia.
“Di sektor bisnis, biasanya perusahaan-perusahaan akan menggelar proses rekrutmen di kampus-kampus bisnis dan kebanyakan di Amerika. Tapi jika teman-teman mau bekerja di perusahaan global yang ada di Indonesia, mereka juga banyak menerima lulusan MBA,” jelas Teresa.
Sebagai informasi, rekaman siaran langsung Webinar Bianka Seri-17 dapat diakses di laman resmi Facebook Atdikbud USA dengan tautan https://bit.ly/fb-watch-bianka17
https://edukasi.kompas.com/read/2021/11/17/115456871/kbri-washington-dukung-anak-muda-kuliah-bisnis-manajemen-ke-amerika