KOMPAS.com - Buah manggis dikenal memiliki banyak manfaat. Selain cita rasanya yang enak, mengonsumsi buah manggis juga bisa mendatangkan beberapa manfaat untuk kesehatan tubuh.
Selain itu buah manggis khususnya pada bagian kulit bisa diolah kembali menjadi obat herbal. Namun di tangan mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, buah manggis ternyata mempunyai manfaat lainnya lho.
Merangkum dari akun Instagram UII Yogyakarta, Minggu (28/11/2021), kulit manggis juga bisa menjadi alat deteksi logam berat.
Tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Eksakta (PKM-RE) di bawah bimbingan Wiyogo Prio Wicaksono ini berhasil menciptakan inovasi perangkat untuk mendeteksi pencemaran Pb2+ di perairan dengan mengembangkan Alat Deteksi berbasis Kertas Tes Strip yang diimobilisasi AgNPs.
Manfaatkan kulit manggis sebagai pendeteksi logam
Tim ini terdiri dari tiga mahasiswa prodi Kimia UII Yogyakarta. Mereka adalah Khoirunisa, Hasna’ Azizah Zahra’, Rahmania Audita. Hasna mengatakan, alat yang mereka temukan dapat mendeteksi salah satu logam berat timbal (Pb) yang sangat mencemari lingkungan.
Pencemaran ini bisa berasal dari berbagai kegiatan yang dilakukan manusia. Mulai dari limbah aktivitas industri, pertanian, pemukiman atau pertambangan. Limbah yang dihasilkan berbagai kegiatan tersebut bisa merembes ke air tanah dan masuk ke sungai sehingga sampai ke permukaan air laut.
Salah satu spesi logam berat timbal (Pb) yang sangat toksik terhadap biota laut adalah dalam bentuk ionnya (Pb2+). Bahkan keberadaannya dapat menyebabkan keracunan dan membunuh ikan serta memiliki dampak negatif bagi manusia.
"Alhamdulilah alat deteksi logam berat Pb berbasis kertas berhasil kami buat dan juga sebagai bentuk menjaga lingkungan karena menggunakan bahan limbah kulit manggis," kata Hasna seperti dikutip dari Instagram UII, Minggu (28/11/2021).
Banyak melakukan percobaan
Menurut Khoirunisa, penelitian ini sangat menarik. Karena banyak hal baru yang dipelajari. Banyak percobaan dan metode yang dicoba. Akhirnya ditemukan sensor berbasis kertas untuk mendeteksi pencemaran logam timbal di perairan.
Penggunaan kulit manggis, lanjut Khoirunisa, karena sejauh ini belum banyak dimanfaatkan.
Padahal kulit manggis mengandung senyawa aktif yang masih dapat dimanfaatkan. Salah satunya yaitu digunakan sebagai agen bioreduktor dalam sintesis nanopartikel perak (AgNPs).
AgNPs yang dipreparasi dengan bioreduktor ekstrak kulit manggis berhasil disintesis dan memiliki performa tinggi sebagai sensor kolorimetri untuk deteksi Pb2+.
Mudah digunakan
Semakin tinggi konsentrasi Pb2+ yang diteteskan ke dalam kertas tes strip tersebut, terlihat perubahan warna dari yang awalnya tidak berwarna menjadi kuning-jingga.
"Bentuk dan penggunaan kertas tes strip ini mirip seperti kertas pH universal yang biasa digunakan di laboratorium," terang Khoinurisa.
Dia menambahkan, penelitian ini menghasilkan alat deteksi Pb2+ yang sederhana, sensitif, portable, selektif.
Selain itu juga mudah digunakan di lapangan (on site), murah dan cepat, serta tanpa menggunakan bahan kimia beracun.
"Kertas ini mampu mendeteksi sampel sampai level 2,8 ppb. Harapannya inovasi ini dapat terus dikembangkan dan dapat diproduksi secara massal. Baik untuk keperluan monitoring lingkungan, industri, maupun laboratorium," pungkasnya.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/11/28/104409871/mahasiswa-uii-manfaatkan-kulit-manggis-jadi-alat-pendeteksi-logam