KOMPAS.com - Berbagai aspek dalam kehidupan manusia, mau tidak mau semenjak Covid-19 ikut terdampak.
Akhirnya, semua orang dituntut untuk menerapkan kebiasaan baru guna mencegah angka penularan Covid-19. Seperti pembatasan fisik dan sosial serta penerapan protokol kesehatan.
Dari kebiasaan baru ini, tak cuma berdampak pada kehidupan orang dewasa saja tetapi juga pada anak-anak usia prasekolah.
Psikolog Universitas Airlangga (Unair) Primatia Yogi Wulandari, mengungkapkan bahwa banyak situasi tidak menyenangkan yang dihadapi anak selama pandemi Covid-19.
“Dari penelitian terbaru yang dilaksanakan selama pandemi, anak-anak usia prasekolah hingga remaja turut merasakan kecemasan yang berantai dari lingkungan mereka,” papar Primatia dilansir dari laman Unair.
Ia menuturkan bahwa emosi negatif seperti cemas, gelisah, dan khawatir yang ditunjukkan oleh orang tua atau anggota keluarga lain akan memberi dampak kepada anak bila tidak dikelola dengan baik.
Ia mengatakan, pembatasan fisik dan sosial yang diberlakukan oleh pemerintah juga turut berdampak pada anak usia prasekolah. Seperti yang telah kita ketahui bahwa anak usia prasekolah memiliki kebutuhan akan kegiatan bermain yang tinggi. Mereka tumbuh dan berkembang termasuk juga mengeksplorasi lingkungan sosial mereka dengan bermain.
“Anak-anak akan merasakan kejenuhan karena tidak semua rumah mempunyai alat bermain anak yang komplit terutama untuk permainan motorik kasar. Selain itu, mereka juga tidak mendapat kesempatan berinteraksi dengan teman sebaya,” ungkap Primatia.
Bagi para remaja, opsi untuk berinteraksi dengan teman sebayanya mungkin masih ada seperti menggunakan layanan video conference. Namun, anak-anak belum bisa mengalihkan kebutuhan sosial seperti pada remaja dan dewasa sehingga dapat dipastikan bahwa anak akan bingung dengan apa yang harus mereka lakukan.
Primatia juga mengungkapkan bahwa banyak anak usia prasekolah yang cenderung tantrum selama masa pandemi ini.
“Kadang ada anak yang sudah matang secara emosi, namun saat pandemi justru rewel, gampang marah, dan sebagainya,” terang Primatia.
Waktu yang banyak dihabiskan di rumah juga berdampak pada peningkatan penggunaan gawai pada anak-anak.
Terkait hal ini, Primatia menyarankan agar para orang tua membatasi screen time pada anak mereka dengan waktu penggunaan gawai maksimal dua jam per hari serta tidak diberikan secara terus-menerus.
Primatia menganjurkan agar para orang tua menyiapkan variasi kegiatan di rumah bagi anak-anak usia prasekolah.
“Pada usia prasekolah, tugas perkembangan adalah mengembangkan kemampuan fisik-motorik sedangkan di saat pandemi kegiatan fisik jauh berkurang. Padahal, kegiatan tersebut sangat dibutuhkan oleh mereka,” terangnya.
Ia mencontohkan bahwa orang tua dapat menciptakan lingkungan rumah sebagai media pembelajaran. Untuk mengajak anak belajar berhitung, Primatia mencontohkan orang tua dapat mengajak anak untuk membersihkan halaman rumah dan mengajak anak untuk mengambil dan menghitung daun-daun yang berjatuhan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan meliputi lempar tangkap bola, meronce, menggambar, dan senam pagi.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/11/28/165700671/psikolog-unair--ini-cara-atasi-tantrum-anak-saat-pandemi