KOMPAS.com - Anak-anak memiliki dunia bermain. Tak hanya sendiri, tetapi juga dapat bermain dengan teman-temannya. Apalagi jika punya mainan yang disukai.
Tetapi, bagaimana jadinya jika dunia anak hancur karena terjadi tindak kekerasan terhadap anak. Apalagi kekerasan seksual pada anak.
Menurut Dekan FISIP Universitas Brawijaya (UB), Dr. Sholih Muadi, anak adalah aset generasi yang akan datang sehingga harus dipersiapkan baik baik termasuk menghindarkan dari kekerasan seksual.
"Anak-anak ini rentan pada hal terkait kejahatan, pelecehan seksual. Penting agar anak-anak kita dapat perlindungan yang cukup," ujar Dr. Sholih dikutip dari laman UB, Rabu (8/12/2021).
Beri pendidikan seksual bagi anak
Menurutnya, hal pertama yang harus dilakukan adalah tidak tabu untuk memberikan pendidikan seksual bagi anak.
"Kadang kita menganggap tabu soal pendidikan seksual kepada anak, padahal ini penting untuk dilakukan," terangnya.
Tak kalah penting, dia menjelaskan mengenai fenomena perkembangan media sosial yang luar biasa.
Pengajar di Jurusan Ilmu Politik UB ini mengatakan, adanya Facebook, Instagram dan media sosial lain membuat anak-anak tiap hari memegang handphone.
"Kalau misal masa pandemi seperti sekarang lazim anak-anak pakai HP untuk sekolah daring tapi apakah kita bisa sepenuhnya mengontrol pemakaian HP itu untuk kepentingan yang positif," sambungnya.
Kekerasan seksual pada anak kata Dr. Sholih bisa muncul dengan penggunaan handphone yang tak terkontrol.
Sebab pelecehan seksual bisa muncul dari hal sederhana seperti chatting melalui handphone. Dunia maya tidak akan susah mengontrolnya.
Ini tentu tantangan ke depan bagi para orang tua sebab hal seperti ini bisa berkembang ke arah yang lebih negatif.
"Di level keluarga perlu buat semacam guide untuk meminimalkan hal yang negatif," tandasnya.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/12/10/133700171/dekan-fisip-ub-beri-tips-lindungi-anak-dari-kekerasan-seksual