KOMPAS.com - Semua lapisan masyarakat perlu menyadari pentingnya memelihara kesehatan jiwa. Tidak hanya fisik saja yang perlu dijaga, tapi kesehatan jiwa juga sama pentingnya.
Jika diabaikan, kesehatan jiwa bisa saja berujung pada kondisi depresi hingga mengalami gangguan jiwa.
Namun sayangnya pemerintah dan Dinas Kesehatan dalam hal ini masih memiliki keterbatasan dalam membangun sistem kesehatan jiwa hingga daerah rural.
Pelayanan kesehatan jiwa belum merata
Staf Khusus Menteri Bidang Ketahanan Industri Obat dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Prof. Laksono Trisnantoro menerangkan, saat ini pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat belum tertata.
"Juga perlu penataan pelayanan kesehatan jiwa bahkan sampai ke rural atau daerah sulit," kata Prof. Laksono Trisnantoro dalam Webinar Mental Health for Rural Indonesia seperti dikutip dari laman Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (15/12/2021).
Menurutnya, tantangan yang dihadapi dalam penataan ini adalah bagaimana peranan inovasi dapat menjangkau pelayanan kesehatan jiwa di daerah rural.
Hingga faktor penting apa saja yang harus menjadi perhatian mengingat keterbatasan tenaga kesehatan untuk pelayanan jiwa.
Masih ada praktik pemasungan
Sementara itu Ketua Peneliti Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM Diana Setiyawati menambahkan, upaya program kesehatan jiwa masih berupa peningkatan kesejahteraan, namun belum merata.
Promosi kesehatan yang belum jadi program bagi semua lini, program kesehatan jiwa masih berupa sistem kesehatan dan belum lintas sektoral.
"Ketimpangan sistem kesehatan jiwa di Indonesia dapat tercermin dari adanya ritual dan praktik pemasungan yang masih dijadikan solusi bagi orang yang mengalami gangguan kejiwaan," ungkapnya.
Diana menyampaikan, berdasarkan data di Daerah Istimewa Yogyakarta keberadaan psikolog puskesmas berbanding lurus dengan skor literasi kesehatan jiwa. Daerah yang memiliki psikolog puskesmas yang terbesar dengan baik memiliki skor literasi kesehatan jiwa yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak.
Yogyakarta dan Sleman saat ini memiliki potensi sistem kesehatan jiwa yang komprehensif. Diana berharap sistem ini dapat menjadi salah satu percontohan yang dapat diterapkan di daerah lain.
Sistem kesehatan jiwa perlu melibatkan masyarakat
Menurutnya, sistem kesehatan jiwa yang baik melibatkan berbagai lapisan masyarakat yaitu dengan adanya literasi individu yang baik terhadap kesehatan jiwa. Adanya sistem kesehatan jiwa dalam lingkup sekolah, traditional healer atau panti yang mau bekerja sama dengan profesional kesehatan jiwa.
"Selain itu juga perlu penguatan kesehatan jiwa berbasis keluarga. Keseluruhan sistem ini diharmonisasi oleh peranan puskesmas di masyarakat," imbuhnya.
Aktivis dari Nusa Tenggara Timur (NTT) Romo C. Suparman Andi mengungkapkan, rumah sakit dan panti tidak ada di daerahnya.
Sehingga pihaknya mencoba untuk memberikan sebuah solusi yaitu dibangunnya rumah bebas pasung.
"Dengan membangun rumah yang baik bertujuan supaya pasien dan keluarga aman dan nyaman," kata Romo Dr. C. Suparman Andi saat menjelaskan peranan tokoh agama dalam praktik pemasungan di daerah rural.
https://edukasi.kompas.com/read/2021/12/15/160700971/peneliti-ugm--ada-ketimpangan-pada-sistem-kesehatan-jiwa-di-indonesia