KOMPAS.com - Terkadang, orangtua tak bisa mengontrol emosinya. Lebih parahnya lagi, anak menjadi pelampiasan emosi orangtua. Bisa dengan berkata kasar hingga memukul anak.
Namun hal ini sebenarnya tidak boleh, bagaimanapun Ayah, Bunda atau orangtua harus mampu mengelola emosi dengan benar dalam mengasuh anak, karena semua hal itu akan berdampak pada proses tumbuh kembang mereka.
Kata-kata kasar yang ia dengar, bisa saja anak akan tiru dikemudian hari. Begitupun dengan tindakan kekerasan. Apapun yang Ayah Bunda lakukan tidak menutup kemungkinan akan dilakukan juga oleh anak dalam kehidupannya.
Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus dihindari. Melansir laman Ruang Guru PAUD Kemendikbud Ristek, berikut yang harus dihindari:
1. Hindari kata-kata yang memancing amarah, menghina, atau mengejek.
Ayah dan Bunda, memilih kata-kata yang baik akan membantu kita meredam emosi negatif kita. Sebaliknya, jika kita mengucapkan kata-kata yang buruk, maka emosi negatif kita akan semakin besar. Jadi, sebisa mungkin perilaku ini dihindari.
2. Melakukan kekerasan fisik yang membahayakan keselamatan orang lain.
Ayah dan Bunda, kekerasan fisik kemungkinan besar akan melukai fisik dan mental anak. Jadi, sebaiknya perilaku ini dihindari. Jika selama ini Ayah dan Bunda sudah terlanjur melakukannya, maka segera hentikan.
Minta maaflah kepada anak dan katakan bahwa cara Ayah dan Bunda menyalurkan rasa marah dengan melakukan kekerasan fisik bukan sesuatu yang tepat. Kemudian menjauh dari anak agar Ayah dan Bunda dapat menenangkan diri sebentar sampai rasa marah itu reda.
Kemudian ketika anak marah, apa yang bisa kita lakukan agar kita bisa tetap tenang? Berikut beberapa 7 tips yang dapat dilakukan saat menghadapi amarah anak:
1. Akui dan terima emosi kita sendiri ketika kita menghadapi kemarahan anak. Ketika menghadapi kemarahan anak, tentu kita merasakan emosi tertentu.
Apapun itu, terima dulu emosi yang Ayah-Bunda rasakan agar energinya tidak habis untuk melawan emosi kita sendiri. Tapi energi tersebut bisa kita gunakan untuk mencari solusi yang efektif.
2. Ingatlah bahwa kondisi ini bukan kondisi ‘darurat’ dan mengancam kita selama kita bisa menghadapinya dengan tenang dan tepat.
3. Ingatlah bahwa belajar mengungkapkan emosi adalah sesuatu yang baik. Ketika anak marah dan mengamuk, sebetulnya anak sedang belajar mengungkapkan emosinya.
Hanya saja caranya belum tepat. Untuk itu, orang tua perlu mengarahkan agar anak bisa mengekspresikannya dengan cara yang tepat.
4. Tidak perlu merasa tertekan. Ketika anak sedang marah, kita hanya perlu ‘hadir’ secara fisik dan emosional di hadapan anak. Saat anak marah, sebetulnya yang paling ia butuhkan adalah kehadiran orang tua untuk menemaninya.
5. Tarik nafas panjang.
6. Sederhanakan pikiran dan perilaku kita. Saat anak marah, seringkali kita sibuk memikirkan apa yang perlu anak lakukan. Padahal saat itu anak hanya butuh didengarkan dan ditenangkan.
7. Cari cara untuk memroses perasaan kita. Orang tua juga memerlukan tempat untuk mengeluarkan emosinya sehingga bisa merasa lega.
Ayah dan Bunda bisa melakukannya dengan cara menuliskan emosi Ayah dan Bunda di buku catatan harian pribadi atau menceritakannya kepada orang yang tepat.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/01/02/193144771/ayah-bunda-simak-7-tips-hadapi-amarah-anak