KOMPAS.com - Pada 15 Desember 2021, kasus varian baru Covid-19 yakni Omicron ditemukan di Indonesia. Jika sebelumnya ada varian Delta, kini muncul Omicron.
Di berbagai penjuru dunia, varian Covid-19 bermunculan. Mulai dari varian Alpha (Inggris), Beta (Afrika Selatan), Delta (India), Gamma (Jepang/Brasil) dan lain sebagainya, sampai yang terbaru adalah varian Omicron.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pertama kali melaporkan kemunculan varian tersebut dari Afrika Selatan pada 24 November 2021.
Sebenarnya, apa yang membedakan varian Omicron dengan varian-varian sebelumnya dan bagaimana menyikapinya?
Cara cegah Omicron
Dokter spesialis paru-paru RSA UGM, dr. Astari Pranindya Sari, Sp.P., menjelaskan bahwa Omicron memiliki sifat dan menimbulkan gejala yang berbeda dari sebelumnya.
Astari menegaskan bahwa cara yang paling efektif untuk menghadapinya, dalam hal ini mencegahnya, tetap dengan menjaga dan menjalankan prinsip 5M protokol kesehatan.
Seperti rutin mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, serta mengurangi mobilitas.
"Cara mencegahnya sama dengan varian-varian covid yang lalu," ujarnya seperti dikutip dari laman Universitas Gadjah Mada (UGM), Senin (3/1/2022).
Karena pencegahan dengan menggunakan masker, kemudian menjaga jarak, menghindari kerumunan itu betul-betul memutuskan rantai penyebaran yang paling efektif.
Omicron mudah menular
Ia mengatakan faktor material genetiknya virus memang cepat bermutasi. Mutasi-mutasi tersebut kemudian membentuk sifat yang berbeda.
Mutasi terbaru, Omicron, diketahui memiliki sifat yang lebih mudah menular dibandingkan varian-varian sebelumnya.
Jika dahulu pada varian Covid-19 pertama, satu orang yang terkena dapat menularkan ke tiga orang lainnya. Varian Delta memiliki sifat penularan 10 kali lebih cepat dari varian yang pertama. Sekarang, Omicron, memiliki sifat berkali lipat lagi daripada varian Delta.
Sementara mutasi pun membuat gejala yang ditimbulkan berbeda dari varian sebelumnya.
Pada varian Covid-19 awal, gejala-gejala yang ditimbulkan adalah seperti gangguan pada indera penciuman dan perasa, lalu kemudian batuk dan pilek.
Pada varian Omicron, gejala yang paling dominan terjadi adalah gampang lelah, kemudian batuk pilek, sakit tenggorokan, serta nyeri sendi.
Dibandingkan dengan varian Alpha, Beta, dan Delta, varian Omicron lebih banyak hinggap di bagian saluran pernapasan. Sedangkan varian Alpha, Beta, dan Delta lebih banyak hinggap di bagian paru.
"Jadi yang dulu-dulu lebih gampang berkembang biak di paru-paru daripada di atasnya (saluran pernapasan), sehingga efeknya gejala sesak napas lebih banyak yang dulu," jelas dokter Astari.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/01/03/163938871/dokter-rsa-ugm-ini-yang-harus-dilakukan-jika-omicron-datang