KOMPAS.com - Sampai saat ini, sampah masih menjadi masalah bersama. Apalagi sampah plastik yang sulit terurai. Karena itu, butuh kesadaran bersama agar sampah berkurang.
Berdasarkan jenisnya, sampah sendiri dibedakan menjadi 2 bagian yaitu sampah organik yang merupakan sampah yang dapat terurai dan terdekomposisi dengan bantuan mikro organisme.
Sedangkan sampah anorganik yang merupakan sampah yang tidak dapat terurai secara alamiah. Masalah sampah di perkotaan merupakan isu yang hingga kini masih dianggap sangat penting untuk dikaji tentang penyelesaiannya.
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan suatu teknologi yang dapat membantu masyarakat dalam mengelola sampah khususnya sampah plastik agar dapat menjadi barang layak guna dan memiliki daya jual.
Sampah plastik jadi produk bernilai
Terkait hal itu, tim UKMF Matriks Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) membuat program pembinaan dan pemberdayaan warga desa pemukiman sampah di Desa Caturtunggal Kecamatan Depok Sleman, DIY, dalam pengolahan sampah plastik menjadi barang layak guna bernilai ekonomis.
Tim ini terdiri dari Ketua Hilal Fahrul Hamam dengan anggota Muhanmad Ikhsan Ardi H., Dira Tri Puspita, Andika Wicaksana, Jairus Asher Purdy, Hanif Nur Hidayat, Fitriana Kusumawardani.
Serta Panji Tri Asmoro, Muhammad Imam N. H, Prayoga Farentya Zekha, Dimas Kurniawan, Sandra Austin, Dimas Ari Saputra, Nugroho Suryo Pambudi dan Hafidz Nur Ihsa A.
Menurut Hilal Fahrul Hamam, mereka memilih Kledokan Caturtunggal karena banyak masyarakat yang tinggal di daerah tersebut menjadi seorang pemulung sampah dan menjadikan ini sebagai mata pencaharian utama.
"Masalah yang dihadapi oleh masyarakat Kledokan adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengolah sampah plastik dengan baik dan benar," ujarnya seperti dikutip dari laman UNY, Selasa (4/1/2022).
Maka, warga didorong agar sampah plastik menjadi produk dan jasa kreatif yang mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi sehingga dapat mendongkrak perekonomian masyarakat.
Selain itu, faktor pendidikan dan minimnya keahlian yang dikuasai membuat masyarakat tidak mempunyai inisiatif untuk membuat inovasi baru dalam pengolahan sampah plastik sehingga lebih menguntungkan daripada sebelumnya.
Sedangkan Muhanmad Ikhsan Ardi menambahkan, tim UKMF Matriks memberikan dua buah mesin pada warga Kledokan yaitu mesih pencacah dan mesin extruder.
"Mesin extruder digunakan untuk melelehkan biji plastik sehingga dapat dijadikan produk gelas plastik, sedangkan mesin pencacah digunakan untuk membuat biji plastik dari botol plastik," terang Ikhsan.
Beri pelatihan perawatan mesin
Selain memberikan dua buah mesin, timnya juga memberikan pelatihan pada warga tentang berbagai hal. Selain pelatihan cara pengggunaan mesin juga diberikan pelatihan perawatan dan pemeliharan mesin.
Menurutnya dengan kegiatan ini akan dibangun kemitraan dengan Padukuhan Kledokan sekaligus akan dijadikan desa binaan BEM Fakultas Teknik UNY.
Pelatihan lainnya meliputi sosialisasi cara pengolahan sampah plastik dengan baik dan benar serta pemasaran produk hasil pengolahan sampah plastik.
Tujuan dari kegiatan ini untuk menumbuhkan rasa peduli mahasiswa dan berkontribusi kepada masyarakat desa agar terbangun desa binaan yang aktif, mandiri, berwirausaha, dan sejahtera.
Hal ini merupakan salah satu upaya UNY dalam agenda pembangunan berkelanjutan pada bidang pendidikan bermutu, kemitraan serta pengentasan kemiskinan.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/01/04/141940671/mahasiswa-uny-berdayakan-warga-olah-sampah-plastik-jadi-produk-bernilai