KOMPAS.com - Mengasah kemandirian anak berkebutuhan khusus bukanlah hal yang mudah. Namun, dengan memahami pola-pola belajar yang tepat, dapat membuat prosesnya berjalan lebih lancar.
Menurut Muthia Devita, tim program Pendidikan Inklusi Cikal Surabaya, terdapat 3 pola pengaturan belajar yang tepat dalam akomodasi belajar bagi anak berkebutuhan khusus yang harus diketahui oleh orangtua.
Muthia mengatakan, pola ini telah diterapkan di Sekolah Cikal dari tingkat Prasekolah hingga SMA.
1. Individual
Pola pengaturan belajar pertama bagi anak berkebutuhan khusus yang diterapkan adalah dengan pola one-on-one atau individu sebagai langkah melatih ketahanan dan fokus.
“Pengaturan kelompok belajar pertama adalah one-on-one. Pola ini diperuntukkan bagi anak dengan kebutuhan khusus yang membutuhkan pembelajaran individu untuk melatih ketahanan dan atensi fokusnya,” tutur Muthia dalam keterangan tertulis.
2. Kelompok Kecil
Tahap kedua pola pengaturan belajar bagi anak berkebutuhan khusus adalah dengan pola kelompok kecil.
“Pengaturan kelompok belajar kedua adalah kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang murid per kelas. Di pola ini cara pemberian instruksi, bentuk tugas, dan materi belajar akan disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan anak,” ucapnya.
3. Kelompok Besar
Pola ketiga adalah kelompok besar. Anak dengan kebutuhan khusus diikutsertakan di kelas besar, namun tetap memperoleh pendampingan yang personal.
“Untuk melatih kemandirian anak berkebutuhan khusus di kelas besar, kami menerapkan akomodasi belajar dimulai dari cara pemberian instruksi, bentuk tugas dan materi belajar yang lebih konseptual, dan lekat dengan kehidupan sehari-hari,” jelasnya.
Dalam kelompok kecil dan kelompok besar, beberapa refleksi kegiatan yang dijalankan bagi anak-anak berkebutuhan khusus antara lain, guest speaker dan field trip.
Muthia menekankan, penerapan pola ini harus disesuaikan dengan target pembelajaran dan pengembangan diri murid, serta terdapat pula diskusi hingga evaluasi yang berkelanjutan.
“Setiap murid memiliki target masing-masing di personalized curriculum circle, untuk berjalan sinkron di sekolah dan di rumah. Sehingga dalam hal ini, komunikasi dengan psikolog, terapis, serta orang tua berperan penting dalam mengetahui perkembangan anak di rumah. Kami juga menghadirkan pertemuan menjelaskan kemajuan dan evaluasi yang berkelanjutan bersama orang tua secara berkala, serta diskusi kebutuhan strategi pembelajaran untuk siklus programnya,” tutup Muthia.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/01/06/191312371/3-pola-pembelajaran-untuk-latih-kemandirian-anak-berkebutuhan-khusus